Circle [Chapter 5]

circle-cover-2

Main cast : Kim Taeyeon, Tiffany Hwang
Sub Cast : Kwon Yuri, Lee Sunny, Jessica Jung, Im Yoona, Choi Sooyoung, Choi Siwon (as Siwon Hwang), Kim Hyoyeon
Genre : Yuri, Drama, Sad, Chaptered
Rated : 16+
Author : TNEYisREAL08

WARNING!!
The gendre is Yuri if you don’t like it go away and don’t copy paste or Bashing. Typo’s everywhere, please comment. Reading enjoy ^^

***

Senin, 17 February 2014

Pagi hari ini sangat cerah seperti suasana hati taeyeon. Entah mengapa setelah mendengar ucapan tulus tiffany tadi malam suasana hatinya menjadi membaik. Taeyeon sangat bersyukur memiliki teman seperti tiffany. Any, bukan hanya tiffany tapi teman-teman yang lainnya juga. Taeyeon merasa bersyukur.

Taeyeon sedang berjalan menuju gedung LS, ia sengaja datang sangat pagi karena ia ingin menikmati udara pagi untuk menyejukkan hatinya.

“Tae!”

Taeyeon menolehkan kepalanya kearah suara yang memanggilnya. Terlihat tiffany yang sedang melambaikan tangannya dan berlari kearahnya. Taeyeon tersenyum melihatnya. Tiffany memakai pakaian putih dengan cardigan dan dipadukan dengan celana pendek. Dia terlihat sangat cantik dan manis disaat yang bersamaan ditambah dengan eyesmilenya.

085f44cc841c5f8449df0cfa3f7e30b0e002

hahh~ kenapa kau berjalan sangat cepat. Kau membuatku berkeringat dipagi hari” tiffany mengibaskan tangannya membuat angin untuk menghilangkan keringatnya.

“ini masih terlalu pagi, kenapa kau datang sepagi ini?” Tanya taeyeon.

“lalu bagaimana denganmu? Kenapa kau datang kekampus sepagi ini?” tiffany membalikan pertanyaan taeyeon.

“aku ingin menghirup udara pagi jadi aku memutuskan datang lebih awal kekampus” jawab taeyeon.

“kalau begitu anggap saja aku juga beralasan sama denganmu. Ayo kita keatap dan menghirup udara segar disana” ajak tiffany.

Tiffany melingkarkan lengannya pada lengan taeyeon. Mereka berjalan bersama dengan senyum melekat diwajah mereka. Saat mereka sampai mereka duduk ditempat yang biasa mereka tempati.

“Tidak bersama jessica?” Tanya taeyeon.

“any, dia tidak akan mau berangkat sepagi ini. dia akan lebih memilih tempat tidurnya. Oh ya bisakah kau membantuku tae?” tanya tiffany.

“apa itu?”

“dosenku memberiku tugas untuk membuat sebuah makalah budaya-budaya korea, tapi aku tidak tahu mengenai budaya-budaya dikorea. Sejak aku kecil aku tidak tinggal dikorea, aku terlalu lama tinggal di Cali. Bisakah kau membantuku tae?” tiffany menyatukan kedua tangannya memohon agar taeyeon mau membantunya.

“baiklah, tapi kenapa kau berbicara banmal padaku, aku lebih tua darimu aku juga seniormu disini” ucap taeyeon.

“wae? Saat di Cali kami selalu berbicara seperti ini” jawab tiffany.

“tapi ini bukan Cali ini korea, kau harus mulai mengubah kebiasaanmu. Jadi mulai sekarang panggil aku unnie , arasseo?”

“tidak mau. Jika aku melakukannya aku harus bersikap segan padamu. Aku tidak mau ada pembatas diantara kita. Mungkin akan aku pertimbangkan memanggil yang lainnya unnie, tapi untukmu aku tidak mau. Aku akan tetap memanggilmu seperti ini” tolak tiffany.

“kau ini, batas apa maksudmu. Sejak awal tidak ada pembatas diantara kita. jika ada pembatas diantara kita aku tidak akan membiarkanmu mencoba dan membiarkanmu melihatku menangis seperti itu. kau tahu itu sangat memalukan untukku”

“kalau begitu biarkan aku tetap seperti ini. dari pada memanggilmu dengan sebutan unnie bukankah lebih baik memanggilmu dengan sebuah panggilan seperti yang lain memanggilmu dengan panggilan taeng? Jadi bagaimana jika aku memanggilmu dengan panggilan ……. Emm” tiffany tampak berfikir sejenak.

“emm tae …tae? Taetae? Eotteokhae?”

Mata Taeyeon membesar mendengar ucapan tiffany. Taetae? Sudah lama ia tidak mendengar nama itu dari mulut orang lain. Nama yang membuat hatinya menangis setiap kali mengingat nama itu.

“tae-tae?” Tanya taeyeon memastikan.

“ne” jawab tiffany singkat.

Taeyeon tersenyum miris. Tiffany terlalu mengingatkan dirinya dengan miyoung, mereka terlalu mirip. Taeyeon menatap tiffany.

“geurae. Kalau begitu aku juga akan memanggilmu pany, bolehkah?” Tanya taeyeon.

Nama itu memang selalu membuat hati taeyeon kembali teriris namun ia tidak bisa berbohong bahwa dirinya merindukan nama itu. karena itu taeyeon menyetujui permintaan tiffany.

“emm, tentu saja. Kau boleh memanggilku apapun yang kau mau. Jadi kapan kau akan membantuku mengerjakan tugasku. Waktu pengumpulannya tidak lama lagi”

“siang ini aku harus bekerja di pom. Mungkin sepulang bekerja sekitar pukul 7 malam?” ujar taeyeon sambil mengingat jadwalnya hari ini.

“baiklah, kalau begitu setelah kau bekerja kita pergi bersama ke apartemenku dan mengerjakannya disana” ucap tiffany.

“pergi bersama? Kau akan ikut aku bekerja?” Tanya taeyeon memastikan pikirannya tidaklah salah.

“tentu saja aku akan menemanimu” jawab tiffany.

“tapi-“ taeyeon menghentikan ucapannya. tiffany baru saja menyimpan telunjuknya dibibir taeyeon. Jantung taeyeon menjadi berdetak cepat karena tindakan tiba-tiba dari tiffany tadi.

“tidak ada tapi-tapian. Aku harap kau tidak menolak. kita sudah menghabiskan waktu disini. Kita harus kekelas sekarang, jam masuk sebentar lagi dimulai. Kajja” tiffany menarik tangan taeyeon dan merekapun turun dari atap.

***

Waktu pembelajaran kini sudah selesai, semua mahasiswa mulai keluar dari kelas mereka masing-masing. Begitupun dengan taeyeon, dia segera membereskan barang-barangnya dengan terburu-buru. Dia tidak ingin membuat tiffany menunggu.

Setelah selesai taeyeonpun segera keluar dari kelasnya dan dugaannya benar, tiffany sudah berdiri disana sambil memainkan ponselnya. Taeyeon segera menghampiri tiffany.

“menunggu lama?” Tanya taeyeon.

“any, sudah selesai? kajja” ujar tiffany.

Merekapun berjalan bersama menuju gerbang sambil berbincang-bincang. Saat mereka sudah sampai digerbang seseorang memanggil tiffany.

“princess!” panggil seorang pria melambaikan tangannya. Pria itu mendekat kearah tiffany.

“oppa!” panggil tiffany langsung memeluk siwon.

Taeyeon mengerutkan keningnya melihat tiffany memeluk pria yang tidak taeyeon kenal itu. tiffany tidak pernah bercerita mengenai pria itu.

“kenapa oppa kemari?” Tanya tiffany melepaskan pelukannya.

“tentu saja untuk menjemputmu princess” jawab siwon sambil mencolek hidung tiffany. Taeyeon semakin mengerutkan keningnya melihat kedekatan tiffany dan siwon.

“benarkah? oh ya oppa kenalkan ini temanku taeyeon” tiffany mengenalkan taeyeon pada siwon.

Siwon tersenyum sangat manis pada taeyeon namun tidak dengan taeyeon, entah mengapa taeyeon merasa tidak menyukai pria itu.

“siwon imnida” siwon mengulurkan tangannya.

“taeyeon” taeyeon membalas uluran tangan siwon.

“oppa bagaimana ini aku sudah punya janji denganya” ujar tiffany merasa bersalah.

“janji apa? Kau akan membiarkan oppamu yang sibuk ini jauh-jauh kemari tapi tidak membawa hasil?” siwon memasang wajah cemberut namun terlihat lucu, tapi tidak menurut taeyeon itu terlihat menjijikan.

“apa kau tidak merindukan oppa? sudah cukup lama kita tidak bertemu” Tanya siwon.

