Circle [Chapter 9]

circle-cover-2

Main cast : Kim Taeyeon, Tiffany Hwang, Kwon Yuri, Jessica Jung
Sub Cast : Lee Sunny, Im Yoona, Choi Sooyoung, Seo Ju Hyun, Choi Siwon (as Siwon Hwang), Kim Hyoyeon
Genre : Yuri, Drama, Sad, Chaptered
Rated : 17+
Author : TNEYisREAL08

WARNING!!

The gendre is Yuri if you don’t like it go away and don’t copy paste or Bashing. Typo’s everywhere, please comment. Reading enjoy ^^

***

Author POV

Chuu~

Tiffany menciumnya tepat dibibir tak ingin mendengar apa yang sedang taeyeon coba katakan padanya. Ia hanya mendiamkan bibirnya disana untuk beberapa saat sampai akhirnya kembali menjauhkan dirinya. Ia hanya tidak bisa menahan rindunya lagi. Ia mencintainya, sangat mencintai kim taeyeon.

“Aku bilang aku juga mencintaim-emm~”

Sebelum tiffany menyelesaikan perkataannya, namun taeyeon sudah menciumnya dengan tiba-tiba membuat tiffany tersentak terkejut karena tindakannya. Ia melingkarkan tangannya dipinggang tiffany dan melumat bibirnya. Tak bisa tiffany pungkiri perasaan senang datang dalam hatinya saat bibirnya manis itu menyentuh bibirnya.

Ia balas lumatan itu sambil meremas pakaian dibagian pundak taeyeon. Taeyeon menciumnya dengan lembut seolah tak ingin menyakitinya. Ciuman ini sangat terasa manis dan nikmat. Ini adalah ciuman kedua bagi tiffany maupun taeyeon.

BRAKK!

“Apa yang sedang kalian lakukan?!” ujar sooyoung.
Suara itu berhasil menyadarkan kedua pasangan yang sedang menikmati ciuman satu sama lain itu. Mereka benar-benar tersentak saling menjauhkan diri satu sama lain dan celingukkan tak tahu harus berkata apa.

“Apa kalian…”

“Tidak-bukan, s-sesuatu masuk kedalam mataku soo” jawab taeyeon gugup, ia berharap sooyoung dapat mempercayainya. Pasalnya jika dilihat dari pintu mereka bisa terlihat berciuman ataupun tidak karena punggung taeyeon memunggungi pintu dan tubuh tiffanypun setidaknya tertutupi oleh tubuh mungilnya.

“Benarkah? Tapi kalian terlihat seperti-”

“Apa kau tidak lihat mata merah taetae soo?” tiffany memotong ucapan sooyoung berharap dapat merubah pemikiran sooyoung tentang apa yamg dilihatnya.

“Wahh matamu benar-benar merah taeng, gwaenchana? Sini biar aku tiup” ujar sooyoung mendekati taeyeon.

“Gwaenchana soo, sekarang sudah lebih baik berkat pany” taeyeon menahan aksi tiup sooyoung.

“Syukurlah kalau begitu. Cepatlah sedikit aku benar-benar lapar, mereka tidak mengijinkanku memakan daging rolade sedikitpun” ujar sooyoung memasang wajah cemberut.

“Arasseo kajja” ajak taeyeon sambil mendorong tubuh sooyoung keluar kamarnya.

“Emm-pany-ah pakai itu, aku keluar dulu” ujar taeyeon sambil memberikan kaos hitam yang tiffany jatuhkan tadi.

“Ne” tiffany menatapnya tersenyum cantik membuat jantung taeyeon kembali berdetak tak karuan.

Taeyeonpun secepat mungkin keluar dari kamarnya, ia benar-benar tak bisa mengendalikan dirinya. Senyum tiffany tadi berhasil membuat dirinya semakin jatuh pada pesonanya. Dan ciuman tadi ia masih tidak bisa mempercayai itu, benarkah itu ciuman? Benarkah dirinya baru saja berciuman dengan wanita yang ia cintai itu? Benarkah wanita itu membalas perasannya?

“Sadarlah kim ini pasti hanya mimpi-atau mungkin jebakan dihari ulang tahunku” lirih taeyeon yang sedang mengenyahkan pikirannya.

.

.

“Bersulang!!!”

Trengg

Mereka meminum soju dengan sekali teguk. Rasa pahit menjelar keseluruh mulut.

“Aaah~ pahit sekali” keluh taeyeon.

“Hahaha akhirnya si kidtaeng mau minum bersama juga” ujar yuri. Taeyeon hanya terkekeh mendengar itu.

“Aku hanya tak suka mabuk, aku harap aku juga tak mabuk malam ini”

“Kau takkan mabuk bocah, kau hanya minum 1 gelas mungil tidak seperti kami dengan gelas besar ahha” ucap sooyoung.

“Kau benar” saat taeyeon terkekeh malu, matanya tak sengaja menangkap tiffany diarah jam 10 yang sedang menatapnya sambil tersenyum, itu membuat dirinya menjadi salah tingkah.

“Emm.. Aku ingin berterimakasih pada kalian yang sudah menyempatkan waktu untuk hari ini, menyiapkan kue, bahan-bahan untuk membuat masakan enak ini dan tenaga kalian juga. Aku benar-benar terharu dan hampir tak bisa berkata apa-apa. Aku bahkan tak bisa membalas setiap kebaikan yang sering kalian berikan untukku selama ini” ujarnya memalingkan perasaan gugupnya.

“Kalian ada saat aku membutuhkan kalian, membantuku mencari miyoung dan menyemangatiku agar tak menyerah, kalian lebih dari keluarga untukku. Jika aku tak bertemu kalian mungkin aku takkan menjadi seperti ini” semua orang yang berada diruangan itu mendengarkan apa yang taeyeon katakan dengan seksama.

“Mungkin aku hanya akan menjadi anak pendiam dan penyendiri yang terus menggulungi masa lalu yang kelam itu. Menyesali kehidupanku dan berakhir bunuh diri. Tapi itu semua takkan terjadi, berkat kalian aku dapat mengalihkan masa kelamku sedikit demi sedikit meskipun membutuhkan waktu yang sangat lama dan rasa sakit yang selalu muncul selama itu pula”

“Terimakasih sudah hadir dalam hidupku yang penuh dengan drama ini. Terimakasih banyak teman-teman, aku sangat menyayangi kalian” semua orang yang ada diruangan itu menitihkan air mata mereka mendengar ucapan tulus taeyeon.

