Circle [Chapter 8]

circle-cover-2
Main cast : Kim Taeyeon, Tiffany Hwang, Kwon Yuri, Jessica Jung
Sub Cast : Lee Sunny, Im Yoona, Choi Sooyoung, Seo Ju Hyun, Choi Siwon (as Siwon Hwang), Kim Hyoyeon
Genre : Yuri, Drama, Sad, Chaptered
Rated : 17+
Author : TNEYisREAL08

WARNING!!

The gendre is Yuri if you don’t like it go away and don’t copy paste or Bashing. Typo’s everywhere, please comment. Reading enjoy ^^

***
Kamis, 6 Maret 2014

Taeyeon POV

“Aku pulang”

“……………………..”

Hening..

Dan gelap.

“Cihh kenapa aku selalu berteriak aku pulang, aku tinggal sendiri. tidak akan ada yang mendengar itu ataupun menyambutku” ketusku lalu melangkahkan kakiku kedalam kamar.

Hari ini aku benar-benar lelah-any setiap hari rasanya aku selalu lelah. Entah fisikku, pikiranku ataupun hatiku semuanya terasa melelahkan. Hidupku selalu terasa melelahkan, bahkan lebih melelahkan lagi sejak sosok itu kini hadir dalam hidupku. Mencintainya adalah beban dan melelahkan untukku, menahan pikiranku dan hatiku disaat bersamanya adalah hal tersulit yang harus aku lakukan.

Hahh~

Kubaringkan tubuhku dilantai kamarku, menatap langit kamarku dalam kegelapan ini. Perjalanan hidupku seperti ruangan ini, selalu gelap tak pernah ada titik terang. Mengapa aku harus memiliki perasaan padanya? ini hanya membuatku semakin tersudut dalam kegelapan.

‘Nado saranghae’

Bayangan saat ia menerima cinta pria itu selalu terbayang-bayang dalam kepalaku dan membuat hatiku seperti dihantam dengan sesuatu yang tajam hingga rasanya sesak. Wae? Mengapa hidupku selalu dilanda kesedihan? Mengapa nasibku begitu buruk? Seharusnya Kau tak membiarkanku hidup jika hidupku hanya seperti ini Tuhan.

Aku sungguh mencintainya.

Mengapa orang yang aku cintai selalu perlahan-lahan pergi meninggalkanku? Appa, eomma, miyoung dan juga mungkin dirinya..

Aku harus menghentikan penderitaan ini, cukup sampai disini saja.

Ya, kita hentikan sampai disini saja.

***

Jum’at, 7 Maret 2014

Author POV

“Dimana dia? Sudah dua hari ini dia tak terlihat sama sekali” ujar tiffany berdiri dekat gerbang berusaha mencari sosok yang ia rindukan itu.

Ini sudah kedua harinya ia tak melihat wajah cute itu, dia bahkan tak mengangkat telepon ataupun membalas pesan singkat darinya membuat ia mengkhawatirkan sosok itu. Biasanya taeyeon selalu datang lebih pagi untuk mengisi waktu dengannya, tapi sekarang taeyeon tak pernah datang lebih pagi seperti biasanya entah apa alasannya.

Senyumnya merekah saat matanya berhasil menangkap sosok yang sedang ia tunggu sejak 2 jam yang lalu itu, ia sedang berjalan sambil menatap kebawah. Namun senyum itu perlahan memudar saat melihat wajah itu. Wajah taeyeon terlihat lebih tirus dari sebelumnya dan juga mata taeyeon yang merah. Taeyeon terlihat sedang tak baik-baik saja.

“Tae!”

Perlahan taeyeon mengalihkan pandangannya pada seseorang yang memanggilnya itu. Ia sedikit terbelalak saat melihat sosok yang ia hindari selama beberapa hari ini sedang berjalan kearahnya.

‘Pany-ah bogoshipeo, neomu’ ucap taeyeon dalam hati sambil menatap sosok yang kini ada dihadapannya itu.

“Tae, gwaenchana?” tanyanya khawatir.

“Emm” jawab taeyeon singkat.

“Tapi kau tidak terlihat baik-baik saja, kau terlihat lebih kurus dan matamu juga memerah” ujar tiffany sambil menangkupkan kedua tangannya di pipi taeyeon membuat jantung taeyeon rasanya berdetak dengan sangat-sangat keras saat ini.

“A-aku baik-baik saja” kini taeyeon mengeluarkan suaranya meski dengan gugup. Ia segera mengenyahkan tangan yang berada dipipinya itu dengan lembut tak ingin menyakiti ataupun menyinggung gadis itu.

“Benarkah? Tapi kau tidak terlihat seperti itu”

“Aku baik-baik saja sungguh, aku hanya kelelehan dan kurang tidur”

“Seharusnya aku membawakan makan malam kerumahmu, kau pasti terlalu lelah untuk memasak”

Begitulah tiffany, sikap perhatiannya itulah yang membuat taeyeon selalu jatuh untuk gadis itu. gadis itu selalu membuat hati taeyeon terasa aman dan nyaman dan juga sakit seketika.

“Kau tidak perlu melakukan itu, kau bertindak seperti seorang kekasih saja. Kau terlalu perhatian padaku pany-ah” ujar taeyeon sambil terkekeh.

“Apa tidak boleh? Kalau begitu anggap saja seperti itu” ucapnya sambil memasang wajah cemberut.

Deg

Taeyeon terdiam sejenak setelah mendengar respon tiffany tadi. Mengapa ia begitu mudah mengatakan hal seperti itu? Apa ia tidak tahu justru kata-kata itu sedikit menyakitinya? Menganggapnya seperti seorang kekasih namun nyatanya ia dimiliki oleh orang lain.

“Aku harus pergi” ujar taeyeon lalu melangkahkan kakinya meninggalkan tiffany.

“Tae tunggu” tiffany menahan pergelangan tangan taeyeon.

“Apa aku melakukan kesalahan? Kau terlihat berubah, kau seperti menghindariku”

“Pany-Ah maafkan aku, tapi aku benar-benar memiliki urusan penting sekarang” taeyeon melepaskan tangan tiffany dengan lembut lalu kembali melanjutkan langkahnya.

Tiffany yang ditinggalkan taeyeon hanya terdiam menatap punggung yang menjauh itu. Ia sedih saat gadis itu melepaskan genggamannya. Apa ia melakukan kesalahan? Taeyeon benar-benar sedang menghindarinya, itu terlihat jelas. Sangat jelas.

.

.

“Ahahaha masa iya aku harus jitak tuh pusaran gundul dikepalanya?” ujar yoona.

“Hhaha why not, kamu bisa sumbangkan sebagian rambutmu untuk dosen pusaran botak itu hhaa” ucap sooyong membuat semuanya tertawa kecuali jessica dan tiffany yang tak ada disana.

Saat ini mereka sedang berada di kantin kampus menikmati makan siang mereka sambil berkumpul bersama. Inilah moment-moment yang sangat beharga, berkumpul bersama dengan orang-orang terdekat.

“Sica!! Tiff!!” panggil yuri saat melihat dua gadis itu memasuki kantin kampus.

Taeyeon yang sedang tertawa tiba-tiba menghentikan tawanya saat nama itu terdengar oleh telinganya. Ia tidak suka situasi seperti ini dimana hatinya selalu berdetak dengan sangat kencang saat sosok itu ada disekitarnya.

“Heii maaf membuat kalian menunggu” ujar jessica sambil duduk disamping yuri, sementara tiffany duduk disamping jessica tepat didepan taeyeon.

Taeyeon hanya menundukan kepalanya menatap makan siangnya, ia tidak berani menatap mata yang selalu berhasil membuatnya nyaman itu. Ia tak mau terjerat semakin dalam.

“Siapa yang bilang kami menunggumu? Kami tetap asik tanpamu wew!” ujar sooyoung menjulurkan lidahnya.

“Ya!” teriak jessica.

“Sudahlah unnie, soo unnie hanya sedang menggoda unnie. Dia memang seperti itu bukan?” seohyun kini membuka suara mencoba menenangkan hell sica yang sedang mode on.

“Siapa yang bilang aku sedang menggodanya?” sooyoung berkata dengan wajah polosnya pura-pura tidak takut dengan hell sica.

“Ya! Choi sooyoung!” teriakan jessica menggelegar sampai-sampai semua orang yang ada dikantin memperhatikan mereka. Sementara sooyoung kini mulai merasakan bulu kuduknya merinding.

“Sica sudahlah, hiraukan si tiang itu. Kau lihat wajahnya terlihat pucat sekarang hha” ujar yuri sambil mengacak pelan puncak rambut jessica membuatnya terdiam dengan perlakuan yuri.

“A-aku akan mencoba melupakan ini” ujar jessica lalu memakan makanannya menghalau rasa gugup yang tiba-tiba datang.

“Heii kawan-kawan, kalian tau irene dan seulgi dari red velvet? Ada netter yang melihat mereka berciuman, media sosial sedang ricuh dengan kabar itu” sunny kini mengeluarkan suaranya.

Uhukk uhukk!” taeyeon tersedak begitu mendengar itu.