“kenapa oppa berbicara seperti itu tentu saja aku juga merindukanmu, tapi-“ perkataan tiffany terpotong oleh taeyeon.

“gwaenchana kau bisa pergi dengannya” taeyeon sengaja memotong ucapan tiffany.

Sejujurnya ia sangat ingin tiffany menemaninya tapi ia merasa terlalu muak melihat sikap manja-manja antara tiffany dan siwon. Pria itu tidak akan membiarkan tiffany pergi itulah yang taeyeon lihat dari mata pria itu.

“tapi-“

“setelah pekerjaanku selesai aku akan datang ke apartemenmu, kau hanya perlu memberikan alamatmu padaku” taeyeon kembali memotong ucapan tiffany.

“kau dengar temanmu bilang tidak apa-apa. Hari ini kau harus menemani oppa resfeshing” ujar siwon merangkul tiffany.

Melihat pemandangan itu membuat taeyeon tidak tahan. Taeyeon memejamkan matanya sebentar sebelum kembali berbicara.

Taeyeon POV

Apa-apaan dia? Sebenarnya siapa dia? Apa dia kekasih tiffany? Andwae! Tiffany tidak pernah menceritakan hal ini padaku. Pria itu benar-benar. Rasanya aku ingin sekali menghajar pria sok akrab itu.

Aish! Ada apa denganku? sadarlah taeyeon! Itu bukanlah urusanmu kau tidak punya hak untuk melakukan hal itu padanya, kau hanya seorang teman. Lagipula tiffany tidak pernah menceritakan pria itu padaku. tidak semua hal bisa kau ceritakan pada orang lain bukan?

Aku memejamkan mataku sejenak untuk menenangkan pikiranku. Lalu kubuka mataku kembali. Pria itu terlihat sangat akrab dengannya. Tiffany juga terlihat tidak keberatan. Bukankah sudah pasti kalau pria itu adalah kekasihnya? Mereka terlihat sangat serasi.

“oppa mian, bukannya aku tidak ingin pergi denganmu tapi aku-“

“pany-ah, pergilah bersama oppamu. Lagipula aku tidak menanggapi ucapanmu pagi tadi dengan serius. Pergilah aku tidak apa-apa, tidak perlu merasa bersalah. Aku harus pergi” ucapku memotong kembali ucapanya.

Aku menundukan sedikit kepalaku untuk memberi hormat pada pria itu dan berjalan pergi menjauh dari keduanya.

Bukankah sudah jelas jika dia sangat ingin pergi bersama pria itu dibandingkan bersamaku? Ya itu terlihat sangat jelas dari kalimat terakhir yang ia ucapkan. Mengapa hatiku merasa kesal? Wae?

Author POV

Tanpa taeyeon sadari tiffany memasang wajah masam mendengar penolakan taeyeon. Tiffany hanya menatap punggung taeyeon yang berjalan menjauh darinya. Mengapa ia merasa sedih mendengar penolakan taeyeon? Padahal ia sedang berusaha menolak ajakan oppanya. Ia masih ingin bersama taeyeon lebih lama lagi.

“ayo pergi princess” ujar siwon membangunkan tiffany yang sedang bergelut dengan pikirannya.

“Ah-ne oppa” jawab tiffany.

Siwon membukakan pintu depan untuk tiffany setelah itu ia pun masuk kedalam mobil dan duduk dikursi pengemudi. Mereka pun meninggalkan LS university.

***

Taeyeon POV

aku sudah sampai ditempat magangku, pom. Aku berjalan masuk kedalam kantor pom. Kulangkahkan kakiku keruang ganti untuk mengganti pakaianku. Saat aku akan membuka knop pintu ruang ganti seseorang memanggilku.

“taeyeon-ssi” panggil orang itu.

Aku menolehkan kepalaku menatapnya tanpa menjawab panggilannya. Dia adalah rekan kerjaku woohyun.

“sajangnim memintamu untuk keruangannya sekarang” ujarnya.

“ne” jawabku singkat.

Aku melangkahkan kakiku menuju ruang atasanku. Saat aku sudah sampai didepan ruangannya aku mengetuk pintu.

Tok Tok Tok

“masuk”

Setelah mendengar jawaban aku membuka knop pintu dan masuk keruangan sajangnim, dan tak lupa memberi hormat padanya.

“woohyun bilang anda mencari saya” ujarku pada sajangnim.

“ne, ada yang ingin aku katakan padamu taeyeon-ssi, duduklah” ujarnya dengan nada serius dan mempersilahkanku untuk duduk. Akupun duduk sesuai perintahnya.

“kami memutuskan untuk memberhentikanmu dari pekerjaan ini. maafkan kami”

Aku terkejut bukan main mendengar ucapannya. Wae? Kenapa tiba-tiba, apa alasannya?

“tapi kenapa? Maksudku aku tidak pernah melanggar peraturan ataupun terlambat. Kenapa anda memutuskan untuk memecatku?” Tanyaku. Ini benar-benar sulit dipercaya. Aku tidak melakukan kesalahan apapun.

“taeyeon-ssi-”

“apa aku melakukan kesalahan? Tolong beri aku kesempatan sajangnim. Aku tidak bisa berhenti. Kumohon beri aku kesempatan sajangnim” pintaku padanya.

“kau tidak melakukan kesalahan kau sudah melakukan yang terbaik disini, tapi masalahnya kami terlalu memiliki banyak pekerja”

Aku mendengar ucapannya dengan seksama. Hahh…. Mau bagaimana lagi jika keputusan sudah dibuat, aku hanya bisa menerima.

“baiklah saya mengerti sajangnim, terimakasih telah membiarkan saya bekerja selama ini disini” ucapku lalu bangkit dari dudukku.

“taeyeon-ssi ini terimalah, gaji terakhirmu. Kau boleh keluar sekarang” ia memberikan sebuah amplot putih, aku menerimanya dan memberi hormat sebelum keluar dari ruangan itu.

Tak lama setelah itu dering ponselku berbunyi menandakan ada telepon masuk. Aku segera meraih handphoneku dan melihat siapa yang meneleponku. Sajangnim café? Aku segera mengangkat teleponku.

“yeobsaeyo?”

“taeyeon-ssi?” tanyanya.

“ne, sajangnim”

Aku mendengar dengan baik apa yang dia ucapkan, mataku melebar mendengar apa yang di katakannya.

Mwoya ige?!

Aku segera berlari menuju café tempatku bekerja.

***

Author POV

Taeyeon berlari secepat kilat menuju café dimana ia bekerja. Keringat mulai bercucuran ditubuh dan dahi taeyeon. Taeyeon menghentikan kakinya saat Ia sudah sampai ditempat tujuannya. Sebelum mengetuk pintu itu taeyeon menarik nafasnya dalam dan menghapus keringat yang ada didahinya.

Tok tok tok

“sajangnim taeyeon imnida” ujar taeyeon sambil mengetuk pintu.

“masuk”

Taeyeon pun masuk ruangan pemilik café tersebut dan memberi hormat.

“sajangnim bukankah anda mengatakan tidak apa-apa. Mengapa anda berubah pikiran?” ujar taeyeon.

“ya, tapi setelah dipikir-pikir lagi, tidak seharusnya aku mentolerir kekerasan seperti itu. kau menghajar tamu café ini kim taeyeon. Itu bukan perkara kecil. Bagaimana jika dia menuntut cafe ini?” ujar sajangnim café tersebut.

“tapi anda bilang tidak apa-apa. Aku memang melakukan kesalahan, tak bisakah anda memberiku kesempatan? Kumohon. Jika anda memecatku lalu bagaimana aku bisa menghidupi kehidupanku? Kumohon sajangnim, jebalyo” mohon taeyeon.

“maafkan aku taeyeon. Kau tidak perlu datang lagi baik besok atau seterusnya dan ini gaji terakhirmu” jawab sajangnim café itu lalu memberikan amplop putih yang berisi uang.

Taeyeon memejamkan matanya sejenak setelah mendengar jawaban dari atasannya atau bisa disebut mulai saat ini mantan atasannya itu untuk mencoba mencerna setiap perkataannya. tidakkah ini terlalu mendadak? Dalam satu hari taeyeon kehilangan dua pekerjaannya yang bahkan gajinya tak seberapa.

Ini terlalu aneh. Apa mungkin ini kebetulan? Ataukah ada seseorang dibalik kejadian ini?

Segala macam pikiran berkecamuk didalam pikiran taeyeon. Disaat ia akan memulai lembaran baru dengan bantuan sahabat barunya namun ujian sudah mulai menghadangnya. Apa ia memang ditakdirkan untuk hidup sulit?

***

“terimakasih untuk kerja kerasmu hari ini yuri-ssi” ujar pria tua yang menjabat sebagai pimpinan restoran tempat yuri bekerja.