Hiks-aku tak tau harus berkata apa” ujar yuri.

“Aku juga” yoona dan sunny setuju.

“Sudahlah, ini adalah acara bahagia untuk uri taeng seharusnya kalian tidak menangis seperti itu” jessica kini mengeluarkan suaranya.

“Jessie unnie benar, lebih baik kita lanjutkan acara malam ini” ucap seohyun.

“Baiklah ayo kembali bersulang!!” teriak tiffany sambil mengangkat tangannya yang memegang gelas. Merekapun kembali meminum dengan senyuman diwajah mereka.

Tawa tak henti keluar dari mulut mereka, malam ini dipenuhi dengan cerita dan kecerian dari setiap orang. Mereka melupakan semua masalah yang sedang mereka hadapi masing-masing. Terutama taeyeon dan yuri yang sedang dilanda masalah.

Hingga akhirnya waktu menunjukan pukul 11.30 am mereka memutuskan untuk tidur ditambah sebagian dari mereka yang sudah mulai mabuk. Mereka tidur bersama diruang tengah dengan sebuah kasur lantai, bantal dan selimut untuk menghangatkan tubuh mereka.

Taeyeon berada disisi dekat pintu luar, lalu disampingnya ada yuri, yoona, sooyoung, seohyun, sunny, jessica dan terakhir tiffany.

10 menit sudah berlalu namun taeyeon masih belum bisa memejamkan matanya, suasana gelap ini pun tak membantunya untuk segera terlelap. Ia juga sedikit heran mengapa dirinya tidak merasa mabuk padahal dirinya sudah menghabiskan 6 gelas kecil soju, biasanya ia akan segera mabuk walau hanya menghabiskan 4 gelas kecil soju.

Tapi malam ini ia benar-benar tak bisa memejamkan matanya walaupun sebentar. Padahal besok adalah hari pertama untuk kembali menimba ilmu, seharusnya ia bisa mengistirahatkan dirinya malam ini atau dia akan mengantuk sepanjang pembelajaran besok.

Taeyeon berusaha memejamkan matanya dengan erat. Hingga 5 menit telah berlalu..

10 menit berlalu..

20 menit berlalu dan ia masih tak bisa terlelap juga.

25 menit berlalu..

30 menit berlalu dan-

“Gabjagi!” teriak taeyeon refleks karena merasakan sebuah tangan melingkar diperutnya disaat ia hampir saja terlelap.

Tiffany POV

20 menit telah berlalu dan aku tidak bisa terlelap sedikitpun. Kulirik sosok itu yang sedang membelakangi kami diujung sana. Ada perasaan kesal saat ia memutuskan untuk tidur diujung sana bukan didekatku. Apa dia tak merindukanku seperti aku yang merindukannya?

Ataukah dia masih belum mengerti juga kalau aku benar-benar mencintainya? Tapi mengapa dia menciumku seperti itu jika dia tak mengerti? Apa arti ciuman itu baginya jika seperti itu? Dia bahkan masih terlihat menghindar dariku, dasar menyebalkan!

Huff~

Sudahlah tiffany jangan pikirkan itu, kau bisa bicarakan ini nanti. Sekarang saatnya kau tidur atau kau akan mampus besok.

10 menit berlalu..

Tidak!!

Aku tidak bisa tidur dengan pikiran yang terus membuatku tak tenang! Bagaimana bisa dia terlelap dengan mudah setelah apa yang terjadi tadi!

Aku bangkit dari posisi tidurku dan berjalan pelan kearahnya tak ingin membangunkan yang lain apalagi menginjak mereka. Kulihat yuri yang sedang tertidur lebih kesisi yoona membuat senyumku melebar.

Ini kesempatanku untuk tidur didekat taeyeon atau lebih tepatnya disampingnya. Yuri jeongmal gomawo!! Berkat posisi tidurmu itu kau memberiku tempat untuk tidur didekatnya.

Aku baringkan diriku dan melingkarkan tanganku diperutnya dan-

“Gabjagi!” teriaknya. Dengan refleks aku membekam mulutnya membuatnya dia berhenti berteriak.

Deg!

Omo! Wajah kami benar-benar dekat, sepertinya dia langsung membalikkan tubuhnya menghadapku saat terkejut tadi sampai akhirnya wajah kami jadi sedekat ini.

“Ehemm”

Suaranya itu berhasil menyadarkanku, dengan segara aku menjauh darinya begitupun dirinya.

“A-aku tidak bisa tidur” ucapku gugup.

“A-aku juga” jawabnya.

“Bolehkah aku tidur disini? Disampingmu, mungkin aku bisa terlelap dengan mudah” pintaku.

“E-eoh tentu”

Akupun menidurkan diriku dan menatap langit-langit sambil sesekali melirik dirinya yang menatap kearah pintu luar.

“Tae”

“Emm” jawabnya menatapku.

“Aku serius dengan apa yang aku katakan tadi, aku benar-benar mencin-”

“Ssssstt bagaimana jika mereka dengar” ujarnya membekam pelan mulutku.

“Arasseo, tapi aku serius tadi”

“Pany-ah”

“Kau menciumku tapi kau masih tetap bersikap menjauh dariku, kau masih menghindariku. Kau bilang kau mencintaiku tapi saat aku mengatakan perasaanku yang sesungguhnya kau masih tetap menjauh. Sebenarnya apa yang kau-”

“Kumohon pany-ah bagaimana jika mereka mendengar”

“Mereka mabuk, mereka tidak akan bangun”

“Pany-ah-”

“Aku benar-benar mencintaimu sejak lama tae”

“…………………….”

Hening.

Author POV

Taeyeon tak merespon sama sekali, ia hanya menatap tiffany tak percaya. Ia sedang mencari kebenaran dibalik perkataannya.

“Cihh pembohong” lirih taeyeon namun masih terdengar jelas oleh tiffany.

“Mwo?”

“Berhenti mengada-ada pany-ah. Mengapa kau begitu mudah mengatakan aku juga mencintaimu dan aku mencintaimu. Apa kau pikir ini sebuah permainan?”