“Tae gwaencaha? Ini minumlah” tiffany langsung bangkit dan menghampiri sisi taeyeon lalu menepuk pelan punggung taeyeon.

“Merasa lebih baik?” tanya tiffany.

“E-eoh gomawo” ujar taeyeon.

Tanpa mereka sadari saat ini sahabat-sahabat mereka sedang memperhatikan mereka berdua, tiffany terlihat begitu perhatian pada taeyeon.

“Kau berkeringat” tiffany menghapus peluh yang ada diwajah taeyeon. Sekali lagi taeyeon kembali tersihir akan sosok itu. Dan semakin sakit pula disaat yang bersamaan mengingat sosok itu kini milik orang lain.

Taeyeon hanya diam memandang tiffany yang sedang menghapus peluhnya. Gadis ini terlalu perhatian padanya sampai-sampai mampu membuat hatinya jatuh untuk gadis itu. Ia mungkin terlalu terbawa suasana akan sikap halus dan perhatiannya.

‘Aku akan membantumu. Mulai saat ini kau tidak akan merasa sendiri ataupun kesepian. Jika yang lain tidak bisa mengobatimu biarkan aku mencoba untuk melakukannya. Akan kupastikan akulah yang akan mengobati lukamu. Aku akan selalu ada untukmu meski kau tidak membutuhkanku. Aku akan menjadi sahabat dan juga keluarga untukmu. Jika kau membutuhkan pelukan datanglah padaku, jika kau membutuhkan sandaran datanglah padaku. Kau bisa berbagi bebanmu padaku, aku akan menanggungnya bersamamu’

Ia teringat kembali akan janji yang tiffany ucapkan padanya. Benar semua sikap baiknya itu hanya karena janji itu, ia terlalu mendalami sikap perhatian tiffany sampai akhirnya ia memiliki rasa untuknya.

Tiffany mengehentikan aktivitasnya dan ikut menatap taeyeon yang juga menatapnya dengan ekspresi yang sulit untuk ditebak. Mereka saling terdiam memandang satu sama lain. Hingga akhirnya sebuah suara menyadarkan mereka.

“Ehemm” yoona berdehem.

Taeyeon langsung memalingkan wajahnya dan bangkit dari posisi duduknya.

“Emm maafkan aku, aku lupa ada sesuatu yang harus aku kerjakan” tanpa mendengar persetujuan yang lain taeyeon pergi begitu saja dengan kikuk membuat yang lain terheran-heran.

“Ada apa dengannya, dia terlihat aneh akhir-akhir ini” ujar sunny.

“Entahlah aku juga merasa ada yang aneh dengannya” sooyoung menambahkan.

Sekali lagi tiffany hanya bisa menatap punggung itu menjauh darinya dan menghilang membuat hatinya sedih semakin dalam. Ia harus meminta penjelasan taeyeon, jika memang dirinya melakukan kesalahan maka ia harus meminta maaf. Ia menginginkan taeyeon yang hangat dan peduli padanya, bukan taeyeon yang dingin dan menghindar darinya.

.

.

Tok tok tok

“Masuk” ucap seorang pria paruh baya.

Seseorang yang mengetuk pintu itu memasuki ruangan itu dan menghampiri pria paru baya itu lalu memberi hormat padanya.

“Appa, ada yang ingin aku katakan”

“Appa sedang sibuk sekarang, bisa kita bicara nanti?” jawab pria paruh baya itu.

“Aku tak bisa melupakan perasaanku pada tiffany”

“SIWON HWANG!!” amarah pria itu tersulut akan perkataan putranya.

“Aku tulus mencintainya, aku mohon” siwon berlutut saat itu juga memohon pada appanya agar mau merestui dirinya yang menyukai tiffany.

“DIA ADIKMU!! SADARLAHH!!” tuan hwang menggebrak meja sambil bangkit dari duduknya.

“Dia bukan adikku appa! Adikku sudah tidak ada didunia ini!”

Tuan hwang hanya bisa diam menahan emosi sambil mengeratkan kepalan tangannya. Ia benar-benar emosi sekarang jika terus berlanjut mungkin ia akan menyakiti anak laki-laki satu-satunya itu.

“Keluarlah, anggap kita tidak pernah membicarakan ini” ujar tuan hwang membalikkan tubuhnya.

“Appa kumohon, cepat atau lambat tiffany akan tau jati dirinya. Appa pikir semua rahasia ini akan terus tersimpan kuat selamanya?”

“Ya semua takkan terungkap jika kau menutup mulutmu”

“Jangan biarkan aku menyakitimu siwon-ah” ucap tuan hwang.

“Appa”

“Akan aku lakukan apapun untuk menyimpan kuat rasahasia ini bahkan jika itu harus mengorbankanmu, karena itu jangan sampai aku bertindak lebih jauh padamu siwon-ah” ujar tuan hwang lalu pergi meninggalkan siwon diruangannya sendirian.

Siwon hanya membelalakan matanya tak percaya dengan apa yang appanya katakan. Appanya rela mengorbankan dirinya anak kandungnya demi tiffany yang sama sekali tak memiliki hubungan darah dengannya.

.

.

“Yul!”

Yuri yang sedang berjalan sendiri dikolidor kini membalikan tubuhnya menghadap seseorang yang memanggilnya. Senyumnya merekah melihat sahabatnya yang sedang melambaikan tangannya sambil tersenyum.

“Sica belum pulang?”

“Eoh, kau sendiri belum pulang”

“Aku ingin mengunjungi perpustakaan, ada buku yang aku butuhkan untuk tugasku”

“Emm…. Apa perlu aku temani?”

“Ide yang bagus. Apa kau tidak sibuk atau mempunyai acara lain?”

“Tidak. Lagipula kau selalu sibuk, kau tidak pernah menghubungiku lagi. Kau seperti tidak membutuhkanku lagi”

“Hey apa yang kau bicarakan. Aku tidak pernah berfikir seperti itu. Aku hanya terlalu sibuk memikirkan ini dan itu, sebenarnya aku ingin sekali menghubungimu tapi aku hanya memiliki waktu luang dimalam hari. Aku tidak mau mengganggumu”

“Aaa begitukah?”

“Iya.. Kau ini sangat lucu sica” yuri mengacak lembut puncak kepala jessica, tidak ingin membuat tatanan rambut itu menjadi rusak.

“Hari ini aku memiliki waktu luang setelah mencari buku ke perpustakaan. Apa kau mau berjalan-jalan bersama?” yuri menawarkan.

“Tentu! Aku sangat merindukan waktu-waktu bersamamu yul”

“Baiklah kalau begitu kita harus cepat mencari buku untuk tugasku”

“Ne, come on” ujar jessica sambil menarik tangan yuri menuju perpuatakaan bersama.

.

.

“Yul” ujar jessica dengan suara hampir tidak terdengar.

“Eoh” jawab yuri dengan volume suara yg sama.

“40 menit sudah berlalu, sampai kapan kita akan ada si tempat membosankan ini?” bisik jessica pada yuri yang sedang memilih buku-buku yang ada dirak perpustakaan.

“Sampai aku menemukan buku yang aku cari”

“Oh ayolah kita keluar. Aku benar-benar bosan!” ujar jessica dengan suara keras membuat perpustakaan yang sunyi itu menjadi berisik.

Ia sudah tidak bisa mengendalikan kesabarannya lagi. Ia benar-benar bosan. Sejak tadi ia haya mengikuti yuri kesana dan kemari mencari buku.

“Sssssttt sica apa yang kau lakukan” yuri membekam mulut jessica.

“Kau tidak boleh membuat keributan disini” ucapnya seperti berbisik.

Jessica bukannya menjawa ia hanya diam memperhatikan wajah yuri yang sangat dekat dengannya. Dia tidak pernah sedekat ini, ini adalah pertama kalinya.

“Sica?” panggilnya sambil melepaskan tangannya yang tadi membekam jessica.

“E-eoh mian” jessica menjauhkan dirinya dan memalingkan wajahnya entah mengapa ia merasa gugup.

“Maaf aku membuatmu mati kebosanan disini. Kalau begitu ayo kita keluar saja”

“Tidak-tidak perlu. Lanjutkan saja aku akan menunggu di kursi sana” saat jessica akan pergi yuri menahan pergelangan tangannya.

“Tidak. Ayo kita pergi saja” yuri menarik pelan tangan jessica untuk keluar dari tempat itu. Jessica hanya diam membiarkan yuri membawanya.

.

.

Tiffany memasuki apartemennya dengan lemas, ia merasakan ada sesuatu yang kosong dalam hatinya membuat ia merasa tak bersemangat melakukan apapun. Ia membutuhkan sosok itu, ia membutuhkan sosok taeyeon yang kini sedang menghindar darinya.

Sebelum pulang ia sudah mencari keberadaan taeyeon di kelasnya namun ia tidak ada disana, biasanya taeyeon selalu keluar lebih lama dari yang lain tapi hari ini sepertinya ia keluar lebih awal.

Ini terlalu jelas bahwa taeyeon sedang menghindarinya. Ia tidak tau apa yang membuat taeyeon seperti itu tapi ini benar-benar menyakiti hatinya. Apa taeyeon menyadari perasaannya? Karena itu ia menghindarinya?