“sudah menjadi tugasku untuk bekerja keras setiap hari sajangnim” ujar yuri sambil tersenyum. Saat ini yuri sedang diruangan pimpinan tersebut.

“hajiman, aku harap mulai besok kau tidak perlu datang lagi kemari yuri-ssi” pinta sajangnim.

“ne? geun-geundae wae sajangnim? Aku akan memperbaiki kinerjaku menjadi lebih baik lagi. Kumohon beri aku kesempatan” mohon yuri.

Yuri benar-benar terkejut dengan pemecatan dadakan ini. ia merasa tidak melakukan kesalahan apapun selama ia bekerja disini.

“bukan begitu, hanya saja aku tidak bisa mempekerjakanmu lagi disini, maafkan aku” sajangnim itu juga merasa menyesal karena harus memecat pekerja terbaiknya.

“kalau begitu berikan alasan mengapa aku harus berhenti”

“…………….”

“Sajangnim?”

“…………….”

Sajangnim tidak menjawab. Sejujurnya ia sendiri juga bingung harus menjelaskannya seperti apa. Ia hanya terpaksa harus melakukannya. Dia tidak bisa berbuat apa-apa selain memecat yuri.

“sajangnim…. Apa seseorang menyuruhmu untuk memecatku?” tebak yuri.

Sajangnim itu membelalakan matanya ketika mendengar tebakan yuri. ia tidak tahu harus berkata apa.

“jadi benar? Ayahku yang memintamu?” yuri tersenyum miris. Ayahnya benar-benar sudah keterlaluan pikir yuri.

“maafkan aku yuri-ssi, aku sudah menolak untuk memecatmu tapi ayahmu mengancam akan menutup restoran ini jika aku masih mempekerjakanmu. Aku tidak bisa berbuat apa-apa. Mengapa kau harus bekerja ditempat seperti ini jika kau mempunyai ayah yang begitu terkenal dan kaya. Kembalilah pada ayahmu” ujar sajangnim itu dengan menyesal.

“anda tidak tahu apa-apa jadi jangan mencoba menceramahiku” ketus yuri lalu segera pergi dari tempat itu.

“kita lihat siapa yang akan bertahan, aku atau kau appa” ujar yuri berkata pada dirinya sendiri sambil berjalan menuju rumahnya bersama taeyeon.

***

Tiffany dan siwon kini sudah sampai ditempat yang telah siwon tuju. Tiffany tersenyum dengan lebar begitu melihat kemana siwon membawanya.

“jika oppa ingin refreshing kurasa oppa memilih tempat yang salah” ujar tiffany begitu mereka keluar dari dalam mobil. Mereka kini berada di parkiran mall.

“any, aku memilih tempat yang tepat. Lagipula tempat favoritemu adalah tempat favoriteku juga“ jawab siwon tersenyum lebar pada tiffany.

“so, ayo kita habiskan uang oppa dan berbelanja sepuasnya” ucap siwon.

Mendengar ucapan terakhir siwon membuat senyum tiffany semakin lebar. merekapun masuk kedalam mall sambil berpegangan tangan.

Siwon dan tiffany sudah berada di mall selama 4 jam dan tentu barang yang mereka belipun sudah sangat banyak sampai tangan siwon penuh dengan tas belanjaan.

“oppa, ayo kita kesana!” ajak tiffany menarik siwon yang terlihat mulai lelah.

“baby bisakah kita hentikan sekarang oppa sudah sangat lelah” mohon siwon pada tiffany.

“tapi aku masih ingin disini, masih banyak yang ingin aku lihat dan beli. Pokoknya ayo kita kesana!” kekeh tiffany sambil menunjuk tempat yang menjual aksesoris.

“baby-“

“oppa sendiri yang bilang untuk berbelanja sepuasnya, ya sudah kalau begitu aku bisa pergi sendiri” ujar tiffany sambil memasang wajah cemberut dan berjalan menuju tempat yang ingin ia kunjungi meninggalkan siwon.

hahh~ seharusnya aku tidak berkata berbelanja sepuasnya pada maniak shoping. Princess tunggu oppa!” siwon mengejar tiffany yang sudah berjalan mendahuluinya.

***

Mataharipun kini mulai bersembunyi digantikan dengan cahaya rembulan.

“aku pulang”

yuri baru saja pulang dari tempat kerjanya dilihatnya seluruh ruangan sangat gelap tidak ada lampu yang menyala.

“apa taeyeon belum pulang?” tanyanya pada diri sendri.

Yuri pun berjalan sambil meraba dinding untuk mencari saklar lampu. Saat ia menemukannya ia segera menyalakannya.

“O MY GOD!” yuri berteriak terkejut melihat seseorang yang sedang duduk di pojok sambil menenggelamkan kepalanya pada kedua lututnya.

“tae-taeyeon?”

“…………….”

“taeyeon gwaenchana?”

“yul, kurasa tuhan sedang mempermainkanku”

“taeng..”

Taeyeon mengangkat kepalanya dan menatap yuri dengan tatapan yang sulit yuri artikan.

“aku tidak mengerti sebenarnya apa yang tuhan inginkan dariku, bagaimana bisa Dia melakukan ini padaku. Wae? Apa aku melakukan kejahatan? Ya benar, kurasa dikehidupanku sebelumnya aku sudah melakukan kejahatan besar sampai Dia murka padaku”

“taeyeon-“

“mereka memecatku, semua. Tidak ada yang tersisa”

“……….”

“mengapa masalah selalu datang tanpa henti padaku? Aku benar-benar lelah yul” taeyeon kembali menenggelamkan kepalanya.

“mianhae taeng.. jeongmal mian-hae”

Setelah mengatakan itu yuri segera berlari keluar rumah dengan emosi. Yuri segera menghentikan taxi dan masuk kedalamnya.

‘kuharap ini bukan ulahmu appa’

***

Waktu sudah menunjukkan pukul 09.15 PM, tiffany dan siwon baru saja pulang dari aktivitas shoping mereka, kini mereka sedang ada di depan gedung apartemen tiffany dan jessica.

“oppa gomawo untuk hari ini dan belanjaannya” ujar tiffany dengan senyum sumringah.

“untukmu apapun akan kulakukan baby” siwon mengacak acak puncak kepala tiffany dan mengecup kening tiffany.

“masuklah sudah malam princess”

“ne oppa, neomu gomawo Chuu~” tiffany mencium pipi siwon membuat terdiam kaget.

“oppa kau juga harus segera pergi dan beristirahat dirumah” suara tiffany menyadarkan siwon dari kegiatan diamnya karena kecupan tiffany tadi.

“a-ah n-ne, oppa akan pergi setelah melihatmu masuk” ucap siwon. Tiffany menggelengkan kepalanya.

“no, oppa. aku akan masuk setelah oppa pergi”

“baiklah my princess oppa pergi dulu” siwon segera masuk mobil dan menyalakan mesin. Tiffany berjalan mundur sambil melambaikan tangannya pada siwon. Siwon pun mulai melaju bersama mobilnya. tiffany memutarkan tubuhnya.

“AKH, OMO!” tiffany terkejut ketika membalikkan tubuhnya, tepat didepannya seseorang sedang berdiri dengan tatapan datarnya.

“tae-tae?”

“seharusnya kau menghubungiku jika akan pulang terlambat. Kita mungkin bisa me-cancelnya. Kau membuang waktuku membuatku menunggu seseorang yang sedang bersenang-senang sampai melupakan janjinya, hahh~ jinja”

“tae, aku benar-benar minta maaf. Aku benar-benar tidak ingat janji kita, maafkan aku. are you angry?” ujar tiffany.

Dia benar-benar lupa dengan janjinya bersama taeyeon. Dia terlalu asik shoping sampai melupakan waktu. Tiffany benar-benar merasa bersalah pada taeyeon.

“………….”

“tae- aku-”

“gwaencahana, kita lakukan dihari lain saja. Aku sudah terlalu lelah aku ingin pulang”

Taeyeon membalikan badannya dan mulai melangkah menjauhi tiffany yang terdiam. Taeyeon tidak marah pada tiffany hanya saja moodnya berubah menjadi semakin buruk begitu melihat kemesraan tiffany bersama pria itu, ia tidak tau mengapa. Mungkin ini karena pikirannya yang sedang kacau karena masalah yang sedang ia hadapi saat ini. Satu langah dua langkah tiga langkah hingga akhirnya delapan langkah taeyeon merasakan tubuhnya sedikit terdorong kedepan dan sepasang tangan melingkar diperutnya.

“don’t go”

Taeyeon terdiam, ia benar-benar terkejut.

“please don’t go, I’am so sorry tae. This is my fault. I’m sorry. Please don’t leave me-hiks” tiffany berkata sambil meneteskan air matanya.