“Apa maksudmu?” tiffany sama sekali tak mengerti dengan apa yang taeyeon katakan padanya.

“Kau mengatakan bahwa kau juga mencintaiku lalu bagaimana dengan pria itu, pria yang kau cintai”

“Apa maksudmu? Aku sungguh tidak mengerti tae” tiffany sedikit bangkit dari posisi tidurnya menatap taeyeon.

“Aku melihatnya, kau bersama pria itu. Kau bilang bahwa kau juga mencintainya”

“Pria? Aku tidak per-” tiba-tiba tffany mengingat kejadian saat kim bum yang menembaknya di atap sekolah. Ia ingat bahwa hari itu ia mengirimi taeyeon pesan singkat bahwa ia menunggunya diatap sekolah.

“Apa maksudmu kimbum oppa? Saat diatap sekolah?” tanya tiffany memastikan.

“Eoh, aku melihatnya. Kau bilang kau mencintainya juga”

Ppfffttt itu tidak seperti yang kau pikirkan tae” tiffany menahan tawanya.

Flashback

Tiffany POV

“Maaf membuatmu menunggu, aku sangat senang kau bersedia datang kemari”

“……………….”

“Apa kau tidak ingin menerima bunga dariku?” tanyanya membuatku tersadar dari lamunanku.

“Ah ne, kamsahamnida” akupun mengambil mawar itu dari tangannya, setidaknya aku harus menghargainya.

“Tiffany-ssi, aku.. seperti apa yang aku tulis untukmu bahwa aku memiliki perasaan untukmu. Sejak pertemuan itu aku tak bisa menahan diriku untuk terus memikirkanmu, aku tahu kita tak begitu dekat tapi percayalah aku orang yang baik, romantis, dan perhatian. Akan kupastikan kau tidak akan menyesal jika kau menerimaku. Hari ini aku akan mengakhiri penantianku dan menyatakannya padamu”

“Tiffany-ssi maukah kau menerimaku sebagai kekasihmu? Aku berjanji takkan membuatmu menyesal karena telah memilihku”

“……………………”

“Tiffany-sii?”

“Oppa… Mianhae”

“Aku tidak bisa menerimamu, seseorang sudah mengisi hatiku sejak lama” lanjutku.

“Tidak bisakah kau memberiku kesempatan? Akan kuyakinkan bahwa aku yang terbaik untukmu” kimbum oppa menggenggam kedua tanganku mencoba meyakinkan. Dengan perlahan kulepaskan genggaman itu dan sedikit menjauhkan darinya.

“Mianhae oppa, tapi aku tidak bisa. Dia sudah mengisi hatiku dengan sangat dalam. Hatiku sudah terkunci untuknya, aku tak bisa membuka hatiku selain untuknya”

“Nado saranghae”

“Kata-kata itu akan aku ucapkan padanya, hanya padanya. Meski aku tidak tahu kapan ia akan mengatakan kata ‘saranghae’ tapi aku akan menunggu sampai keajaiban datang dan akupun mengatakan ‘nado saranghae’. Karena itu..”

“Berhenti menyukaiku oppa, karena sampai kapanpun hatiku hanya untuk dirinya. Aku yakin oppa akan menemukan seseorang yang lebih baik” kukembalikan bunga mawar itu dan pergi meninggalkan kimbum oppa yang menatapku sedih.

Flashback End

“Jadi apa yang aku dengar itu…” ucap taeyeon meyakinkan bahwa apa yang ada dipikrannya itu benar.

“Emm.. Sepertinya disini ada yang salah faham”

“Apa kau menjauh karena itu?” tanya tiffany.

“E-eoh. Jadi… Siapa pria bermarga kim itu?”

“Kau, KIM taeyeon. Dan dia bukan seorang pria”

Mendengar jawaban tiffany ia hanya terdiam sambil membelalak mengkedip-kedip matanya tak percaya. Perasaan sanang menghampiri hatinya, jantungnya berdegub kencang dan tubuhnya terasa bergetar.

“J-jadi kita..” tanya taeyeon ragu.

Chuu~

Tiffany mengecup bibir taeyeon membuatnya terkejut.

“Tentu saja kita sudah resmi. Kau mengatakan mencintaiku dan akupun mengatakan aku juga mencintaimu” ujar tiffany tersenyum.

Mendengar itu taeyeon tersenyum lebar, ia benar-benar tak percaya dengan apa yang ia dengar. Jika ini mimpi maka ia berdoa pada Tuhan untuk tidak membangunkannya.

“Jadi mulai saat ini kau milikku, begitu?” tanya taeyeon.

“Ne, dan kau juga milikku. 9 maret 2014, ingat itu”

Mereka saling menatap dalam kegelapan dengan senyum yang tak pudar dari bibir mereka. Tangan taeyeon terangkat menyentuh rambut tiffany mengelusnya lembut lalu membenarkan poni tiffany yang sedikit menutupi wajah cantiknya.

“Tahun ini adalah ulang tahun terindah bagiku. Tuhan memberikan hadiah memilikimu” lirih taeyeon. Ia benar-benar bersyukur ditahun ini. 9 maret 2014 adalah hari ulang tahunnya dan hari resmi jadi mereka.

“Aku rasa kita seharusnya tidur. Aku tidak mau aku ataupun kau mengantuk disaat jam pelajaran berlangsung” ujar taeyeon.

“Arasseo my taetae” jawab tiffany sambil tersenyum membuat taeyeon terkekeh.

Tiffany membaringkan tubuhnya memposisikan pundak taeyeon sebagai bantal dan memeluknya.

Hahh~ aku benar-benar merindukanmu” lirih tiffany.

“Nado” taeyeon ikut memeluk tiffany dengan senyum yang terus menempel di wajahnya.

“Goodnight pany-ah”

“Goodnight tae”

Tak lama merekapun terlelap didalam dekapan satu sama lain.

***

Selasa, 11 maret 2014

Tiffany POV

“Baiklah ada yang ingin kalian tanyakan?” tanya dosen.

Tidak!!!

Please, hentikan dan pergilah. Aku benar-benar tidak sabar ingin segera keluar dari ruangan membosankan ini dan berlari menuju taeyeon, kekasihku.