Mungkinkah?

Hahh~”

Tiffany menyandarkan dirinya dikursi ruang tv. Ia sangat merindukan taeyeon, rasanya ia bisa benar-benar gila karena itu.

“Taeyeon-ah saranghae” lirihnya.

“Hahh~ andai aku bisa mengatakan itu padanya, apa dia akan menerimanya?” ia memejamkan matanya mencoba mengistirahatkan pikirannya yang sedang kalut.

Namun ia kembali membuka matanya dan segera mengambil tasnya dan berlari keluar dari apartemen.

.

.

“Yul kita akan kemana sekarang?” tanya jessica saat mereka sudah keluar dari perpustakaan.

“Emm-aku tidak tau, mungkin ada tempat yang ingin kau kunjungi?”

“Emm kalau aku bilang ingin ke jeju apa kau akan membawaku kesana?”

Yuri menghentikan langkahnya dan berbalik menghadap jessica.

“Kau serius ingin kesana? Sekarang?” yang ditanya menjawab dengan anggukan sambil tersenyum.

“Tapi ini bukan waktu yang tepat untuk pergi kesana. Lebih baik kita kesana saat libur panjang. Bagaimana jika kita ke food court yang ada di LTN? Aku lapar”

“Emm baiklah, tapi setelah itu ayo ke bioskop. Aku ingin menonton”

“Baiklah ice princess” ucapnya sambil tertawa kecil.

Saat mereka akan kembali melangkahkan kaki seseorang datang dengan pakaian ber-jas hitam rapi. Ia membungkukkan tubuhnya pada yuri.

“Nona, presdir kwon meminta saya menjemput anda”

“Ada apa? Hari ini aku aku tidak memiliki jadwal pelatihan”

“Presdir meminta saya menjemput anda karena akan ada perjamuan makan siang bersama dengan para investor perusahaan”

“Siang ini?”

“Ne”

Yuri terdiam sejenak, rasanya waktu yang ia miliki selalu terpakai oleh kepentingan perusahaan. Ia merasa tak bisa menikmati waktunya sendiri. Ia terkekang oleh jadwal yang appanya berikan.

Dan ia tak menyukai itu. Inilah mengapa sejak awal ia selalu menolak permintaan sang appa, karena ia tahu hal seperti ini akan terjadi. Ingin rasanya ia memberontak, ya sejak awal ia ingin memberontak tapi ia selalu menahannya dengan senyuman palsu yang terukir diwajahnya.

Sementara jessica hanya diam memperhatikan yuri yang terdiam. Ia melihat tangan bebas yuri yang sedang mengepal, dengan segera ia mengelus tangan yuri yang sedang menggenggam tangannya itu membuat yuri mengalihkan pandangannya pada jessica.

“Sepertinya kau sudah harus pergi yul”

“Ya sepertinya” yuri menjawab sambil sedikit terkekeh menahan rasa kesalnya.

“Kalau begitu kau harus pergi sebelum appamu menghukummu”

“Tunggu aku dimobil, ku akan segera kesana” ujar yuri pada pria berjas itu. Pria itupun memberi hormat sebelum pergi meninggalkan yuri dan jessica.

“Apa tidak apa-apa? Aku membatalkan hang out kita?”

“Tidak apa-apa, aku tau kau sibuk”

“Terimakasih sica”

“Kalau begitu aku harus pergi” lanjut yuri.

“Yul”

“Ya?”

“Aku tau kau sedang kesal sekarang. Kau harus bersabar sebentar lagi, kau haya belum terbiasa dengan jadwal-jadwal disetiap harimu. Saat kau sudah selesai dengan jadwalmu atau kau merasa jenuh dan ingin pergi kesuatu tempat kau bisa menghubungiku. Aku akan menemanimu”

Yuri tersenyum mendengar ucapan itu lalu segera memeluknya membuat jessica sedikit terkejut dan merasa jantungnya memompa lebih cepat.

“Gomawo. Kau yang terbaik sica. Aku sangat beruntung bisa mengenalmu”

Jessica merasa wajahnya memerah dengan perkataan yuri. Entah mengapa ia senang saat yuri berkata seperti itu mengenai dirinya.

Yuri melepaskan pelukannya lalu menatap jessica.

“Kau harus berjanji akan menemaniku. Akan kupegang janjimu, kalau kau melanggar maka kau akan menyesalinya”

“Memangnya apa yang akan kau lakukan sampai aku bisa menyesalinya”

“Apapun. Aku memikili banyak uang hhe”

“Ya!”

“Haha Aku hanya bercanda sica. Tapi aku serius akan memegang janjimu”

“Arasseo, aku juga tidak berniat melanggarnya. Cepat pergi, jangan buat appamu menunggu”

“Baiklah kalau begitu.. Ayo” yuri menarik tangan jessica menuju dimana mobil pria berjas itu terparkir.

“Yul apa yang kau lakukan?!”

“…………………………”

“Bisa kau antarkan dia menuju apartemennya?” tanya yuri pada pria berjas itu.

“Ne?” pria itu tak mengerti.

“Tolong antarkan dia ke kediamannya. Aku akan pergi sendiri ketempat acara makan siang itu. Jadi tolong antarkan dia”

“Yul kau tidak perlu melakukan itu, aku bisa pulang sendiri”

“Tidak sica, aku sudah menyita waktumu bahkan membatalkan acara kita. Hanya ini yang bisa aku lakukan untukmu, jadi tolong jangan menolak” jessica hanya bisa menutup mulutnya, ia tidak tau harus berbuat apa.

“Tolong antarkan dia dengan selamat” ujar yuri pada pria itu.

“Aku harus pergi sekarang. Aku akan menghubungimu saat waktu senggang okay” ujar yuri pada jessica sambil mengacak-acak puncak kepala jessica membuat tatanan rambutnya berantakan.

“Ya! Kau membuat rambutku berantakan!” teriak jessica karena yuri sudah melesat pergi karena takut hell sica mode on. Yuri hanya menjulurkan lidahnya mengejek. Namun bukannya marah jessica justru tersenyum. Yuri menghentikan sebuah taxi sebelum akhirnya ia masuk dan melambaikan tangannya pada jessica dan iapun membalasnya.

“Hati-hati dijalan!” teriak jessica. Yuri menjawab dengan mengacungkan tanda ok dengan jarinya sambil memberi sebuah wink membuat jessica gemas. Yuripun pergi bersama taxi yang ia tumpangi.

“Nona silahkan masuk” ucap pria berjas itu yang sudah membukakan pintu belakang untuk jessica.

“A-ne terimakasih”

Jessicapun masuk dan mobilpun berjalan sesuai alamat yang jessica berikan pada pria itu.

.

.

Tiffany sedikit berlari menuju sebuah rumah kecil dimana sosok itu tinggal. Ia terengah-engah. Keringat mengucur dari keningnya.

Tok tok tok

“Tae?”

Tok tok tok

“Tae?”

“Apa kau ada dirumah?”

“Tae?”

Tok tok tok

“Kita perlu bicara”

Tok tok tok

hahh~ apa dia tidak ada dirumah?” tanya tiffany pada diri sendiri.

“Apa aku harus menunggunya sampai dia datang?”

“Ya Tuhan mengapa dia membuatku seperti ini” tiffany mengusap mukanya kasar, ia merasa prustasi dengan sikap taeyeon.

“Aku rasa dia benar-benar tidak ada dirumah” ucapnya sambil melirik pintu dan itu.

Perlahan tiffany mulai melangkahkan kakinya kembali menjauh dari tempat itu, tanpa tiffany sadari seseorang sedang memperhatikan dirinya lewat jendela dengan tatapan yang sulit diartikan.

“Geurae, pergilah. Dengan begitu perasaanku tidak akan tumbuh semakin besar untukmu pany-ah” ia terus menatap tiffany sampai sosok itu menghilang.

***

Sabtu, 8 Maret 2014

“Wahh kelihatannya enak eomma!” girang taeyeon memperhatikan eommanya yang sedang memasak.

“Benarkah? bukankah masakan eomma selalu enak” kekeh sang eomma.

“Ne, masakan eomma memang terenak sedunia!! Suatu saat taetae ingin hebat seperti eomma!” ucap taeyeon tersenyum lebar memamerkan gigi ompongnya.

“Tentu saja, taetae akan menjadi wanita yang hebat, tidak hanya memasak tapi juga bernyanyi dan dalam pelajaran juga” sang eomma mengusap puncak kepala taeyeon.

“Taetae juga akan hebat dalam mencari kebenaran suatu saat. Jika eomma dan appa pergi lebih dulu ke tempat yang indah maka taetae harus menyelesaikan semuanya dan mencari kebenaran walau harus berjuang sendiri” ujar sang eomma tersenyum manis pada taeyeon. Taeyeon hanya mengerutkan dahinya tidak mengerti ucapan sang eomma.

“Taetae tidak mengerti apa yang eomma katakan” jawabnya. Sang eomma hanya tersenyum sambil melanjutkan kembali kegiatan memasaknya.