“kita baru saja dekat dan aku sudah membuatmu kecewa dan marah. aku tidak bisa-hiks membiarkanmu pergi dalam keadaan seperti ini. bisakah-hiks kau memaafkanku? Aku berjanji tidak akan melakukannya lagi, please don’t leave me” tiffany berkata sambil terisak.

Ada perasaan sakit dalam hati tiffany karena telah membuat sahabat barunya itu kecewa. Tiffany tidak bisa membiarkan taeyeon pergi, ia takut jika dia membiarkannya pergi taeyeon akan berfikir negative tentang dirinya dan berakhir taeyeon kembali menjauh darinya. Entah mengapa ia tidak ingin itu terjadi.

Memikirkannya saja sudah membuat ia prustasi, tiffany hanya ingin taeyeon terus berada disampingnya memberikan kenyamanan seperti hari-hari sebelumnya.

Taeyeon melepaskan tangan tiffany yang melingkar diperutnya lalu menggenggamnya dan membalikkan tubuhnya menghadap tiffany.

“hey apa yang kau bicarakan, I’m okay. aku tidak marah, kecewa atau apapun itu, aku hanya sedang ber-mood tidak baik hari ini. maaf jika sikapku membuatmu berfikir seperti itu. kau harus tahu kau adalah sahabatku kau bahkan berjanji akan mencoba membantuku karena itu aku tidak akan melepaskanmu begitu saja, jadi ..” taeyeon menghentikan perkataannya dam menatap tiffany dengan tatapan teduhnya menenangkan tiffany.

“aku tidak akan pergi kemana-mana sebelum kau menepati janjimu, setidaknya sampai kau mengibarkan bendera putih padaku. Kau berbicara seolah-olah aku akan pergi selamanya, aku tidak akan pergi kemanapun pany-ah justru kaulah yang aku takutkan meninggalkanku. Jadi aku mohon jangan pergi tetaplah disampingku karena aku membutuhkanmu tiffany hwang” ucap taeyeon tulus lalu menghapus bulir-bulir yang jatuh dari mata indah itu.

“itu tidak akan terjadi. Aku pastikan itu tae, I’m promise and I’m so sorry for today” ucap tiffany.

Taeyeon tersenyum begitu pula tiffany, mereka tersenyum sambil menatap satu sama lain tanpa sadar jantung yang mulai terasa berdetak lebih cepat

***

Tok tok tok

“masuk” ucap pria tua ketika mendengar suara ketukan dari arah pintu ruang kerjanya.

Orang yang berasa di balik pintu itu pun membuka pintu tersebut setelah mendengar jawaban dari pria tua itu. perlahan ia masuk dan memberi hormat pada pria itu.

“saya sudah melakukan apa yang anda perintahkan sajangnim” ucap pria yang mengetuk pintu tadi.

Pria tua itu menganggukkan kepalanya dan tersenyum tanpa mengalihkan pandangannya dari laporan perusahaan yang ada dimejanya.

“bagus. Kau bilang nama anak itu adalah kim taeyeon bukan?” Tanya pria tua.

“ne sajangnim”

“anak itu terlihat seperti orang yang aku kenal. Wajahnya terasa tidak asing untukku” pria itu menyenderkan punggungnya pada kursi dan menatap bawahannya itu.

“haruskah saya mencari latar belakangnya sajangnim?”

“tidak, tidak perlu. Yang aku perlukan adalah bagaimana caranya membuat putriku menyerah dan kembali kerumah ini. kau boleh pergi”

Pria itu memberi hormat dan berbalik menuju pintu, saat pria itu membuka pintu ia terkejut melihat seseorang berdiri disana dengan tatapan berbagai emosi marah, kecewa, dan sedih.

“n-nnona-“ ujar pria itu terkejut.

Sedangkan pria tua itu tersenyum begitu melihat putri semata wayangnya kini berada didepannya.

“kau datang lebih cepat dari dugaanku” ujar pria tua yang menyandang sebagai ayah dari wanita itu.

“katakan jika itu bukan ulahmu” yuri melangkah mendekat, ia berharap apa yang ia dengar tadi adalah kebohongan atau setidaknya pendengarannyalah yang salah.

Tuan kwon memberi intruksi pada bawahannnya itu untuk meninggalkan ruangannya. Pria itu pun kembali memberi hormat dan menghilang dibalik pintu besar nan megah itu.

“apa maksudmu sayang?” jawab tuan kwon.

“aku yakin appa tahu apa yang aku maksud” ketus yuri.

“ahh apa maksudmu mengenai pekerjaanmu? Ya appa yang melakukannya” jawab kwon yunho enteng.

“lalu bagaimana dengan temanku, apa ia juga?”

“appa yakin kau tahu jawabannya” mendengar jawaban dari sang appa yuri hanya bisa menutup matanya menahan emosi, kecewa dan kesedihan yang ia rasakan sekarang. Ia berharap ia dapat menahan bulir-bulir air yang terus merengek ingin keluar dari sarangnya.

“bukankah sudah appa katakan bahwa appa akan melakukan apapun agar kau menjadi pewaris. Appa bahkan bisa berbuat hal yang lebih dari itu jika kau tetap bersikeras menolak”

“tidak hanya teman sekamarmu, tapi orang-orang disekitarmu juga kwon yuri”

Yuri membuka matanya begitu mendengar ucapan appanya, ‘berbuat hal yang lebih’? Yuri tersenyum miris lalu menatap appanya.

“ijinkan aku bertanya satu hal, apa artinya aku bagimu appa?” Tanya yuri. matanya mulai berkaca-kaca.

“tentu saja kau adalah putriku satu-satunya, ahli waris kwon corp. karena itu kau sangat berharga untuk appa yuri-ah”

Yuri kembali tersenyum miris mendengar jawaban dari sang appa, dirinya menjadi berharga hanya karena ia satu-satunya ahli waris, itulah yang yuri tangkap dari jawaban seorang Kwon Yunho

***

Rabu, 19 February 2014

“perlu bantuan?” taeyeon menawarkan dirinya untuk membantu yuri yang sedang memasukan barang-barangnya kedalam kardus.

“gwaenchana aku sudah selesai taeng, tinggal beberapa barang lagi yang harus aku masukan kedalam kardus” jawab yuri masih dengan aktivitasnya membereskan barang miliknya.

“kalau begitu biar aku masakan sesuatu sebelum kau pergi” ujar taeyeon lalu pergi dari kamar meninggalkan yuri sendiri.

hahh~

Yuri menghela nafasnya dengan berat, ia sangat ingin meminta maaf pada taeyeon atas insiden pemecatan taeyeon beberapa hari yang lalu, namun yuri tidak tahu harus menyampaikannya seperti apa. Ia benar-benar takut sahabatnya akan membenci dirinya dan keluarganya.

Tak beberapa lama kemudian yuri keluar dari kamar dan menghampiri taeyeon yang baru selesai memasak.

“ayo duduk, kita makan bersama” ajak taeyeon. Yuripun menuruti taeyeon dan duduk didepan taeyeon. Taeyeon menyajikan pasta untuk yuri.

“pasta?”

“emm, aku sedang mencoba membuat pasta. Coba dan berikan pendapatmu untukku” jawab taeyeon.

Yuripun mulai memakannya, namun ia menghentikan kegiatan mengunyahnya dan menatap taeyeon dengan ekspresi yang sulit ditebak.

“wae? Apa sangat buruk?”

“emm, ini sangat tidak bagus taeng”

“jinja?”

“eoh, rasanya seperti masakan chef hotel bintang lima, daebakk!! Kurasa kau harus membuka sebuah restoran taeng”

Taeyeon tersenyum melihat reaksi berlebihan yuri, taeyeon kira masakanya benar-benar buruk karena sesungguhnya taeyeon tidak tahu bagaimana rasanya pasta, ia belum pernah memakannya sama sekali.

“kau berlebihan yul” taeyeon tersenyum malu.

“any, ini benar-benar daebak! Geundae …” yuri menghentikan perkataannya sebelum melanjutkan perkataannya kembali dan menatap taeyeon mencari kebenaran atas apa yang sedang yuri pikirkan.

“tidak biasanya kau belajar resep baru, apa kau berencana akan memberikannya pada seseorang?” Tanya yuri menyelidik.

“ne, aku berencana memberikannya pada tiffany”

“wahh, aku kira kalian semakin dekat saja. Mungkin kedekatan kalian sekarang melebihi kedekatan kita”

“eyy, tidak seperti itu yul, aku hanya berjanji akan memasakan sesuatu padanya”

Yuri hanya mengangguk-anggukkan kepalanya. Setelah itu keheningan mulai menghampiri mereka. Mereka sibuk dengan pikiran masing-masing sebelum akhirnya taeyeon memutuskan untuk memecahkan keheningan.