“Baiklah kalau tidak ada yang ingin ditanyakan, kita akhiri pembelajaran hari ini. Tolong segera kumpulkan tugas yang saya berikan sesegera mungkin” ujar dosen lalu pergi dari ruangan pembelajaran.

Yess!!!

Dengan segera aku masukan semua barang-barangku kedalam tas dengan sembarang. Aku benar-benar sudah tidak bisa bersabar. Aku benar-benar merindukannya, belahan jiwaku KIM TAETAE.

Setelah itu aku berlari menuju keluar kelas dan-

DUG!

“Aww!” ringisku. Seseorang baru menubrukku, lebih tepatnya dia dan aku saling tidak melihat karena aku yang terburu keluar dan dia yang akan masuk ruangan.

“Gwaenchana? Mana yang sakit?”

Suara itu…

Kutegakkan kepalaku dan menatap orang itu. Dia disini..

“Pany-ah gwaenchana?” tangannya melambai didepan wajahku yang terpaku karena kehadirannya yang tiba-tiba.

“N-ne. Kau mengejutkanku”

“Kau meringis tadi apa ada yang sakit?”

“Aa tidak, itu bukan apa-apa”

“Benarkah? Kau yakin? Lagipula kenapa kau berlari seperti itu?”

“Ne, aku tadi karena aku.. Emm aku merindukanmu” lirih tiffany diakhir kalimat.

“Aku ingin segera melihatmu tadi” lanjut tiffany.

Taeyeon terkekeh senang mendengar itu. Ia merasa malu karena dirindukan oleh pujaan hati yang tak disangka-sangka itu. Jika saja ia tidak salah berucap malam itu mungkin ini semua tidak akan terjadi, Ia bersyukur dengan ketidak sengajaan itu.

“Aku juga.. Merindukanmu. Aku bahkan tidak bisa fokus dalam pembelajaran dan hanya memikirkanmu” ucap taeyeon dengan malu.

“Ya’, apa kau sedang menggodaku. Kau membuat hatiku berbunga-bunga sekarang dan juga lapar”

“Ahaha maaf. Kalau begitu ayo kita cari makan”

“Aku ingin makan masakanmu, bolehkah?” pinta tiffany.

“Tentu saja. Jadi kemana kita? Rumahku atau apartemenmu?”

“Bagaimana jika apartemenku? Kita bisa makan bersama jessie dan yul”

“Ide bagus. Kajja” ajak taeyeon.

Merekapun berjalan dengan tangan tiffany yang melingkar dilengan taeyeon. Senyum dan tawa terus menghiasi wajah mereka.

.

.

“Aku pulang!” teriak tiffany saat ia sudah sampai apartemennya.

“………………………..”

“Apa dia belum pulang? Kemana dia?” lirih tiffany sambil masuk kedalam diikuti taeyeon.

“Ingin minum sesuatu?” tanya tiffany.

“Emm apapun yang kau berikan aku akan meminumnya” jawab taeyeon sambil mendudukkan dirinya disofa ruang tv.

“Baiklah” tiffany pun membuka lemari es dan melihat-lihat stok minuman yang ada disana.

“Bagaimana dengan minuman bersoda?” tanya tiffany sedikit meninggikan suaranya agar taeyeon dapat mendengarnya.

“Oke!” respon taeyeon.

Tiffany membawakan dua minuman itu dan memberikannya satu pada taeyeon lalu duduk disamping taeyeon. Taeyeon membuka minuman bersodanya dan memberikannya pada tiffany.

“Ini”

“E-eoh? Thanks” tiffany tersenyum mendapat sikap perhatian taeyeon. Tiffany meminumnya dan bersandar dipundak taeyeon.

Taeyeon kembali membuka minuman bersoda yang mereka tukar dan ikut meminumnya.

“Terkadang aku merasa bahwa semua ini adalah mimpi. Bahwa kau sekarang benar-benar menjadi milikku tae”

“Aku juga, bahkan mungkin melebihi itu pany-ah”

“Aku selalu menyadarkan diriku dengan mencubit diriku dengan keras atau bahkan menampar diriku sendiri bahwa semua ini bukanlah mimpi. Saat kau mengatakan merindukanku atau kata aku mencintaimu itu selalu membuat hatiku bergetar” ucapan taeyeon membuat tiffany yang sedang bersandar dipundaknya menoleh menatap taeyeon.

“Aku selalu berdoa bahwa ini bukanlah mimpi. Meminta untuk tak bangun jika ini memanglah sebuah mimpi. Ini pertama kalinya aku mendapatkan sesuatu yang aku inginkan, yaitu memilikimu”

“Tae~”

“Sudah lama aku memendam ini pany-ah. Sejak pertama aku bertemu denganmu jantungku selalu berdegub kencang dan kau selalu hadir dalam pandanganku. Berapa kali kucoba singkirkan perasaan aneh itu tapi semua sia-sia. Yang ada justru sebaliknya, rasanya aku hampir gila dengan perasaan ini”

“Mengetahui kau memiliki mantan seorang pria ditambah kau yang menyukai seseorang kala itu membuatku sedih setengah mati. Hatiku rasanya hancur tak berbentuk, karena aku yakin kau seseorang yang normal. Tapi sekarang aku tau semua pemikiranku itu tidak semua benar”

“Sekarang kau ada disini bersamaku dan mengatakan cinta satu sama lain. Aku benar-benar bahagia sekarang. Pertama kali dalam hidupku aku merasakan perasaan seperti ini, terimakasih pany-ah karena kau mau bersamaku yang tak mempunyai apapun ini”

“Saranghae pany-ah”

Mata tiffany berkaca-kaca mendengar apa yang taeyeon katakan, perkataanya benar-benar terdengar tulus dari hati terdalam. Betapa beruntung dirinya mendapat sosok seperti taeyeon disisinya. Ia tidak menyesali keputusannya untuk menjalin hubungan ini.

Chuu~

“Nado saranghae tae” ucap tiffany sambil tersenyum.

Taeyeon membalas senyuman itu dan mendekatkan wajahnya pada tiffany yang menatapnya. Seiring wajah taeyeon yang semakin mendekat tiffany mulai memejamkan matanya menyambut sosok itu untuk menciumnya, dengan kegugupannya ia menggenggam minuman yang ia pegang dengan erat. Begitupun taeyeon yang ikut memejamkan matanya dan..