“Suatu saat kau akan mengerti tae. Dan ingatkah satu hal terpenting. Eomma dan appa ingin kau menjaga miyoung, memberinya kasih sayang seperti appa dan eomma menyayangimu. Jangan biarkan dia menangis buatlah dia tersenyum selalu”

Taeyeon POV

Hahh~ mimpi.

“any, itu bukanlah mimpi”

Aku bangun dari posisi berbaringku mengusap wajahku dengan sedikit kasar. Mengapa aku selalu bermimpi mengenai eomma dan appa. Masa lalu yang aku alami terputar kembali dalam mimpi. Dan itu selalu menghantuiku. Apa sebenarnya yang ingin appa dan eomma sampaikan padaku?

Apa dibalik setiap perkataan eomma dan appa ada maksud tersembunyi? Mencari kebenaran? Sebenarnya apa maksud perkataan eomma? Mengapa aku merasa sikap appa dan eomma terasa aneh sekarang, aku rasa ada yang mereka sembunyikan. Apa ini bersangkutan dengan pembunuhan itu? lalu apa hubungannya dengan miyoung?

Mereka bersikap seolah-olah tau bahwa mereka akan mati cepat atau lambat. Apa ini yang ingin mereka sampaikan padaku untuk mencari kebenaran mengenai pembunuhan itu? iyakah?

Hahh~

Aku jambak rambutku karena merasa prustasi, sekarang apa lagi masalah yang harus aku lalui? Karena inikah Tuhan membiarkanku hidup?

“Pukul berapa ini?” lirikku pada handphone yang tergeletak dilantai. Kuambil dan kutekan layar kuci handphoneku lalu-

“OMO! Aku terlambat!” ujarku lalu bergegas mandi secepat kilat lalu memakai pakaian kaos putih dan celana jeans. Setelah itu aku mengambil tasku dan segera keluar dari rumahku, namun langkahku terhenti begitu saja melihat seseorang berdiri didepan pintu rumahku. Ia sama terkejutnya denganku.

“Pany-ah” ucapku.

“Tae”

“Ada yang ingin aku bicarakan denganmu”

“Pany-ah bisa kita bicara nanti aku sudah terlambat” ujarku lalu kembali melangkahkan kakiku.

“Tapi ini penting, ini penting untukku” ia menahan pergelangan tanganku membuatku kembali menatapnya.

Matanya memancarkan kesedihan. Wae? Apa itu semua berhubungan dengan apa yang ingin ia katakan padaku?.

“Kumohon sebentar saja” mohonnya.

Tidak. Aku tidak bisa melihatnya seperti ini. aku tidak bisa melihat mata cantiknya mengeluarkan tetesan mutiara itu, membuatku ingin memeluk dan mencium menenangkannya. Aku harus pergi sekarang juga.

“Maafkan aku, tapi aku benar-benar sudah terlambat” jawabku lalu melepaskan genggamannya yang ada dipergelangan tanganku dan berbalik pergi menjauh darinya.

Menjauh adalah cara yang tepat agar perasaanku tak semakin tumbuh untukmu.

Tiffany POV

Seiring menjauhnya taeyeon semakin turun pula air mataku, mengapa rasanya begitu menyakitkan saat ia menolak permintaanku dan melepaskan genggamanku seperti itu, meski ia melepaskannya dengan lembut tapi tetap saja terasa menyakitkan.

“Tae, saranghae” lirihku saat punggung miliknya tak terlihat lagi.

.

.

Author POV

Disebuah gedung hotel bintang lima terlihat sebuah mobil hitam Camry Hydbrid berhenti. Supir mobil itu keluar lalu membukakan pintu untuk majikannya dan keluarlah seorang pria paru baya dengan pakaian yang rapi dan mahal bersama sang anak.

“Yul”

“Ne appa”

“Kau tahu kerjasama ini adalah hal penting demi kemajuan perusahaan kita bukan?”

“Tentu saja appa, aku tidak akan pernah lupa itu”

“Kau harus bisa menjaga sikap, dan tunjukkan sisi kharisma pemimpinmu didepan mereka, apapun yang terjadi jangan mengacaukan pertemuan kita dengan mereka”

“Arasseoyo appa, aku akan mengingat perkataan appa dengan baik” jawab yuri sambil melingkarkan tangannya pada sang appa membuat sang appa tertawa kecil melihat sikap putrinya itu.

“Baiklah ayo masuk” ajak kwon yunho.

.

.

“Selamat siang siang Presdir Lee” ujar kwon yunho.

“Omo! Tuan Kwon!” lee hyuk jae bangkit dari duduknya dan langsung memeluk kwon yunho.

“OMO! Lihat siapa ini? Si cantik putri Kwon hahaha” ujarnya bersalaman dengan yuri. yuri hanya membalas dengan tersenyum manis.

“Ayo duduk” hyuk jae mempersilahkan yunho dan yuri untuk duduk dimeja yang telah mereka pesan.

“Maaf membuat anda menunggu presdir Lee”

“Tidak tidak, aku baru saja datang. Aku juga ingin meminta maaf karena putraku tidak bisa hadir, dia memiliki perjanjian penting”

“Tidak Apa-apa presdir Lee, anda datang itu sudah membuat saya bersyukur”

“Hahaha”

Tak lama pelayanpun datang membawakan berbagai macam menu makanan untuk mereka. Tak lupa juga ia menuangkan segelas air untuk masing-masing orang yang ada dimeja makan.

“Putri anda sangat cantik dilihat secara langsung hahaha”

“Kamsahamnida Presdir Lee, anda juga sangat tampan dan berkharisma” balas yuri memuji.

“Hahaha putrimu pintar memuji Presdir Kwon. Aku tidak sabar ingin menjadikannya menantuku”

“Hahaha tentu saja presdir Lee”

Seketika yuri membelalakan matanya tak percaya dengan apa yang ia dengar tadi. Ia mengerutkan keningnya dan menatap sang appa.

“M-menantu?” tanya yuri.

“Apa appamu belum memberitahumu?” tanya lee hyuk jae.

“Appa” ujar yuri meminta kepastian.

“Aaa itu, appa berniat memberitahumu sepulang dari sini”

“Dan appa menyetujui ini begitu saja tanpa persetujuanku?”

“Karena appa yakin kau akan menyetujui ini”

Brakk!

“KWON YURI!” Teriak yunho melihat yuri yang menggebrak meja.

“Sepertinya appa salah faham, aku memang menyetujui mengikuti keinginan appa untuk melanjutkan posisi appa, tapi bukan berarti aku juga menyetujui pernikahan ini” ujar yuri penuh penekanan lalu bergegas pergi dari tempat itu.

.

.

“Hoammm~” jessica meregangkan tubuhnya yang baru saja terbangun dari tidur panjangnya padahal waktu sudah menunjukkan sore hari.

Ia bangkit dari tidurnya dan berjalan menuju toilet untuk mencuci wajah bangun tidurnya. Setelah itu ia menuju pantry mencari sesuatu yang bisa ia makan.

“Dimana serealku? Apa dia menghabiskannya?”

“Aissh jinja! YA TIFFANY!!” teriak jessica kesal melihat serealnya kini hanya tinggal kardusnya saja.

“…………………….”

“Aissh jinja!!” ujarnya karena tak mendapat respon. Iapun dengan kesal melangkahkan kakinya menuju kamar sahabatnya itu dan-

Cklek

“Ya! MENGAPA KAU-kemana dia?” ia menghentikan teriakannya saat melihat ruangan itu sudah rapi tanpa penghuninya.

“Aissh dia pergi tanpa meninggalkan makanan untukku, jahat sekali” rutuknya kesal.

Ia kembali ke pantry berniat mengambil minuman yang ada dikulkas, saat ia akan membuka pintu kulkas suara bel menghentikan kegiatannya.

“Owhh apa lagi sekarang” ujarnya menahan kesal. Ia berjalan cepat dengan amarah lalu membuka pintu itu.

“YA! NEO-“

Bugg

Jessica seketika terdiam karena terkejut dengan sosok yang ada dihadapannya itu. ia tiba-tiba memeluknya dengan erat.

“Y-yul” panggil jessica.

“Dasar pembohong, kau bilang akan menemaniku saat aku memintamu. Tapi sekarang kau bahkan tak bisa dihubungi” ujar yuri masih memeluk jessica.

“Aa-itu aku lupa mengaktifkan handphoneku, maafkan aku”

“Tidak apa-apa, sekarang kau ada disini” ia semakin mengeratkan perlukannya dan memposisikan kepalanya ke leher jessica. jessica bisa merasakan hembusan nafas yuri yang mengenai leher putihnya. Merasa tidak nyaman ia berniat menjauhkan dirinya namun yuri menahannya.

“Sebentar saja, aku membutuhkan sebuah pelukan sekarang sica”

“Hanya kau yang bisa memberikan itu untukku” lanjut yuri.

Mendengar permintaan yuri, iapun melingkarkan tangannya dipinggang yuri dan mengelus punggungnya menenangkan gadis itu.

“Apa sesuatu terjadi?” tanya jessica.

“Eoh”

“Ingin bercerita?”

“Ingin rasanya aku pergi dari bumi dan tinggal di planet Pluto”

“Kau tidak bisa hidup disana yul, itu mustahil” jessica berkata sambil terkekeh.