“yul apa ada yang ingin kau katakan padaku?” Tanya taeyeon

“n-ne? ahh any” jawab yuri.

Namun taeyeon tahu ada yang mengganggu pikiran sahabatnya itu. sejak tadi taeyeon perhatikan yuri sudah berkali-kali menghela nafas. Ada yang yuri sembunyikan darinya.

“katakan saja tak apa yul. Kau tidak bisa menyembunyikannya dariku”

“…………..”

Yuri tidak menjawab dan hanya menundukkan kepalanya.

“m-mianhae taeng” akhirnya yuri membuka suara.

“mengapa kau meminta maaf padaku, kau tidak bersalah yul”

“any, aku sudah membuat kesalahan besar yang berdampak padamu. Insiden pemecatan itu appaku pelakunya, mianhae” yuri mengatakannya masih dengan kepala menunduk, ia tidak berani menatap taeyeon.

Taeyeon terkejut mendengar pengakuan yuri. taeyeon hanya diam mencoba kembali mencerna apa yang yuri coba katakan padanya. Tapi mengapa? Mengapa appa yuri melakukan ini padanya?

“appa melakukannya karena ingin aku kembali, karena itu appa terpaksa melakukan itu padamu”

Setelah mendengar alasan appa yuri melakukan itu, taeyeon kini mengerti.

“Aku sangat malu padamu taeng, aku sangat tidak pantas menjadi sahabatmu” yuri menutup wajahnya dengan kedua tangannya.

Ia benar-benar malu, setelah mengatakan ini ia yakin taeyeon pasti akan membencinya dan juga keluarganya. Namun pikiranya salah, ia merasakan seseorang menggenggam tangannya membuat wajahnya tidak tertutupi lagi. Taeyeon menggenggam tangan yuri erat memberikan kekuatan.

“Gwaenchana yul, Ini bukan salahmu jadi tidak perlu merasa bersalah padaku. Yang sudah terjadi biarkan berlalu bukan? Lagipula aku memang berencana mancari pekerjaan yang gajinya lebih tinggi, kau tahu gajiku sangat kecil bukan? Dan berhenti berfikir kalau kau tidak pantas menjadi sahabatku atau aku benar-benar akan membuangmu” taeyeon tersenyum dengan tulus. Yuri hanya mengangguk dan kembali memakan makanannya.

***

“masuklah” tiffany mempersilahkan taeyeon untuk masuk apartemennya.

Taeyeonpun masuk dan sedikit tercengang begitu melihat interior apartemen minimalis itu. apartemen yang sederhana namun berkelas dan indah membuat siapa saja betah tinggal disana.

“ingin minum sesuatu?” tanya tiffany.

“Emm apa saja” jawab taeyeon lalu duduk dikursi yang sudah tersedia.

“Ini minumlah” tiffany memberi jus pada taeyeon dan duduk disampingnya.

Hening.

entah mengapa mereka merasa canggung satu sama lain.

“Emm dimana jessica?” taeyeon memecahkan keheningan.

“Tidur dikamarnya” jawab tiffany.

” ini baru jam 7 malam dan dia sudah tidur?” taeyeon menatap tiffany tak percaya. Pasalnya selama ia hidup taeyeon tidak pernah tidur secepat itu karena ia harus bekerja.

“Kau tahu dia sangat menyukai tidur, jangan terkejut seperti itu. Dia bahkan pernah mengisi harinya dengan tidur seharian dihari libur” ucap tiffany sambil tertawa membuat taeyeon melihat eyesmile cantik itu.

Taeyeon terdiam. Dia benar-benar tidak bisa mengalihkan pandangannya dan ….

Deg deg deg..
Deg deg deg ..

“Yeppeo” tanpa sadar taeyeon mengucapkan kalimat itu.

“Ne?” tiffany pun ikut terkejut mendengar ucapan taeyeon.

Mukanya memerah mendapat pujian seperti itu dari taeyeon, jantungnyapun memompa lebih cepat dari biasanya. Padahal tiffany sudah biasa mendengar pujian seperti itu dari orang-orang dan juga temannya, tapi saat taeyeon yang mengatakannya ada perasaan senang disana.

Taeyeon ikut tersadar akan ucapannya itu. Mukanya ikut memerah seperti tiffany bahkan lebih.

“Ma-maksudku kau sangat cantik jika menampilkan senyummu seperti tadi-ya itu maksudku” taeyeon menjadi salah tingkah dengan ucapannya sendiri. Jantungnya berdetak sangat kencang sampai-sampai taeyeon tidak bisa mengendalikan dirinya.

“N-ne gomawo, kau juga sangat cantik jika tersenyum tae” jawab tiffany malu-malu.

Mereka saling memalingkan muka mereka karena malu sekaligus untuk menenangkan jantung mereka yang sedang tidak normal.

Hening.

“Lebih baik kita segera mengerjakan tugasmu sebelum semakin larut” ujar taeyeon yang sudah lumayan berhasil mengendalikan detakan tak normal itu.

“Y-ya, aku akan membawa buku dan yang lainnya dulu” ujar tiffany lalu pergi menuju kamarnya.

Tak lama tiffany kembali dan merekapun mulai mengerjakannya bersama-sama. Hingga tak terasa kini waktu menunjukkan pukul 10.21 pm.

“Pany-ah lebih baik kita lanjutkan lagi nanti ini sudah terlalu larut, kau juga sudah mengantuk” taeyeon memutuskan menghentikan aktivitas mereka melihat kondisi tiffany yang sudah 5 watt. Tangan kanannya menyangga wajahnya, sambil berusaha untuk tidak tidur.

“Emm”tiffany menjawab setengah sadar membuat taeyeon tersenyum.

“Ingin melanjutkannya kapan?”

“Emm” tiffany menjawab masih dengan setengah sadar semakin membuat taeyeon gemas.

Tiba-tiba ide jail muncul dikepalanya, taeyeon menyeringai. Ia mendekat, tangan kirinya menyentuh pipi mulus tiffany dan taeyeon mendekatkan kepalanya.

Tiffany POV

aku merasakan sebuah tangan menyentuh wajahku, tangannya sangat hangat dan lembut membuatku nyaman. Mimpi yang terasa nyata.

“Pany-ah~”

Suara itu? Taeyeon? Bisikannya terdengar sangat sensual dan menggoda. Mwoya ige?!! Sekarang jantungku berdetak tidak normal kurasa.

“let me~”

Let me? Apa maksudnya? Tangan itu mulai menyelus pipi dan rahangku. Aku tidak tahan ini benar-benar- Aku merasakan hembusan nafasnya mengenai wajahku.

Aku membuka mataku selebar mungkin dan-

“AAAAAAHHHHHHH!!!!”

PLAKKK

JDUG!

“Aww!”

Author POV

“AAAAAAHHHHHHH!!!!”

PLAKKK

JDUG!

“Aww!”

“Omo ! Tae gwaenchana? M-mianhae” tiffany menghampiri taeyeon yang memegang kepalanya karena kesakitan.

“Appo~”

“Mianhae, lagipula ini salahmu mengapa membuatku terkejut seperti itu” ujar tiffany.

“Tiff! Ada apa?!” jessica menghampiri asal jeritan itu.

“Jessie kau bangun? Mian membangunkanmu, aku hanya terkejut tadi” ucap tiffany.

Kalian bisa membayangkan betapa kerasnya jeritan tiffany sampai membangunkan seorang putri tidur?

“Oh-tiff kau benar-benar menyebalkan. Kau membuatku bangun dan berlari kemari. Kau membuatku berkeringat” ujar jessica sebal. Dan membalikkan badannya berniat kembali ke kamarnya melanjutkan tidurnya.

“Mani appo? Sini biar aku lihat” tiffany melepaskan tangan taeyeon yang memegang kepalanya membuat taeyeon mengangkat wajahnya menghadap tiffany.

“Omo! Sebenarnya apa yang aku lakukan, pipimu-” tiffany menggigit telunjuknya.

Ya pipi taeyeon merah dan sedikit bengkak. Dia baru saja mendapat tamparan keras dan pukulan dikepalanya.

“Kepalaku juga sakit” keluh taeyeon.

Tiffany semakin merasa bersalah, melihat taeyeon menahan sakit.

“I’m so sorry, biar aku ambilkan es batu dulu” ujar tiffany dan berlari menuju kulkas untuk mengambil es batu.

Tak lama tiffany kembali. Dan duduk disamping taeyeon.

“Biar aku saja” taeyeon hendak mengambil es batu yang ada ditangan tiffany namun tiffany menahannya.

“Tidak, biar aku saja. Aku harus bertanggung jawab” tiffany mendekatkan tangannya ke pipi taeyeon membuat taeyeon sedikit merinding ketika rasa dingin mulai menyentuh kulit pipinya.