Bibir mereka kembali menyatu. Ia biarkan bibirnya hanya diam untuk beberapa detik hingga akhirnya taeyeon mulai melumat bibi manis milik tiffany. Tiffany membalas lumatan itu, melayaninya sesuai tempo yang taeyeon berikan.

Lumatan yang penuh kelembutan. Mereka melumat bibir atas dan bawah mereka secara bergantian. Decakan-decakan terdengar diruangan itu. Mereka begitu menikmati seolah-olah dunia hanya milik mereka berdua.

.

.

“Film apa yang ingin kau lihat sica?” tanya yuri.

“Emm bagaimana dengan beauty and the beast?”

“Oke, kelihatannya memang seru”

“Kami pesan dua tiket beauty and the beast dikusi belakang” ujar yuri pada penjual tiket.

“Ada lagi nona? Mungkin anda ingin memesan makanan beserta minumannya?”

“Ah ne, dua minuman dan satu popcorn ukuran besar”

“Baik nona”

“Ini tiket dan pesanan anda” yuri mengambil tiket, memberikan satu minumannya pada jessica dan mengambil pesanan lainnya.

“Sudah lama aku tidak menonton dibioskop” yuri terkekeh.

“Jinja? Kapan terakhir kau menonton dibioskop?”

“Emm mungkin sekitar 2 tahun yang lalu?”

“Daebak!”

“Ahaha aku tidak punya waktu untuk main-main sica, aku harus bekerja dan belajar. Saat itu aku sudah kabur dari rumah”

“Emm-mian”

“Hei gwaenchana. Kenapa kau memasang wajah cemberut seperti itu?”

“Kau sangat cantik saat tersenyum sica. Jadi tersenyumlah”

Pujian yuri berhasil membuat jessica menatap yuri yang tersenyum manis. Perkataannya dan senyumnya membuat jantung jessica berdegub tak beraturan.

“Sica gwaenchana? Apa kau sakit? Wajahmu memerah” suara itu berhasil menyadarkan jessica yang pikirannya entah kemana.

“A-aku baik-baik saja” jawab jessica,

‘Benarkah wajahku memerah? Aduh sungguh memalukan. Bagaimana bisa ini terjadi’ batin jessica. Ia menangkupkan kedua tangannya dipipi.

“Baiklah aku rasa kau memang baik-baik saja, ayo kita ke teater”

Saat mereka akan melangkahkan kaki tiba-tiba 4 pria berjas hitam datang menghalangi jalan mereka. Yuri yang melihat itu hanya bisa menghela nafas dengan kasar.

“Nona presdir kwon mencari anda”

“Katakan padanya aku akan menemuinya nanti malam”

“Maaf nona, tapi presdir meminta kami untuk membawa anda sekarang”

“AISH JINJA!” kesal yuri.

“Yul” jessica menggenggam lengan yuri mencoba meredakan amarahnya.

“Sica saat aku berhitung sampai tiga, ayo berlari” lirih yuri.

“Mwo? Tapi-”

“Tiga!”

Yuri melempar popcorn dan minumannya pada pria bawahan appanya itu lalu berlari sekencang mungkin bersama jessica. Mereka terus berlari meski orang-orang membuat mereka sulit untuk melewati jalanan di mall, namun mereka bersyukur karena tubuh mereka yang langsing bisa menerobos desak para pengunjung.

“Nona!” panggil 4 pria itu sambil berlari mengejar yuri dan jessica.

“Dia berjalan kearah besmen” pria itu berkata pada kawanannya melalui ear zoom.

Saat yuri dan jessica mulai memasuki besmen sebuah mobil datang mengarah kearah mereka berdua dengan kekuatan penuh. Jessica yang melihat itu refleks berteriak membuat yuri was-was.

“Sica!” Dengan gerakan cepat yuri membawa jessica dalam dekapannya dan-

Ckitttttt

Mobil itu berhenti tepat didepan tubuh mereka. Yuri segera membuka matanya dan menatap jessica khawatir.

“Sica gwaenchana?” tanya yuri menangkupkan kedua tangannya di wajah jessica. Mendengar suara yuri ia ikut membuka matanya dan matanya menangkap wajah khawatir yuri.

“Yul”

“Kau baik-baik saja?” yuri bertanya sekali lagi.

“A-aku tidak apa-apa”

Tak lama orang yang ada dimobil itu segera keluar dan mengerumbuni yuri bersama jessica.

“Nona tolong jangan begini dan ikutlah bersama kami” yuri memalingkan wajahnya menatap kesal pada pria yang keluar dari mobil itu. Tak lama menyusul 4 pria yang mengejar mereka itu dan ikut bergabung.

“Apa ini hal pertama yang kau katakan setelah tadi kau hampir membunuhnya?!!” teriak yuri kesal.

“N-nona”

“Ya! Kau hampir mencelakaiku dan dia. Dimana sopan santun kalian?! Apa ini yang appa ajarkan pada kalian parabawahannya?!!”

“Yul” jessica mencoba kembali menenangkan.

Yuri mendekat kearah salah satu pria yang tadi kaluar dari mobil itu dan memukul kepalanya juga menendang perutnya hingga terjatuh.

“Yul!!” teriak jessica lalu mencoba menghentikan aksi yuri yang sedang menghabisi salah satu pria itu.

“Aaaaaa!! Shit!” teriak yuri kesal.

Ini pertama kalinya ia memukul seseorang sampai seperti itu. Ia tidak suka kekerasan, tapi keadaan saat ini sedang mengeruh. Ia benar-benar kesal, ia membutuhkan sesuatu untuk pelampiasannya.

“Yul kumohon hentikan!” jessica memeluk yuri dari belakang membuat yuri berhenti menendang pria itu, sementara yang lain hanya hanya bisa diam, karena bagaimanapun mereka memang telah melakukan kesalahan. Mereka pantas mendapatkan itu dari anak majikannya.

“Aku benar-benar tidak bisa lagi sica, rasanya aku ingin mati saja” lirih yuri dengan mata yang sudah berkaca-kaca.

“Yul”

Perlahan yuri melepaskan tangan jessica yang melingkar dipinggangnya lalu membalikkan tubuhnya menghadapnya.