“Aku tahu, karena itu aku masih disini” yuri melepaskan pelukannya lalu menatap jessica.

“Aku lapar, perutku terus berbunyi sejak siang tadi” ujar yuri memasang wajah cemberut sambil mengelus-elus perutnya yang berbunyi.

“Ada yang ingin kau makan? Aku akan memesankannya untukmu”

“Emm, aku ingin jajjangmyeon”

“Arasseo akan kupesankan untukmu, masuklah”

Jessica pergi mengambil handhonenya dan memesan apa yang yuri inginkan sementara yuri ia berjalan-jalan untuk melihat suasana apartemen tersebut. Ini pertama kalinya ia memasuki apartemen milik jessica dan tiffany.

“Mereka akan segera mengantarnya dengan cepat” ujar jessica menyadarkan yuri.

“Ne, emm jadi seperti ini apartemen milikmu? Cukup rapi, aku kira akan berantakan seperti kapal pecah”

“Haha kau ini, aku suka tempat bersih dan rapi. Meski hobiku tidur aku tidak akan melupakan kebersihan”

“Haha kau akan menjadi istri yang baik suatu saat”

“Tentu saja, seseorang itu akan beruntung mendapatkanku” jessica berkata dengan penuh percaya diri.

“Kau percaya diri sekali sica” yuri terkekeh sambil mendudukan dirinya di sofa.

“Kita harus percaya diri bukan?” jawabnya ikut mendudukan dirinya disamping yuri.

“Sica” Panggil yuri menatap jessica.

“Ya?”

“Appa berbuat ulah lagi, aku benar-benar tidak mempercayai bahwa dia adalah appaku”

“Yul mengapa kau berkata seperti itu?”

“Dia berniat menjodohkanku dengan putra rekan kerjanya, dia bahkan tak menanyakan persetujuanku. Dia menyetujui itu begitu saja, ini benar-benar membuatku gila”

“Pernikahan bukanlah perkara main-main. Aku bahkan tidak tau pria itu seperti apa”

“Siang ini appa membawaku ke acara makan siang bersama dengan rekannya itu, darisanalah aku tau bahwa appa menjodohkanku”

“Lalu apa yang kau lakukan? Kau menyetujui keinginan appamu?” tanya jessica.

“Kau gila? Tentu saja aku menolak, aku pergi begitu saja saat itu. aku bahkan tidak peduli apakah aku bersikap sopan atau tidak tadi”

“Cobalah berbicara baik-baik dengan appamu. Apa eomma mu tau mengenai ini?”

“Entahlah, aku tidak tau itu”

“Yul jika kau bersikap keras aku rasa appamu akan membalasnya dengan keras pula. Cobalah berbica terlebih dulu dengannya”

“Bagaimana jika tidak bisa? Bagaimana jika dia tetap bersikeras ingin menjodohkanku?”

“Itu..” jessica terdiam sejenak, ia tidak tau harus menjawab apa.

“Baiklah aku akan mencoba saranmu. Dan jika itu tidak berhasil akan kulakukan dengan cara lain” yuri tersenyum pada jessica.

.

.

“Semuanya aku pulang duluan”

“Oh ya, hati-hati taeyeon-ssi”

Taeyeon keluar dari tempat dimana ia kini bekerja. Ia berjalan menelusuri jalan menikmati udara malam yang begitu dingin hingga rasanya menusuk sampai ke tulang rusuk.

Hah~ mengapa aku selalu merasa sedih dimalam hari?”

Menatap lagit yang kosong tanpa adanya bintang-bintang malam ini. Ia berjalan sambil terus memandang ke atas.

“Apa yang sebenarnya harus aku lakukan? Apa yang sebenarnya appa dan eomma inginkan dariku?” lirihnya.

Ia mengalihkan pandangannya kedepan dan mengenyahkan pikirannya. Ia berjalan lebih cepat menuju rumah kecilnya, diluar sangat dingin ia tak mau mati membeku.

Hingga akhirnya ia sampai didepan rumahnya. Langkahnya terhenti dan matanya menajam. Seseorang sedang terduduk disana dengan menenggelamkan kepalanya dikedua lututnya sambil memeluk dirinya sendiri.

Pakaian itu, tatanan rambut itu, fostur itu ia sepertinya mengenal orang itu.

Mungkinkah…

“Tiffany..” panggilnya ragu.

Merasa ada yang memanggil orang itu menganggkat kepalanya dan menatap taeyeon dengan sayu.

“Tae” ia segera bangkit dengan cepat namun karena kondisi tubuhnya yang terlalu lama diluar ditambah cuaca yang tidak bersahabat memebuat dirinya oleng.

“Pany-ah!” taeyeon berlari memeluk tiffany yang hampir saja terjatuh ketanah yang dingin.

“Gwaenchana?” tanya taeyeon.

“E-eoh” jawab tiffany gugup karena kedekatan mereka yang benar-benar dekat taeyeon yang memeluknya.

Lalu mata taeyeon menelusuri tifffany mulai dari atas sampai bawah, tatanan dan pakaian tiffany sama percis dengan tadi pagi. Itu membuat taeyeon berfikir mungkinkah tiffany disini sejak pagi tadi saat ia meninggalkannya?

“Sejak kapan kau berada disini?” tanyanya.

“…………………………….”

Karena tak mendapat jawaban taeyeon menangkupkan sebelah tangannya dipipi tiffany. Dan itu benar-benar dingin.

“Apa kau disini sejak pagi?”

“……………………………..”

Hah~ ayo masuk kau membutuhkan sesuatu yang hangat” ujar taeyeon lalu membimbing tiffany untuk masuk kerumah mungilnya.

Taeyeon segera membawa pakaian hangat dan selimut miliknya lalu memakaikannya pada tiffany yang sedang memeluk dirinya diruang tengah.

“Terimakasih”

Taeyeon tak menjawab sama sekali ia hanya segera bangkit dan berjalan menuju tempat dimana ia selalu memasak. Tiffany terus memperhatikan setiap gerak gerik taeyeon, ia merindukannya.

“Ini coklat panas dapat menghangatkan suhu tubuhmu”

“T-terimakasih tae”

Taeyeon menganggukkan kepalanya tanpa ekspresi lalu kembali bangkit menuju dapurnya berniat membuat makan malam untuk dirinya dan tiffany. Jika dugaannya memang benar itu berarti tiffany tidak makan apapun sejak pagi itu.

Hening..

Keduanya berada dalam pikiran mereka masing-masing. Tiffany terus memperhatikan taeyeon dengan tatapan rindunya. Sedangkan taeyeon juga rasanya ingin menatap dan menghangatkan sosok yg ia cintai itu, namun bagaimanapun ia tetap harus menahannya karena itu tidak akan memguntungkan untuknya justru sebaliknya.

“Tae aku-”

“Maafkan aku” lanjut tiffany setelah berhenti sejenak.

“Jadi benar kau berada disana sejak pagi itu?”

“I-itu aku harus bertemu denganmu, ada hal penting yang harus aku tanyakan dan katakan padamu”

“Apa itu lebih penting dibandingkan nyawamu?!!” ujar taryeon dengan nada tinggi.

“Tae-” tiffany terkejut mendengar suara tinggi itu. Setelah sekian lama ia kembali mendengarnya lagi, dan ini menyakitkan.

“Hal sepenting apa sampai kau rela berdiam berjam-jam diluar saat cuaca sedang bersuhu minus?! Kau bisa saja mati kedinginan disana tiffany!!!”

“Tapi aku baik-baik saja” tiffany bangkit dari duduknya.

“Dan semua ini lebih penting dibandingkan nyawaku sendiri, aku-”

“Kau sangat egois tiffany!! Lalu bagaimana mereka yang menyayangimu? daddymu, oppamu, teman-teman dan juga aku” ujar taeyeon lirih diakhir kalimat.

“Aku takkan pernah memaafkan diriku jika itu terjadi. Mungkin aku akan hidup seperti orang gila yang berjalan-jalan dijalan raya dengan tidak kewarasannya. Kau menyakitiku dengan perkataan yang kau sepelekan itu. Kau tidak tau apa yang kau katakan itu bisa berdampak pada banyak orang yang menyayangimu”

“Lalu apa yang harus aku lakukan taeyeon? Katakan apa yang harus aku lakukan jika tidak dengan cara itu? Kau menghindariku entah karena sebab apa, kau menjauhiku. Semakin hari jarakmu semakin menjauh dariku. Sebenarnya apa masalahnya? Apa aku melakukan kesalaham yang tidak aku sadari? Tolong katakan dan jangan bersikap seperti itu”

Taeyeon tak mampu berkata apa, apa yang tiffany ucapkan memang benar bahwa ia menghindarinya. Semua ini terjadi karenanya, karena perasaannya pada gadis itu.

“Kau menyakitiku dengan sikap itu. Aku merindukan taeyeon yang dulu. Yang selalu ada untukku, menemaniku menghabiskan waktu bersama, membantuku mengerjakan tugas yang tak bisa aku pahami. Aku merindukanmu tae”

“Aku tidak ingin kehilanganmu. Aku lebih rela kehilangan diriku dari pada aku harus merasakan kehilanganmu” lirih tiffany mulai memeteskan cairan bening dari mata indahnya. Begitupun taeyeon yg mulai menahan air matanya ia bisa merasakan matanya yang mulai memanas.