“Aww-” tangan taeyeon refleks memegang tangan tiffany yang berada diwajahnya. Membuat mata mereka bertemu.

Hening.

Untuk beberapa saat mereka terdiam sambil menatap satu sama lain.

Deg deg deg deg

Tiffany sadar akan apa yang sedang mereka lakukan, ia melepaskan tangannya dari genggaman taeyeon dan segera menyadarkan dirinya.

“Kau harus segera pulang” ujar tiffany. Taeyeon pun kini ikut tersadar.

“E-eoh kau benar, ini sudah larut”

Taeyeonpun pun keluar apartemen ditemani tiffany.

“Tidak perlu mengantarku, kau harus istirahat” ucap taeyeon dan diangguki tiffany. Taeyeon mulai berbalik dan melangkahkan kakinya.

“Tae?” panggil tiffany membuat taeyeon kembali berbalik.

“Hati-hati, hubungi aku jika kau sudah sampai” ucap tiffany.

Taeyeon menganggukkan kepalanya.

“Masuklah, goodnight fany-ah. Mimpikan aku” ucap taeyeon diakhiri candaan.

Tiffany tersenyum dan mengangguk. Taeyeon mulai melangkah pergi dari tempat itu begitupun tiffany yang kembali masuk kedalam apartemen. Mereka kembali dengan senyum merekah dibibir mereka.

***

Jum’at, 21 February 2014

Taeyeon POV

“Aku pulang! Yul aku membeli jjajangmyun”

“………………..”

Ahh aku lupa kalau yul sudah tidak tinggal disini bersamaku. Aku sudah terlalu biasa dengan kehadirannya disini. Aku duduk dan membuka bungkus jjajamgmyun lalu memakannya.

Hening.

Sepi.

Aku merasa kesepian sekarang, tidak ada yang bisa aku ajak bicara ataupun bercerita. Aku tidak suka ini. aku merasa benar-benar sendiri sekarang.

Hahh~

Drrrrrrtttttt

Aku menoleh melihat siapa yang menghubungiku dimalam hari seperti ini. aku tersenyum melihat nama yang tertera disana. Aku angkat telepon itu dengan sumringah.

“Hey apa aku mengganggumu?” tanyanya.

“Tidak, tentu tidak. Kau menelepon disaat yang tepat” jawabku.

“Benarkah? aku senang mendengarnya”

“Sedang apa?” tanyanya lagi.

“Emm, makan malam?”

“Jam berapa ini? kenapa baru makan malam?” dia terdengar khawatir.

“Hari ini aku mencari pekerjaan baru, karena itu aku baru pulang”

“Lagi? Kau menambah pekerjaan paruh waktumu? Kau akan sangat lelah. Berhenti membanting tubuhmu seperti itu tae, aku tidak suka”

“Tidak-tidak, aku mengundurkan diri dari pekerjaan lamaku pany-ah”

Aku tidak menceritakan mengenai pemecatanku padanya, menurutku itu bukan sesuatu yang pantas untuk diceritakan terutama saat aku tahu bahwa appa yuri yang melakukannya.

“Kenapa belum tidur? Ini sudah larut” tanyaku mengalihkan pembicaraan.

“Aku tidak bisa tidur” jawabnya lemas.

“Wae?”

“Memikirkan seseorang”

Seseorang? Nugu? Apa pria waktu itu?

“Nugu?” tanyaku hati-hati

“Secret”

“Apa pria itu yang sedang kau pikirkan?”

“Pria? Pria mana?”

“Yang menjemputmu beberapa waktu lalu? Remember?”

“Ah~Maksudmu siwon oppa?”

Jadi nama pria itu siwon? Entah mengapa ada perasaan kesal begitu mengingat kejadian saat pany
melupakan janjinya denganku karena pria itu.

Author POV

“Tae? Kau masih disana?” tanya tiffany karena tidak terdengar suara apapun diseberang.

“a-ah ne”

“Ada apa? Apa sesuatu terjadi?” tanya tiffany karena ia merasa taeyeon sedikit aneh.

“Jadi pria itu yang sedang kau pikirkan?” tanpa taeyeon sadari ia menggunakan nada tidak suka. Tiffany tertawa mendengar ucapan taeyeon.

“Kau terlihat seperti cemburu tae” ucap tiffany sambil terkekeh membuat taeyeon membelalakan matanya.

Cemburu? Dia cemburu? Tapi kenapa?

“U-untuk apa aku cemburu. Aku hanya bertanya. Kau tidak pernah bercerita mengenai pria itu padaku” ujar taeyeon menyanggah ucapan tiffany.

“mengapa kau berkata pria itu, dia punya nama. Namanya siwon Hwang. Dia oppaku, kakak kandungku. Dan bukan dia yang sedang aku pikirkan”

“Ne? kakak kandung?” taeyeon terkejut mendengar penjelasan tiffany. Ada perasaan lega dalam diri taeyeon walau dirinya sendiripun tidak tahu mengapa.

“Kalau begitu siapa?” tanya taeyeon lagi, ia ingin tahu siapa orang yang sedang tiffany pikirkan.

“Jika kubilang ‘kau’ apa kau akan percaya?”

Taeyeon merasa perutnya dipenuhi kupu-kupu saat ini, jantungnya pun berdetak kencang mendengar jawaban tiffany.

“………….. hei kurasa leluconmu tidak lucu pany-ah” taeyeon tidak tahu harus berkata apa, hanya perkataan itu yang terpikirkan olehnya.

“Kau benar, ini tidak lucu” tanpa taeyeon sadari seseorang diseberang sana mengerucutkan bibirnya mendengar respon taeyeon.

“…………………….”

“pany-ah ingin sarapan bersama lagi besok?” taeyeon memecahkan keheningan.

“Sure!” jawab tiffany semangat.

“Aku akan menunggumu digerbang universitas besok. Aku akan memasak untukmu jadi kau tidak perlu membawa apapun”

“Baiklah, aku tidak sabar untuk memakan masakanmu tae!” taeyeon bisa mendengar betapa semangatnya tiffany dengan ajakannya

“Kalau begitu sampai jumpa besok” ucap taeyeon,

“Ya, sampai jumpa”

“Goodnight”

“Goodnight”

“tae?”

“emm”

“Mimpikan aku”

Taeyeon tertawa mendengar ucapan tiffany.

“of course”

***

Senin, 24 February 2014

Tok tok tok

“Nona, tuan besar sudah menunggu anda untuk sarapan”

Terdengar suara dari balik pintu kamar besar nan megah membuat sang pemilik kamar tersadar dari lamunannya.

“Aku akan segera keluar” ucap pemilik kamar tersebut.

.

.

Mereka makan dengan keheningan. Tidak ada yang membuka suara sebelum akhirnya seorang pria tua baya mengeluarkan suaranya.

“Tidak lama lagi kau akan lulus dari kuliahmu, appa harap kau segera kuasai apa yang telah diajarkan sekertaris Ko padamu. Saat kau sudah lulus appa ingin kau segera masuk perusahaan”

“………..”

“Kwon Yuri mengapa kau tidak menjawab ucapan appa! Dimana tatakramamu!”

“Tidak bisakah appa tidak membahas itu saat makan?”

“Mwo?”

“kapanpun, dimanapun, setiap saat yang appa bicarakan hanya mengenai perusahaan. Setidaknya tidak bisakah appa berbasa basi padaku sebelum mengatakan itu, atau setidaknya tanyakan keadaanku. Sejak aku menginjakkan kaki dirumah ini appa tidak pernah sekalipun menanyakankan kabarku. Apa hanya perusahaan yang penting bagi appa?”

“kau benar, perusahaan lebih penting bagiku. apa kau tahu semua ini untukmu. Saat perusahaan melonjak naik kau sendiri yang akan merasakan buahnya-“

“AKU TIDAK MEMBUTUHKAN ITU!” teriak yuri. hatinya sakit mendengar pengakuan dari sang appa yang sangat ia cintai.

“KWON YURI!” kwon yunho berdiri dari duduknya sambil mengembrak meja makan.

“yeobo sudah hentikan!” ucap kwon boa mencoba melerai perdebatan suami dan putrinya.

“SEJAK APPA MEMEGANG PERUSAHAAN ITU! SEJAK SAAT ITU APPA BERUBAH! APPA TIDAK MEMPEDULIKAN AKU DAN EOMMA LAGI. APPA BAGAIKAN ORANG ASING BAGIK-“

PLAKK!!

“YEOBO!” teriak kwon boa.

Yuri merasa pipinya memanas, ia juga merasa matanya kini terasa perih karena air mata yang meronta ingin keluar. Yuri tersenyum miris. Sakit. Hatinya sakit melebihi rasa sakit yang ia rasakan dipipinya. Untuk pertama kalinya ia menyesali hidupnya. Yuri mengangkat wajahnya menatap sang appa.