“Maafkan aku, aku rasa hari ini aku harus kembali membatalkan acara kita sica”

“Yul-”

“Aku akan menepatinya lain waktu, ada sesuatu yang harus aku lakukan”

“Jangan terlalu memikirkan mengenai acara kita. Kita bisa kembali mengatur ulang janji kita nanti”

“Gomawo sica. Aku harus pergi, bye” yuri mengelus lembut puncak kepala jessica lalu pergi manaiki mobil pria berjas itu sendiri. Meninggalkan pria berjas itu dibesmen bersama jessica yang menatapnya khawatir.

.

.

“Emm ayo kita lihat isi dari lemari es besar ini” ujar taeyeon sambil membuka lemari es tersebut.

“Waw” taeyeon sedikit tercengang melihat isi lemari es yang penuh dengan makanan, bahan-bahan untuk memasak, dan bermacam-macam minuman.

“Wae?” tanya tiffany yang sedang duduk dikursi yang tersedia di pantry.

“Sepertinya lemari es ini tidak akan pernah kosong. Lihat ini, wahh bahkan ada bahan-bahan masakan disini padahal kau dan jessie tak bisa memasak” ucap taeyeon sedikit terkekeh.

“Haha daddy tidak pernah membiarkan lemari es disini kosong, dia tidak ingin putri tercintanya kelaparan. Dan mengenai bahan-bahan itu, yul dan jessie yang membelinya” jawab tiffany.

“Saat yuri disini, dia memasakan sarapan dan makan malam untuk kami”

“Wahh dia benar-benar keterlaluan. Kanapa dia datang kemari dan bukan kerumahku. Padahal aku sedang kesepian disana”

“Ahaha aku juga tidak tau itu. Kalau begitu tinggallah disini tae. Buatkan aku masakan-masakan enakmu setiap hari” goda tiffany.

“Haruskah? Itu ide yang bagus” canda taeyeon.

“Emm baiklah, kita lihat masakan apa yang akan aku buat dengan bahan-bahan ini, hmm?” taeyeon sedikit berfikir.

“Galbitang (Sup Rusuk sapi)? Fried chicken and mandu?”

“Kedengarannya lezat, oke kita buat itu”

“Kita? Aku kira hanya aku yang akan bekerja keras disini” goda taeyeon.

“Ya’, tentu saja aku akan membantumu. Aku tidak ingin kekasihku lelah, ummuahh” ujar tiffany dan melayangkan fly kiss pada taeyeon yang terkekeh senang melihatnya.

“Hentikan itu pany-ah kau membuatku salah tingkah” ujar taeyeon sambil mencuci daging yang sudah ia keluarkan.

“Benarkah?” tanya tiffany lalu berjalan memeluk taeyeon dari belakang.

“Pany-ah jebal” mohon taeyeon. Ia benar-benar tak bisa fokus dengan sikap tiffany yang menggodanya seperti ini.

“Hmm, aku seperti ini karena aku senang kau ada didekatku. Aku selalu merindukanmu walau kita baru saja bertemu. Kau selalu memenuhi isi kepalaku” tiffany berkata sambil cemberut. Taeyeon mencuci tangannya lalu berbalik menghadap tiffany.

“Kau pikir aku tidak seperti itu? Kau juga selalu berkeliling ria dipikiranku, sampai rasanya aku stress karena merindukanmu”

Tiffany tersenyum memperlihatkan eyesmilenya pada taeyeon membuat taeyeon gemas dan ingin mencium gadisnya itu.

Chuu~

Taeyeon mengecup bibir tiffany.

“Bibirmu selalu menghantuku untuk meminta dikecup, maafkan aku” ujar taeyeon tersenyum cute.

Tiffany menutup kedua wajahnya dengan tangannya dan menyandarkan jidatnya dipundak taeyeon. Taeyeon memeluk tiffany yang sedang bersandar itu.

“Kau membuatku malu tae. Bahkan jika itu lebih dari sebuah kecupan aku tetap bersedia” lirih tiffany malu.

Ckckck arasseo chagiya, tapi aku tak ingin membuat bibir manismu bengkak karena terus aku hisap” taeyeon berkata sambil terkekeh.

“Ya!” tiffany memukul dada taeyeon.

“Aku bercanda sayang, mian. Kau bilang kau lapar, kalau begitu biarkan aku selesaikan ini semua dan kau duduklah dikursi itu saja. Tak perlu membantu” ujar taeyeon.

“Oke boo” tiffanypun duduk dikursi sesuai permintaan kekasihnya.

Taeyeon mulai melanjutkan kegiatan memasaknya, tiffany hanya memperhatikan taeyeon yang memasak dengan cekatan seperti layaknya seorang chef.

Hingga 40 menit berlalu dan semua masakan taeyeon kini telah siap untuk disantap. Mereka menghias meja makan dengan masakan-masakan taeyeon.

“Aku pulang!”

“Jessie!!” tiffany berlari dan memeluk jessica.

“Ya’, ada apa denganmu?” heran jessica melihat tiffany yang menyambutnya dengan memeluknya seperti ini.

“Eo’ wangi apa ini?” tanya jessica dan berjalan menuju asal wangi itu.

“Taeng!” panggilnya senang melihat taeyeon ditambah dengan masakan-masakan yang menggugah selera makannya. Jessica berlari dan memeluk taeyeon.

“Gomawo taeng, kau memang mengerti diriku. Aku mencintaimu” ujar jessica lalu mencium pipi taeyeon sebagai tanda terimakasih. Ia benar-benar lapar, karena acaranya bersama yuri kembali dibatalkan.

Sementara tiffany melihat jessica geram karena mencium kekasihnya itu. Dengan segera ia memisahkan keduanya dan membawa taeyeon kedekatnya.

“Jessie stop it! Tae is mine” ceplis tiffany. Ia terlalu cemburu sampai tidak menyadari apa yang baru saja ia katakan.

“Heol, kau seperti kekasihnya saja. Dia milik dirinya sendiri hha” ujar jessica dan berlari kekamarnya berniat untuk membersihkan dirinya terlebih dahulu sebelum menyantap hidangan itu.

“Pany-ah apa yang kau katakan tadi”

“Apa? Kau memang milikku!” ketus tiffany.