Ingin rasanya ia menghampiri gadis yang sedang meneteskan air matanya itu dan memeluknya erat. Ia ingin bersama gadis itu tapi ia sadar ia tidak bisa. Jika ia kembalu kesamping gaids itu ia tidak yakin bisa menghapus perasaannya ini.

Ia hampir saja terlena dengan perkataan manis tiffany, jika ia kembali maka yang ada justru adalah kesakitan melihatnya bersama orang lain. Ia harus sadar dan meluruskan ini.

“Hentikan” ujar taeyeon memejamkan matanya.

“Hentikan saja tiffany”

“Semuanya” ia kembali membuka matanya dan menatap tiffany yang sedang mengerutkan keningnya tak mengerti dengan apa yang sedang taeyeon sampaikan padanya.

“Aku sangat berterimakasih padamu atas apa yang telah kau lakukan untukku selama ini, kau sangat membantuku. Apa yang kau lakukan tidaklah sia-sia. Tapi aku rasa cukup sampai disini saja pany-ah, hentikan semuanya”

“Lupakan apa yang kau janjikan padaku. Aku juga akan membebaskannya. Anggap kau tak pernah mengatakan apapun padaku dan hanya perlu pergi menjauh dariku, anggaplah kau tidak pernah mengenalku”

“Tae-” bulir-bulir itu semakin keluar dengan deras. Ia tak pernah menyangka kata-kata seperti itu akan keluar negitu saja dari orang yang cintai.

Tiffany menggelengkan kepalanya sambil menatap taeyeon sedih. Ia tak bisa melakukan itu, sudah beberapa hari ini ia tak bersama taeyeon dan itu sudah membuatnya prustasi akan rasa rindunya, lalu apa yang akan terjadi jika itu selamanya? Ia tak bisa membayangkan apa yang akan terjadi nanti, mungkin ia akan depresi berat dan melakukan aksi bunuh diri karena tak bisa menahan rasa rindunya pada sosok itu.

“Kumohon pergilah” lirih taeyeon mengeratkan kepalan tangannya, ia sedang berusaha menahan rasa sakit karena ucapannya sendiri.

“Mengapa aku harus melakukan itu? Aku tidak bisa. Apa kesalahanku begitu besar sampai kau menyuruhku untuk pergi seperti ini?” tanya tiffany sesenggukan.

“Kau tidak akan mengerti. Kau tidak bersalah apapun tapi disini akulah yang bermasalah, jadi kumohon jangan mendekat lagi pany-ah”

“AKU TIDAK BISA!!! Aku tidak mau! Mengapa kau memaksaku seperti itu. Aku tidak ingin jauh darimu, aku ingin tetap disampingmu taeyeon!”

“Kau harus melakukannya! Ini tidak akan baik jika terus berlanjut”

“Aku tidak mengerti apa yang kau katakan, mengapa semua ini tidak menjadi baik? Mengapa aku tidak akan mengerti? Mengapa kau yang bermasalah?! Jelaskan padaku dengan alasan yang jelas mengapa aku harus menjauh darimu!!”

“KARENA AKU MENCINTAIMU!!”

Deg

Seketika kedua terbelalak, tseyeon yang terkejut dengan apa yang baru saja ia ucapkan dan tiffany yang terkejut bahwa taeyeon memiliki perasaan yang sama dengannya.

Tiffany benar-benar terkejut, perasaan senang menghampiri dirinya, jantungnyapun berdegub dengan sangat kencang sampai ia bahkan tak bisa bersuara dan bergerak.

Taeyeon POV

oh tuhan apa yang baru saja aku katakan? Ini tidaklah baik. Dia pasti akan menjauh setelah ini dan tak ingin bertemu lagi denganku. Dia pasti merasa jijik padaku.

Tunggu-

Bukankah ini bagus? Dengan begitu dia akan menjauh tanpa aku minta bukan? Hahaha

“Aku mencintaimu sejak lama pany-ah. Aku tidak bisa terus menahan perasaanku jika kau terus berada disekelilingku. Aku menjijikan, sangat menjijikan”

Dia tidak merespon apapun, ia hanya diam disana dengan mata terbelalak.

Cihh

Mengapa aku berharap dia memiliki perasaan yang sam denganku? Kau benar-benar gila taeyeon.

“Tatapan seperti itulah yang tak ingin aku lihat. Aku tidak akan melarangmu untuk bertindak sesukamu. Aku tau kau beranggapan sama denganku bahwa aku sangat menjijikan. Terimakasih untuk segalanya dan juga aku harap kau bahagia dengannya” dan saat itulah air mataku lolos begitu saja. Akhir perkataan yang sederhana namun sangat menyayat hati.

Selamat tinggal cintaku.

Tak ingin ia melihat air mata menjijikan ini,akupun keluar dar rumahku dengan berlari sekencang mungkin meninggalkannya disana sendiri. Aku tidak bisa terus berada ditempat yang sama dengannya. Manusia menjijikan ini sudah terlalu jatuh untukmu pany-ah.

Kuhentikan langkahku dan hanya membiarkan air mata ini mengalir.

“Aaaaaaaaaaa!!!!!!!!” teriakku tak memperdulikan orang-orang menatapku dengan aneh.

Tubuh dengan sendirinya meluruh kebawah menyentuh aspal yang dingin. Tubuhku terasa lemah, seperti kehilangan sebagian dalam diriku dan ini terasa sangat menyakitkan.

Kubiarkan air mataku mengalir dengan derasnya, aku butuh mengeluarkan kesedihan hatiku. Aku tidak bisa menehannya lagi. Ini benar-benar terlalu berat untukku.

Mengapa aku harus hidup seperti ini? Bak sebuah drama sad yang tak akan pernah berakhir bahagia.

Dan seperti inilah hidupku, selalu berakhir dengan sebuah tangisan dan kesakitan.

Author POV

Sementara ditempat lain ia baru saja berhasil mendapatkan kesadaran dirinya.

“Taeyeon mencintaiku?” tanyanya pada diri sendiri.

“Apa ini mimpi?” ia mencoba mencubit pipinya dan-

“Aww- ini bukan mimpi”

“Taeyeon-dimana dia? Aku harus mengatakan perasaanku juga”

Ia segera berlari keluar dan mencari taeyeon. Sudah 20 menit ia mencari taeyeon manun nihil. Ia juga menghubungi kontak gadis itu namun tidak diangkat. Ini membuat dirinya serasa prustasi bukan main. Namun tiba-tiba suara dering terdengar dari phonenya.

“Tae dimana kau?” ucapnya dengan terengah-engah.

“Wow wow tenang.. Pany-ah gwaenchana?”

Tiffany memgerutkan keningnya lalu melihat layar phone untuk memeriksa siapa yang menelponnya.

“O-oh sunny ada apa?”

“Bisa kau kemari? Kita sedang berkumpul bersama untuk membicarakan acara besok. Jessica bilang kau tak dirumah”

“Acara? Acara apa?”

“Yaampun tiff, besok adalah hari ulang tahun taeyeon. Bagaimana mungkin kau lupa, kau sangat dekat dengannya tapi kau juga yang melupakan hari bahagia itu”

“Oh my god! Aku benar-benar lupa. Maaf aku akan segera kesana, dimana kalian?”

“Apartemenmu”

“Arasseo aku akan segera pulang”

Tiffany pun mengakhiri pembicaraan. ia usap wajahnya dengan kasar.

“Bagaimana bisa aku melupakan hari ulang tahunnya” lirih tiffany dengan penyesalan.

Ia benar-benar melupakan itu, pikirannya sedang kacau akhir-akhir ini karena seseorang. Ia terlalu memikirkan taeyeon sampai melupakan yang lainnya.

“Aku akan mengungkapkan perasaanku nanti” lirihnya lalu pergi menuju apartemen miliknya.

.

.

Tiffany POV

“Aku pulang”

“Tiff cepatlah kemari” panggil jessica.

Akupun mendekati mereka dan duduk bersama. Teman-teman yang lain diam memperhatikanku membuatku merasa tak nyaman.

“Wae?” tanyaku.

“Tiff gwaenchana? Matamu sembab dan wajahmu juga pucat” tanya yuri.

“Apa terjadi sesuatu?” sooyoung mengeluarkan suaranya.

“A-aa tidak. Aku tidak apa-apa”

“Kau yakin tiff? Lebih baik kau istirahat saja” ujar jessica.

“Aku sungguh tidak apa-apa. Kenapa kita tak lanjutkan saja rencana persiapan besok?” kualihkan pembicaraan

Kamipun kembali membicarakan perihal acara ulang tahun taeyeon yang akan dilaksanakan besok.

***

Minggu, 9 maret 2014

Taeyeon POV

Cuitt cuitt..

Suara burung bernyanyi dipagi hari membuatku terusik dari tidur singkatku, perlahan kubuka mataku menatap langit kamarku.

‘KARENA AKU MENCINTAIMU!!’