“inilah yang sering aku dapatkan. Sakit. Apapun yang aku katakan appa tidak akan peduli. Meskipun begitu aku tidak bisa membencimu seberapa besar aku mencoba, yang aku rasakan hanya semakin menyayangimu” setelah mengucapkan itu yuri membalikkan badannya sambil meneteskan air matanya.

“KWON YURI! MAU KEMANA KAU KITA BELUM SELESAI BICARA!”

“YEOBO HENTIKAN!”

Yuri terus melangkah tidak mempedulikan teriakan sang appa. Ia hanya ingin keluar dari rumah yang terasa seperti neraka baginya

***

“menunggu lama?” Tanya tiffany yang baru saja menginjakkan kakinya digerbang kampus.

“tidak aku baru saja sampai“ jawab taeyeon.

“Kajja aku sudah lapar” ucap taeyeon sambil ber-egyeo mengusap perutnya. Melihat itu tiffany tertawa dan mengangguk

.

.

“Wahh! Apa ini sungguh kau buat sendiri tae?” tanya tiffany setelah mencoba bekal yang taeyeon buat.

Saat ini mereka sedang berada diatap kampus untuk menikmati sarapan bersama mereka sambil menghirup udara pagi segar.

“Tentu saja, bagaimana? Kau menyukainya?” taeyeon sangat yakin jika tiffany akan menyukainya karena yuri pun saat itu bereaksi seperti tiffany.

“Sangatt, ini benar-benar-emm pasta terenak yang pernah aku coba” ujar tiffany antusias. Mereka fokus dengan makanan yang mereka makan masing-masing.

“Maaf aku selalu memintamu sarapan bersama” ucap taeyeon.

“Kenapa bicara seperti itu, aku tidak suka tae bersikap seperti itu. Lagipula aku menyetujuinya dengan senang hati”

“Gomawo.. Aku merasa kesepian semenjak yuri memutuskan tinggal bersama orang tuanya” ucapan taeyeon berhasil menghentikan aktifitas tiffany.

“Sebelum yuri tinggal bersamaku aku membenci tempat tinggalku. Dan sekarang aku merasakan itu lagi” taeyeon menyimpan garpu yang ia pegang dan mengangkat wajahnya menghadap langit.

“Kudengar kau pernah tinggal dipanti asuhan? Bagaimana itu bisa terjadi?” tanya tiffany hati-hati takut taeyeon tersinggung dengan pertanyaannya.

Taeyeon tersenyum miris mendengar pertanyaan itu. Ia berharap tiffany tidak tahu mengenai ini, terlalu menyakitkan jika ia mengingat masa kelam itu lagi.

“Kau tidak akan ingin tahu pany-ah” taeyeon menolehkan kepalanya menghadap tiffany sambil tersenyum. Taeyeon merasa tangan dinginnya menjadi hangat. Ya, tiffany menggenggam tangan dingin taeyeon.

“Aku ingin tahu tentangmu lebih dalam, bolehkah?” tiffany berkata dengan sangat lembut membuat taeyeon merasa tenang dan nyaman. Taeyeon menjawabnya dengan tersenyum lalu memalingkan wajahnya kedepan melihat pemandangan dari atap.

“Saat aku berumur 8 tahun, terjadi insiden pembunuhan. Keluargakulah yang menjadi korban insiden itu. eomma dan appa tewas didepan mataku. Aku masih ingat betapa banyaknya darah mereka yang menggenang dilantai. Aku dan adikku berhasil kabur untuk beberapa saat sebelum akhirnya mereka berhasil menangkapku” tiffany memperhatikan taeyeon dengan seksama. Ia bisa melihat mata taeyeon mulai basah.

“Mereka mencoba membunuhku dan membuangku kesungai. Tapi sepertinya Tuhan tidak mengijinkanku untuk mati. Seseorang menemukanku dan membawaku ke rumah sakit. Aku sadar setelah mengalami koma selama 2 tahun. Dan mereka membawaku ke panti”

Taeyeon menolehkan wajahnya menghadap tiffany. Wajah tiffany sudah basah karena air mata miliknya.

“Hei-gwaenchana? Mengapa kau menangis?” terlihat wajah cemas taeyeon. Ia segera menghapus air mata yang membasahi pipi mulus itu.

“Maafkan aku membuatmu teringat kembali pada masa yang begitu menyakitkan bagimu” ujar tiffany.

“Hatiku memang selalu terasa teriris kembali mengingat kejadian itu. Tapi ini akan menjadi terakhir kalinya aku merasakan sakit itu lagi. Aku menceritakan ini karena aku percaya padamu. Seseorang yang sedang berusaha membantuku melupakan rasa sakit dihatiku dan masa laluku. Bahwa kau akan menyembuhkanku” taeyeon mengatakan itu dengan tulus.

Tiffany kembali meneteskan air matanya. Ia senang taeyeon mempercayainya dan mau menceritakan masa lalunya yang begitu menyakitkan. Tiffany memeluk taeyeon dengan erat namun dengan kelembutan, membuat taeyeon tersentak dengan pelukan tiba-tiba itu. Ia merasa perutnya bergejolak seperti ada 1000 kupu-kupu yang meminta keluar dari perut kecil taeyeon.

“Terimakasih telah mempercayaiku taeyeon. Akan ku pastikan itu akan terjadi. Aku tidak akan menyerah meski kau sudah lelah dan ingin berhenti”

Mendengar itu hati taeyeon bergetar. Tiffany melepaskan pelukannya dan menatap taeyeon dengan senyuman mautnya. Mereka terdiam saling menatap.

Taeyeon melihat ketulusan dari mata cantik itu. Tatapan tiffany begitu hangat bagi taeyeon, ia merasa terlindungi hanya dengan tatapan itu. Mengingatkan ia dengan seseorang yang selama ini ia cari dan rindukan.

Flashback

“Gunting batu kertas!”

Terlihat anak-anak sedang bermain di sebuah taman. Mereka mengeluarkan berbagai jenis bentuk dengan tangan mereka. Ada yang mengepalkan tangannya menyerupai batu, ada yang melebarkan jarinya menyerupai kertas, dan terakhir ada yang mengepalkan tangannya dan hanya melebarkan telunjuk dan jari tengahnya saja menyerupai gunting.

“Hua~ miyoung kucing!!”

Merekapun berlari menjauhi gadis kecil yang dipanggil miyoung itu. Namun yang menjadi kucing bukannya mengejar malah menangis kencang.

“Huaa~ taetae!”

Gadis yang dipanggil menghentikan aksi larinya dan membalikkan tubuhnya. Ia berlari membalik menuju kearah gadis kecil yang sedang menangis.

“Miyoung ada apa? Kenapa menangis” ujar taeyeon masih terengah-engah kehabisan nafas karena berlari.

“Miyoung takutt, taetae pergi meninggalkan miyoung sendiri. Huaa~” tangisnya semakin kencang.

“Uljima. Taetae berlari karena miyoung jadi kucing” ujar taeyeon.

“Miyoung takutt!!” bukannya mereda kini tangisnya semakin menjadi-jadi membuat taeyeon bingung harus berbuat apa.

“Ssstttt, uljima. Taetae minta maaf miyoung, taetae tidak akan meninggalkan miyoung sendirir lagi. Ssstt uljima” taeyeon menenangkan miyoung.

Taeyeon benar-benar merasa bersalah. Harus ia akui jika adiknya itu sangat cengeng tapi ia juga sadar jika dirinya salah karena berlari meninggalkan gadis berusia 5 tahun yang tidak tahu dunia luar.

“Miyoung mau memaafkan taetae kan? Taetae benar-benar minta maaf, taetae bersalah. Jika miyoung memaafkan taetae, taetae akan membelikan miyoung permen pink nanti” taeyeon memohon agar adiknya mau memaafkannya. Ia menghapus bulir-bulir air yang menyentuh pipi mungil adiknya. Miyoung menghentikan tangisnya begitu mendengar kata ‘permen pink’.

“Benarkah taetae akan membelikan miyoung permen pink jika miyoung memaafkan taetae?” menatap mata unnienya mencari kebenaran.

“Tentu. Tapi nanti tidak sekarang”

Miyoung tersenyum memperlihatkan eyesmilenya pada taeyeon.

“Kalau begitu miyoung memaafkan taetae!” ucap gadis kecil ber-eyesmile dengan antusias. Taeyeon ikut tersenyum karena ia berhasil membuat adik tersayangnya berhenti menangis dan memaafkannya.

“Terimakasih miyoung karena sudah memaafkan taetae” taeyeon berkata sambil mengelus puncak kepala adiknya.

“Heii teman-teman!! Ayo ulangi permainannya!” teriak taeyeon.

Merekapun mengulangi permainan tersebut

“Gunting batu kertas!”