“Iya aku tahu itu, tapi kita tidak bisa memberitahu mereka. Kau tahu korea tak melegalkan hubungan seperti ini”

“Kalau begitu seharusnya kau menghindar atau segera menjauh darinya” kesal tiffany lalu pergi menuju kamarnya. Mood untuk makannya kini hilang, ia benar-benar kesal sekarang.

Brakk!

Taeyeon memejamkan matanya saat tiffany membanting pintu kamarnya dengan keras. Merasa tak enak karena ia sudah membuat kekasihnya itu kesal, iapun menghampiri yang berada dikamarnya.

Terlihat tiffany yang sedang duduk bersandar dikasur sambil mendengarkan musik dengan hadphone dan sebuah majalah.

“Pany-ah” panggil taeyeon lembut.

Taeyeon duduk samping tiffany dan mencoba mencari perhatian tiffany namun tiffany mengabaikannya dengan memperbesarkan volume lagu yang didengarnya. Taeyeon terkekeh melihat sikap tiffany itu, ini pertama kalinya ia melihat tiffany seperti itu.

‘Jadi seperti inikah dia saat cemburu? Benar-benar lucu’ pikir taeyeon.

Taeyeon menyatukan jarinya tangan kirinya dengan jari tangan kanan tiffany. Ia genggam erat jari tiffany membuat tiffany menolehkan kepalanya menatap taeyeon yang tersenyum.

Taeyeon membawa tangan tiffany diatas pahanya dan menuliskan sebuah huruf perhuruf. Tiffany membaca tiap huruf-huruf itu dan menggabungkannya.

‘M..a..a..f..k..a..n..t..a..e..t..a..e” baca tiffany dalam hati.

‘T..a..e..t..a..e..m..e..n..c..i..n..t..a..i..p..a..n..y’ hati tiffany meluluh hanya karena ucapan itu.

Tiffany melepaskan hadpohone dan menyingkirkan beserta majalahnya kemeja disebelahnya lalu memeluk taeyeon.

“Pany juga mencintai taetae”

“Dan aku juga minta maaf. Aku tahu aku berlebihan, tapi itu semua karena aku benar-benar mencintaimu tae”

“Aku tahu itu, terimakasih karena mencintaiku pany-ah” taeyeon membalas pelukan tiffany.

“Tiff, taeng ayo kita makan!” teriakan jessica yang berada diruang tengah menyadarkan keduanya dari pelukan hangat yang diberikan satu sama lain.

Gruwukk

Taeyeon maupun tiffany saling memandang terkejut karena suara yang datang tiba-tiba itu.

“Kurasa kekasihku ini juga sudah benar-benar lapar ya” ujar taeyeon terkekeh. Tiffany hanya menutup wajahnya dengan kedua tangannya karena malu. Ia benar-benar terkejut dengan suara perutnya yang muncul tiba-tiba dan keras pula.

“Ayo makan” taeyeon mengacak puncak kepala tiffany dan berjalan keluar lebih dulu.

“Ya tuhan benar-benar memalukan” rutuk tiffany saat taeyeon sudah keluar dari kamarnya.

.

.

“Dari mana saja kau?”

“Menghilang dari rumah selama 2 hari. Apa itu yang appa ajarkan padamu?”

Yuri yang baru saja sampai dirumah besar milik appanya itu langsung disambut dengan pertanyaan-pertanyaan appanya yang berada diruang keluarga sedang membaca koran.

“Ya, appa yang mengajarkanku. Appa yang selalu memaksa kehendak sendiri tanpa memikirkan perasaan anaknya sehingga mengarkan anaknya berfikir bahwa hidup jauh darinya lds membuat semua lebih baik”

“Kwon yuri!”

“Aku akan menerima kainginan appa agar aku meneruskan perusahaan, tapi tidak dengan perjodohan itu”

“Tak bisakah appa memberikan kelonggaran padaku hanya tentang masalah siapa pendampingku? Aku menginginkan seseorang yang aku cintai appa”

“Seiring berjalannya waktu kau akan mencintainya juga, kau hanya harus membiarkan waktu berlalu”

“Appa!”

“Perjodohan ini akan sangat menguntungkan perusahaan yul!”

“…………………………”

Yuri hanya bisa mengepalkan kedua tangannya menahan berbagai emosi yang sedang ia rasakan. Apapun yang ia coba katakan pada appanya takkan pernah berdampak apapun.

“Hahahahahahhahhh!” yuri tertawa terbahak-bahak bahkan sampai air matanya keluar. Yunho hanya mengerutkan keningnya melihat yuri yang seperti itu.

“Kau pikir ini lucu?” tanya yunho.

“Ahahahahahh! Ne, sangat. Aku sering melihat drama dimana seorang ayah menjual anaknya dan sekarang aku merasakan itu” yuri menghentikan tawanya dan menatap yunho dengan pandangan yang sulit diartikan.

“Appa rela menjualku hanya karena keuntungan yang besar untuk perusahaan”

“Sekarang aku mengerti betapa perusahaan sangat berharganya untuk appa dari apapun. Bahkan jika kematianku menguntungkan untuk perusahaan aku rasa appa rela membunuhku juga”

“Kwon yuri! Berhenti berbicara aneh dan berfikir jernihlah, ini semua untuk kebaikan keluarga kita!”

“Anya, ini semua hanya untuk kebaikan appa saja. Perusahaan itu membuat appa seperti seorang yang kerurupan. Appa berubah drastis tak seperti appa yang aku kenal dulu, seseorang yang penyayang dan memikirkan perasaan orang lain”

Kwon yunho tak bisa berkata apa-apa, apa yang diucapkan putrinya itu memanglah benar, ia merasakannya juga. Tapi ia tak bisa berhenti begitu saja.

“Ya, Kwon Yunho terdahulu telah mati sejak lama, sekarang yang ada hanyalah kwon yunho yang kuat dan bisa melakukan apapun yang aku mau. Jadi jangan macam-macam dan turuti saja apa yang appa perintahkan” setelah mengatakan itu yunho pergi meninggalkan yuri yang terdiam merasakan rasa sakit dihatinya.

***

Jum’at, 16 Mei 2014

Dua bulan telah berlalu hubungan taeyeon dan tiffany semakin merapat. Dan selama itu pula mereka berhasil menyembunyikan hubungan mereka dari semua orang walau terkadang tiffany tak bisa mengendalikan sikap manjanya pada taeyeon.