Kata-kata itu kembali terputar dalam kepalaku. Ini adalah akhir dari segalanya. Aku dan dia kini benar-benar berakhir.

Hahh~ rasanya sudah lama aku tidak mengunjungi appa dan eomma”

Akupun segera bangkit dan mandi bersiap-siap untuk bekerja.

.

.

Author POV

Hoamm~” seorang wanita baru saja terbangun dari tidur singkatnya. Ia benar-benar tidak bisa tidur karena memikirkan kejadian kemarin bersama sang sahabatnya.

‘KARENA AKU MENCINTAIMU!!’

Seketika ia tersenyum mengingat apa yang dilontarkan sahabatnya itu kemarin. Ia sangat bahagia bahwa perasaannya ternyata terbalaskan, hal yang selama ini ia takutkan mengenai sahabatnya ternyata salah. Rasanya ia ingin segera mengungkapkan perasaannya dan memeluk sahabat yang ia cintai itu.

“Kau pasti bisa tiffany, kau harus meluruskan kesalahpahaman ini dan katakan bahwa kau juga mencintainya” ia menyemangati dirinya.

Tiffany POV

Akupun segera membasuh mukaku dan keluar dari kamarku. Saat langkahku mulai mendekat kearah pantry aku mendengar suara gelak tawa.

“Haha hentikan yul, kau benar-benar terlihat aneh hhaha”

Langkahku semakin dekat, dekat dan-

“Hahah apa yang kau lakukan yul!!!” teriakku.

Dia sedang memasak sambil melakukan tarian aneh, emm mungkin tarian ubur-ubur? Di meliuk-liukkan tubuhnya seperti ulat hha..

“O-oh pagi tiff. Kami sedang memasak sebentar lagi selesai tunggu saja di meja makan” ujar yuri.

“Arasseo. Kau benar-benar terlihat aneh dengan gerakan itu” ucapku terkekeh sambil pergi dari pantry.

.

.

Author POV

“Bagaimana semua barang yang diperlukan sudah lengkap?” tanya sunny.

“Aku rasa sudah unnie” jawab seohyun.

“Kalau begitu saatnya kita menuju rumah taeng” sooyoung membuka suara.

“Kau masih punya kunci rumah taeng bukan?” tanya jessica pada yuri.

“Eoh, dia membiarkan aku memegang ini” jawabnya memperlihatkan kunci rumah itu.

“Bagus! Yeah saatnya berangkat kalau begitu” ujar yoona.

“Kalau begitu let’s go!” tiffany yang sedari tadi diam akhirnya membuka suaranya.

Merekapun semua pergi menuju rumah taeyeon dengan menggunakan mobil yang mereka bawa. Tak lama kemudian mereka sampai dan dengan cepat memasukan barang-barang yang akan digunakan untuk merayakan pesta ulang tahun taeyeon.

“Okay semuanya… Ayo berkumpul!” teriak sunny.

“Okay agar semua berjalan dengan cepat sebaiknya kita bagi tugas” ucap sunny setelah yang lainnya sudah berkumpul.

“Ide yang bagus. Kalau begitu aku mau memasak” ujar sooyoung.

“Tidak tidak! Kau akan menghabiskan semua bahkan sebelum masakan itu selesai” sanggah jessica.

“Aku janji tidak akan menghabiskannya” mohon sooyoung.

“Unnie aku lebih setuju dengan ucapan jessica unnie, bukankah lebih baik jika unnie membantu mendekor saja? Unnie mempunyai postur yang sangat mendukung”

“SETUJU!!!” teriak semuanya membuat sooyoung terkejut dan kesal.

“Baiklah-baiklah. Puas kalian?!” ujar sooyoung cemberut.

“Okay-okay lupakan si tiang itu. Yul yoong tugas kalian memasak, hyunie tiff kalian bersihkan seluruh ruangan agar bersih dan rapi, jess kau dan aku akan mendekor bersama si tiang itu” ujar sunny memberikan arahan.

“Ada yang keberatan?” tanya sunny.

“Tidak. Itu ide yang bagus. Kalau begitu ayo kerjakan tugas masing-masing” ucap tiffany. Merekapun melakukannya sesuai arahan dari sunny dan saling membantu satu sama lain.

.

.

“Ini pesanan anda” ucap taeyeon memberikan pesanan ayam kentaki ke meja pelanggan tersebut.

“Terimakasih, kau sangat ramah sekali taeyeon-ssi” ujar pelanggan tersebut.

“Aa- kamsahamnida ajushii, memang seharusnya kami bersikap ramah” taeyeon sedikit terkejut pelanggannya menyebut namanya.

“Orang tuamu benar-benar mendidikmu dengan baik nak”

“Ne? Apa ajushi mengenalku?” selidik taeyeon, pria paru baya ini sedikit mencurigakan menurutnya.

Jika pria itu mengetahui namanya itu mungkin karena pria itu membaca tanda pengenalnya yang menempel dibaju. Tapi rasanya pria itu seperti mengenal dirinya, tatapannya terlihat aneh untuknya. Ia memperhatikan pria itu dari atas hingga bawah. Pria itu terkesan tidak rapi.

“Hahaha aku hanya mengatakan semua yang aku lihat, kau tumbuh dengan sangat baik. Itu terlihat dari garis wajahmu”

“Kamsahamnida, selamat menikmati saya permisi” ucap taeyeon lalu pergi meninggalkan pria itu yang masih menatapnya.

“Ajushi itu terlihat aneh. Ah sudahlah mengapa aku harus memikirkan hal yang tak penting?” ucapnyanpada diri sendiri.

“Taeyeon”

“Aa ne sajangnim”

“Kau bilang akan ijin pulang lebih awal bukan? Kalau begitu pulanglah. Kau sudah cukup bekerja dengan baik hari ini”

“Kamsahamnida sajangnim” ujar taeyeon memberi hormat senang.

Iapun segera bersiap-siap dan keluar dari tempatnya bekerja menuju terminal bus. Sambil berjalan ia mampir sebentar kesebuah toko bunga yang terletak tak jauh.

.

.

Tok tok tok

“Masuk” ucapnya saat mendengar ketukan pintu ruangannya.

Terlihat seorang pria memasuki ruang itu. Pria itu menatap pria yang menyuruhnya masuk itu dan duduk didepannya.

“Maaf membuatmu jauh-jauh kemari”

“Tak apa siwon-ah, bukankah kita teman?”

“Tentu saja yesung-ah”

“Jadi hal penting apa yang ingin kau katakan?”

“Aaa itu- aku harap kau mau memenuhi permintaanku ini. Aku ingin meminta bantuanmu untuk mecari sesuatu”

“Maksudmu?”

“Tolong bantu aku mencari tahu siapa sebenarnya tiffany”

“Siwon-ah aku tidak mengerti maksudmu-”

“Dia bukan adikku, aku tidak bisa menceritakan secara detail. Tapi aku mohon bantu aku mencari tahu siapa dirinya sebenarnya. Nama aslinya, keluarganya, semua latar belakang mengenai dirinya”

“Baiklah aku mengerti. Tapi sebelum itu bisa kau ceritakan secara rimgkas apa yang terjadi, agar memudahkan pencariannya”.

“Arasseo”

Siwonpun menceritakan hal-hal yang akan membantu dalam pencarian.

.

.

Taeyeon POV

“Annyeong appa.. Eomma” sapaku pada mereka yang ada dibalik lemari kaca.

“Maaf karena aku baru bisa kemari sekarang, aku tidak bisa selalu mengunjungi kalian diisni”

“Bagaimana kabar kalian disana? Aku..”

“Aku sedang tidak baik disini. Banyak hal yang aku pikirkan mengenai miyoung, dan apa maksud dari setiap apa yang selalu kalian ucapkan padaku. Perkataan kalian seolah menunjukkan bahwa kalian tahu bahwa kalian akan mati tidak lama lagi”

“Kumohon berikan aku jawaban jika tidak bisa setidaknya berikan aku petunjuk. Kebenaran. Kebenaran apa yang sebenarnya kalian ingin katakan padaku? Pembunuh itu.. Apa semua ini ada hubungannya dengan pembunuh itu? Tapi apa yang harus aku lakukan? Aku bahkan tidak punya petunjuk apapun”

“Dan juga…”

“Aku mohon pertemukan aku dengan miyoung, bantu aku menemukannya”

Air mataku menetes dengan sendirinya, aku tak bisa menahannya lagi. Aku benar-benar merindukan mereka. Begitu banyak masalah yang sedang kuhadapi dan tak ada yang bisa menjadi sandaranku untuk menumpahkan kesedihan ini. Aku kembali sendiri menahan rasa sakit ini.

“Seharusnya kalian tak membawaku dalam kehidupan seperti ini, aku sedikit menyesali itu”

Kupejamkan mataku sejenak untuk menenangkan pikiranku. Tuhan apa yang baru saja aku ucapkan. Eomma appa maafkan aku.

“Jeongmal mianhaeyo, aku sungguh tak bermaksud seperti itu. Aku hanya sedang kalut. Maafkan aku eomma .. Appa”

“Aku sebaiknya pulang,ini sudah menjelang malam. Jaga diri kalian dan akupun pasti akan menjaga diriku. Saranghae” ucapku dengan senyuman khas milikku. Setelah itu aku pergi dr tempat itu berniat kembali kerumah untuk beristirahat.