“Eunji kucing!!!!”

Mereka semua berlari menjauh dari si kucing. Begitupun taeyeon dan tiffany, mereka berlari sambil berpegangan tangan dan tak lupa senyum lebar tak luput dari wajah mereka.

Tak terasa waktu menunjukkan sore hari merekapun memutuskan pulang kerumah masing-masing.

“Taetae apa appa sudah pulang?” tanya miyoung saat mereka baru memasuki pintu depan rumah mereka.

“Sssttt jangan berisik nanti appa dengar” ujar taeyeon dengan suara pelan.

Mereka melangkah dengan sangat pelan dan hati-hati seperti seorang pencuri. Namun langkah mereka terhenti saat mendengar suara yang membuat mereka merinding.

“Darimana kalian berdua?”

Taeyeon dan tiffany akhirnya membalikkan tubuhnya menghadap asal suara.

“Taman. Mianhaeyo appa” ujar taeyeon menunduk.

“Taetae bukankah sudah appa katakan untuk tidak membawa miyoung keluar. Mengapa kau mengabaikan ucapan appa!”

“Maafkan aku appa, aku tidak akan melakukannya lagi” taeyeon kini menangis karena takut dengan suara keras sang appa.

“Appa harus memberimu pelajaran. Miyoung kau tetap disini” ucap sang appa. Ia berjalan mendekati taeyeon dan membawanya kekamar meninggalkan miyoung sendiri.

.

.

Plakk

” huaaa~ appa appo~ aku tidak akan melakukannya lagi”

Tuan kim baru saja memukul betis taeyon dengan kayu kecil. Mendengar teriakan taeyeon, miyoung berlari menuju kamar sang appa. Ia membuka pintu kamar tersebut dan matanya membelalak melihat taeyeon sedang berlutut pada sang appa dengan betis kaki yang memar sedangkan sang appa sedang duduk dilantai sambil memegang kayu kecil.

“Berdiri dengan benar taeyeon hukumanmu belum selesai” ucap sang appa tegas.

“Huaa~ appa mianhaeyo” taeyeon menangis memohon agar appanya mau menghentikan hukumannya itu. Ia benar-benar merasa bersalah.

“Taetae!!!!” teriak miyoung dan berlari mendekati taeyeon. Miyoung berdiri didepan taeyeon sambil melebarkan kedua tangannya bermaksud melindungi sang unnie.

“Kenapa appa memukul taetae-hiks?! Taetae sudah-hiks minta maaf pada appa?!” ucap miyoung membela sang unnie. Ia ikut menangis karena melihat taeyeon menangis sesenggukkan.

“Miyoung ini bukan urusanmu. Keluarlah, bukankah appa sudah bilang untuk tetap disana” ujar appa kim namun kini dengan nada lembut.

“Tidak!! Miyoung tidak akan keluar-hiks. Appa menyakiti taetae, berarti-hiks appa juga menyakiti miyoung! Appa jahat! Miyoung benci appa!” taeyeon maupun appa kim terkejut mendengar miyoung berbicara seperti itu.

“Miyoung dengarkan appa, taetae berhak mendapat hukuman karena taetae tidak menuruti ucapan appa” ujar appa kim mencoba membuat miyoung mengerti.

Namun miyoung tetaplah anak polos yang kekeh dengan kata hatinya.

“Taetae tidak bersalah, miyoung yang ingin pergi keluar. Taetae sudah melarang, taetae menuruti apa kata appa. Miyoung yang memaksa” ujar miyoung menjelaskan kejadian sebenarnya.

“Miyoung-tidak appa, taetae yang mengajak miyoung keluar!” ujar taeyeon. Ia tidak ingin appanya memberikan hukuman pada adiknya itu.

Appa kim menghela nafas panjang.

“Miyoung kau seharusnya tidak melakukan itu sayang. Taetae kemarilah sayang”

Taeyeon menghampiri appanya dengan langkah pelan. Kakinya terasa sakit.

“Dengarkan appa. Apapun yang appa katakan kalian harus menurutinya. Yang appa lakukan ini untuk kebaikan kita semua. Appa harap kalian tidak melanggar perintah appa” ucap appa kim dengan lembut.

Taeyeon dan miyoung mengangguk. Walau mereka sedikit tidak mengerti.

.
.

“Taetae?” panggil miyoung.

Taeyeon hanya menolehkan wajahnya menghadap miyoung yang sedang menggembulkan kepalanya dipintu kamar mereka.

“Miyoung boleh masuk?” tanya miyoung.

“Tentu saja, ini juga kamarmu” ucap taeyeon yang sedang berbaring tengkurap. Tiffany mendekati ranjang mereka dan duduk disamping taeyeon.

“Appa bilang jangan ganggu taetae. Karena taetae butuh istirahat” miyoung berkata sambil mengembungkan pipinya.

“Miyoung tidak mengganggu taetae ko. Miyoung bosan?”

Miyoung hanya menjawab dengan anggukkan. Taeyeon tersenyum lalu bangkit dan duduk.

“Apa sangat sakit?” wajah miyoung berubah menjadi cemberut. Ia merasa bersalah pada unnienya.

“Berkat miyoung ini tidak sakit lagi. Kalau miyoung tidak menerobos kamar appa mungkin sakitnya akan lebih dari ini” ucap taeyeon tersenyum.

“Miyoung menyelamatkan taetae. Kamsahamnida~” taeyeon menundukkan kepalanya memberi penghormatan pada penyelamatnya. Miyoung tertawa melihat apa yang taeyeon lakukan.

“Tidak.. taetae lah penyelamat miyoung, tatae pahlawan miyoung. Jadi miyoung harap suatu saat nanti miyoung akan menjadi penyelamat bagi taetae”

Taeyeon tersenyum dan menganguk. Ia mengelus puncak kepala miyoung dengan lembut. Mereka saling menatap sambil melempar senyum termanis satu sama lain.

Taeyeon menatap mata indah miyoung dengan dalam. Ia tahu adiknya itu sangat cengeng, bahkan hanya dengan menghina pink ia akan menangis menjerit, lalu apa benar ia bisa menjadi penyelamatnya?. Tapi hanya dengan tatapan itu…

Tatapan yang selalu miyoung berikan padanya mampu membuat taeyeon merasa hangat dan terlindungi. Ia tidak tahu mengapa ia merasa seperti itu.

Flashback End

“Tae?” tiffany melambaikan tangannya didepan wajah taeyeon yang terlihat melamun.

Tiffany merasakan sebuah tangan yang dingin menyentuh pipi hangatnya.

“Miyoung-ah..”

.

.

.

.

.

To be continue

.

.

I’m back !!!!! Dan yang dibawa circle chapter 5 hha..😁

Okkee author udah memutuskan untuk membuat squel my beautiful angel dan itu sedang dalam proses.. Rencananya mau author protect hhe *smirkjahat😏

Author mau ngucapin terimaksih buat para reader yang setia dengan blog TNEYisREAL ini. Terimakadih sudah follow blog author terus juga komen dan like ff yang author buat. Buat yang belum nongolin batang hidungnya author tunggu ya..😘

Sampai jumpa next time.👋😁


158 thoughts on “Circle [Chapter 5]

  1. Taenyyy ya tuhan mereka jadi saudara aja so sweet
    Kalau di kenyataan jadi saudara malah brantem mulu yak wkwkkw
    Tp mudah mudahan mereka bisa nyatu dan nikah pengennya
    Bukan jadi saudara wkwkwkwk

    Like

  2. itu appa yul kasar sekali anak sendiri di tampar tampar, kasian yul … cieeee tae cembokur cembokur niiiiiih udah mulai ada rasa rasa kah sama fany, penasaran sama adeknya taeyeon deh

    Like

  3. Taeny… Taenyyyyyy..
    Mereka yg pelukan.. Akunya yg deg2an
    Mereka yg deg2an.. Akunya yg senyam senyum
    Mereka senyamsemyum… Akunya yg meleleh..
    Rasa apa ini???? 😁😁😁

    Like

  4. Akhirnya nama itu disebut jg oleh taeyeon di hadapan tiffany.heum gimana tuh reaksi
    Q yakin thor sewaktu kecil mgkn tiffany alami insiden parah jg menyebabkan hilang ingatan dan ditemui oleh appa hwang.masi asumsi sendiri sihh

    Like

  5. Kl chapter ini agak geli gimana gitu ngebayangin siwon dgb aegyo nya ke Tiffany..
    Trus liat conversation yuri ama appa yg ampe yuri bilang bokapnya berubah saat mengurus perusaan “itu”, kyanya udh bs nemu benang merah nya nih.
    Aih baru chapter 5 tapi, msh 12 lg hrs ditaklukan. Untung skrg minggu 😁

    Like

Leave a comment