.

.

Author POV

Huff~akhirnya sampai juga. Dimana aku menyimpan kuncinya ya?” ucap taeyeon saat ia sudah sampai didepan rumahnya. Ia mencari kunci itu kedalam tas yang ia bawa hingga akhirnya ia menemukannya dan membuka pintu rumahnya.

Ckrek

DOR

PRETTTTT

“Saengil cukha hamnida~ Saengil cukha hamnida~ Saranghaneun uri taeyeon~ Saengil cukha hamnida~ HUUU~” semua orang bernyanyi dan bersorak riang menyambut sang pemilik rumah yang sudah mereka tunggu sejak tadi akhirnya datang. Mereka sudah setengah mati menunggu taeyeon untuk segera pulang, namun apa daya mereka hanya bisa menunggu.

Sementara taeyeon ia hanya bisa terdiam sambil membelalak terkejut dengan kejutan ini. Ia benar-benar tidak menyangka bahwa teman-temannya akan melakukan hal seperti ini. Membuat sebuah kejutan dan memberinya ucapan selamat ulang tahun.

“Cukhae taeng!!” Mereka semua mendekat dan memeluk taeyeon erat, memberinya ucapan selamat sambil mencubit dan memukul taeyeon.

“Ya! Appo~” ringis taeyeon.

“Dasar keterlaluan! Kalu tahu berapa lama kami menunggumu?! Apa kau tidak lihat wajah kusut kami?!” teriak sooyoung yang sudah kelaparan.

“Kalau begitu mengapa kalian tak memberitahuku kalau kalian akan datang?”

“Sudah-sudah sekarang sebaiknya kau tiup lilinnya sebelum padam dan mohonlah permohonan taeng” ujar jessica.

“Baiklah..” taeyeon manyatukan kedua tangannya dan memanjatkan doa.

Fiuhhh~”

Baiklahh saatnya potong kuenya taeng, aku sudah sangat lapar palli” ujar sooyoung.

“Arasseo soo” taeyeon terkekeh lalu meemotong kue itu dan memberikan pada sooyoung, namun yuri menahannya membuat sooyoung geram.

“Bukankah lebih bagus jika kau menyuapi kami terlebih dahulu. Setelah itu baru kau beri sesuai yang mereka inginkan”

“Ide bagus, aku juga ingin taeng menyuapi aku. Lebih bagus lagi jika kita abadikan setiap moment”

“Ahahha arasseo” ujar taeyeon.

Taeyeonpun menghampiri sooyoung dan menyuapinya dengan porsi besar membuat sooyoung kembali tersenyum lebar. Tak lupa mereka mengabadikan moment itu. Taeyeon lalu menyuapi sunny, jessica, yuri, yoona dan seohyun.

Tiffany.

Taeyeon terdiam seketika saat berada didepan gadis itu, mereka saling menatap canggung terutama taeyeon. Ia merasa malu bertemu dengan gadis itu.

Apa gadis itu akan menerima suapannya?

Ia pasti merasa jijik dekat dengannya, ia pasti terpaksa untuk datang karena teman-teman yang lain. Ya dia hanya tak ingin merusak hubungan persahabatan mereka hanya karena dirinya, ia mengerti itu.

Tiba-tiba ide jahil muncul dikepala sooyoung, ia tersenyum nakal sebelum akhirnya mendorong taeyeon membuat kue yang ia pegang jatuh mengenai pakaian tiffany, bahkan mereka sampai terjatuh dari posisi berdiri mereka. Posisi ini sangat tidak pantas kenurut taeyeon pasalnya ia sedang berada diatas tubuh tiffany. Wajah mereka sangat dekat membuat mereka salah tingkah. Bukannya membantu mereka malah menertawakan dua orang yang jatuh itu.

“O my god, pany-ah maafkan aku-YA! Soo!” taeyeon merasa bersalah pada tiffany dan kesal pada sooyoung. Ia segera bangkit dan tak lupa membantu tiffany untuk berdiri juga.

“Pany-ah gwaenchana? Apa ada yang terluka ataupun sakit?” khawatir taeyeon.

“A-aku baik-baik saja tae”

“Ahahah kalian sangat lucu, wajah kalian memerah. Seperti pasangan yang sedang kasmaran saja” ujar yoona. Perkataan itu justru membuat taeyeon maupun tiffany membelalak dan semakin canggung juga malu.

“Lebih baik kau ganti pakaianmu, bajumu benar-benar kotor” ujar taeyeon mengabaikan ucapan yoona dan langsung menuju kamarya diikuti tiffany dari belakang.

“emm-aku tidak punya pakaian bagus ataupun pakaian yang sesuai dengan seleramu. Jadi aku harap kau mau memakai pakaian seadanya saja” ujar taeyeon sambil mencari-cari pakaian yang pantas untuk digunakan tiffany.

“Tidak apa-apa, aku akan memakai apapun yang kau berikan untukku” jawab tiffany dengan tatapan yang tak lepas memperhatikan punggung taeyeon.

“emm-bagaimana dengan yang ini?” taeyeon menunjukkan sebuah kaos hitam.

“Emm” tiffany menganggukkan kepalanya.

“Kalau begitu ini. emm aku akan keluar kalau begitu” taeyeon memberikan pakaian itu tanpa menatap tiffany.

“Bagaimana denganmu? Pakaianmu juga kotor”

“Aku akan mengganti pakaian setelah kau selesai” taeyeon tersenyum simpul.

Tiffany POV

“Aku akan mengganti pakaian setelah kau selesai” jawabnya tersenyum simpul sambil berbalik hendak keluar kamarnya.

Aku tidak suka ini, saat ia hanya tersenyum simpul tak memperlihatkan senyum cutenya padaku. aku benci saat ia bersikap dingin dan melangkah menjauh dariku. Aku ingin ia ada disampingku, mengisi hari-hari bersama.

Aku benar-benar sudah mencintainya.

Bugg

Kupeluk tubuhnya sebelum menyentuh pintu itu, memeluknya erat. Aku sangat merindukannya. Merindukan pelukannya, perhatiannya, dan hangat tubuhnya.

“Kajima” pintaku.

“Nado saranghae tae”

Kurasakan ia hanya diam mematung disana, tak ada respon sedikitpun darinya. Ia hanya diam tak bergeming.

“Taeyeon-ah” kubalikkan tubuhnya untuk menghadapku dan mencoba menatapnya, ia terbelalak dengan air mata yang sudah mengumpul dipelupuk matanya.

“Mengapa kau hanya diam? Aku bilang aku juga mencintaimu”

“P-pany-ah ini benar-benar tidak lucu, apa kau sedang mencoba menjebakku dihari ulangtahunku?”

“Any-aku mengatakan yang sebenarnya-“

“Lalu bagaimana dengan pria-“

Chuu~

Aku menciumnya tepat dibibir tak ingin mendengar apa yang sedang ia coba katakan padaku. hanya mendiamkan bibirku disana untuk beberapa saat sampai aku kembali menjauhkan diriku darinya. Aku hanya tidak bisa menahan rinduku lagi. Aku mencintainya, sangat mencintainya.

“Aku bilang aku juga mencintaim-emm~”

Belum aku selesaikan perkataanku kini taeyeon menciumku dengan tiba-tiba membuatku tersentak terkejut karena tindakannya. Ia melingkarkan tangannya dipunggungku dan melumat bibirku. Tak bisa kupungkiri perasaan senang datang dalam hatiku saat bibirnya manisnya menyentuh bibirku.

Kubalas lumatan itu sambil meremas pakaian dibagian pundaknya. ia menciumku dengan lembut tak ingin menyakitiku. Ciuman ini sangat terasa manis dan nikmat. Ini adalah ciuman keduaku dengannya. Dan dialah yang mengambil first kissku.

Kim taeyeon yang aku cintai.

BRAKK!

“Apa yang sedang kalian lakukan?!”

.

.

.

To be CONTINUE

.

.

Annyeong my readerku semua!!! 😆✋
Rindu rindu rindukahh?? Hhe

Setelah berabad2 author gak comeback akhirnya comeback juga hihihi..
Author ingin meminta maaf pada reader2 yang menunggu author untuk cepat update sampai2 mengunjungi web ini terus menerus,maafkan author yaa 👏😁

Author harap kalian masih ingat sama jalan ceritanya, dan mudah2an juga cerita semakin menarik ya dimata para reader disini.

Jangan lupa tinggalkan jejak ya, author ingin tau respon kalian mengenai ff yang author buat ini.

Oke.. Sampai disini cuap2nya dan sampai nanti my readerku, see you next time 😘✋


134 thoughts on “Circle [Chapter 8]

  1. Dammnn ass..Ckkkkkk yang main dobrak pintu🙄
    Woyyy ganggu TaeNy woyyyy😂😂 ganggu

    Akhirnya, TaeNy sama-sama perasaan mereka masing-masing. Semoga kedepannya hubungan makin manis lagi

    Like

Leave a reply to TNEYisREAL08 Cancel reply