“Akan lebih baik jika kita kembali pada semester pertama atau mungkin awal masuk universitas” ujar sunny..

“Aku setuju, sebentar lagi kita akan sulit berkumpul seperti ini karena kesibukan kia nanti” yuri kini menyumbangkan pemikirannya.

“Tapi bagaimanapun kita harus menyempatkan diri untuk bertemu sesekali” taeyeon berkata..

“Taetae benar, mungkin kita takkan bisa berkempul sesering ini. Tapi saat kita mengadakan pertemuan kalian setidaknya harus datang” tiffany menyetujui ucapan taeyeon.

“Baiklah ayo kita berjanji disini, berjanji bahwa kita akan hadir apapun yang terjadi nanti. Bahkan jika kita sudah mati arwah kita harus tetap datang-” ujar sooyoung.

“Ya’ soo kau gila? Arwahmu saja yang datang, aku akan mati dengan damai tanpa dendam” jessica memukul pelan kepala sooyoung.

“Kenapa kau memukulku? Aku kan hanya bercanda, sunny-ah appo” rengek ssoyoung dan meminta perhatian sunny yang duduk disampingnya.

“Nona ini pesanan anda” seorang pelayan datang membawakan sebubruk makanan.

Ya, saat ini mereka sedang berada disebuah restoran untuk makan siang bersama setelah pembelajaran diuniversitas selesai.

Pelayan itu memindahkan semua pesanan keatas meja taeyeon cs, dan setelah itu pamit untuk kembali mengerjakan tugasnya yang lain.

“Baiklah ayo berjanji, bahwa kita akan tetap berkumpul seperti ini sesibuk apapun kita, kecuali sakit dan MATI” taeyeon menekan kata mati membuat semuanya menahan tawa. Taeyeon mengulurkan tangan dan diikuti tiffany, lalu yuri, jessica, sooyoung, sunny, yoona dan seohyun.

“PROMISE!” teriak mereka dengan kompaknya membuat mereka menjadi perhatian para pengunjung yang lain.

“Baiklah saatnya makan!” teriak sooyoung semangat dan makan lebih dulu dengan lahap membuat semua tertawa dengan sikap konyol sooyoung.

Mereka akhirnya mulai makan bersama, saling berbagi makanan layaknya sebuah keluarga. Taeyeon mengambil sebuah sayuran wortel dan meyimpannya di tempat makan tiffany.

“Kau tau aku tidak suka itu” ujar tiffany.

“Itu baik untuk kesehatan, terutama mata”

“Taetae~” mohon tiffany dengan cemberut manja.

“Rasanya tidak seburuk itu pany-ah, cobalah satu kali saja”

“Taetae jebal~” tiffany melingkarkan tangannya dilengan dan menempelkan dagunya dipundak taeyeon sambil menatapnya memohon.

“Hei tingkah kalian seperti pasangan kekasih saja” celetuk jessica yang nerasa risih dengan perlakuan taeny. Keduanya refleka saling menjauh satu sama lain.

“Lihat itu, mereka seperti seorang pencuri yang ketahuan mencuri hha” kini yoona menyetujui ucapan jessica.

“Ahha hei, kalian tau hubungan kami sangat dekat” sanggah tiffany.

“Taeyeon sudah seperti unnie untukku” tiffany kembali berkata.

“Tapi kalian terlihat lebih dari itu. Sikap perhatian taeyeon terlihat seperti kepada-” ujar yuri terpotong.

“Itu karena tiffany orang yang sangat special untukku” taeyeon memotong perkataan yuri. Semua perhatian teman-temannya kini terarah pada taeyeon, begitupun tiffany.

“Tiffany mengingatkanku pada miyoung, pribadi mereka dan kesukaan mereka sama persis. Aku mungkin terhanyut dengan bayangan miyoung pada sosok tiffany”

“Taeng aku tidak bermaksud-” yuri merasa menyesal atas sangakaannya.

“Heii aku tidak apa-apa” taeyeon mencoba menenangkan yuri dan yang lainnya.

Taeyeon menolehkan kepalanya menatap tiffany yang menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan. Entah apa yang dipikirannya sampai ia tak menyadari teman-temannya termasuk taeyeon memanggil dirinya beberapa kali.

“Aa maaf .. Emm aku ke toilet sebentar” ijin tiffany lalu bangkit pergi.

Tiffany POV

‘Itu karena tiffany orang yang sangat special untukku’

‘Tiffany mengingatkanku pada miyoung, pribadi mereka dan kesukaan mereka sama persis. Aku mungkin terhanyut dengan bayangan miyoung pada sosok tiffany’

Benarkah seperti itu?

Apakah sikapnya padaku selama ini memang karena aku yang mengingatkannya pada adiknya miyoung? Apa perasaannya selama ini karena alasan itu? mengapa aku merasa kecewa?

Kutatap diriku didepan cermin, mengamatinya dengan dalam. Taeyeon bilang bahwa aku sangat mirip dengan adiknya. Aku tahu betapa taeyeon merindukan adiknya itu, tapi aku tidak bisa menerima jika dirinya menjadikanku kekasihnya karena alasan itu.

Gugup melanda perasaanku saat ini, tidak ingin jika itu semua adalah alasan yang benar. Kugigit bibir bawahku dan memejamkan mataku sejenak mencoba menenangkan pikiranku ini. kugelengkan kepalaku mengenyahkan pikiran itu dan mencuci mukaku dengan air dan kembali bergabung dengan yang lain dimeja restaurant.

***

Sabtu, 17 Mei 2014
Author POV

“Aku pulang” ucap taeyeon saat memasuki rumah kecilnya.

Taeyeon memasuki kamarnya dan menyimpan tas yang ia pakai lalu pergi berniat membersihkan dirinya. Ia sudah sangat berkeringat hari ini karena ramainya pengunjung di restoran ayam tempatnya berkerja.

Setelah selesai, ia duduk dikamarnya dan mengambil handphone miliknya untuk memeriksa jika ada pesan ataupun yang lainnya.

“Apa dia sibuk? Mengapa dia tidak menghubungiku sama sekali” ia merasa heran karena tiffany tidak menghubunginya sama sekali. Biasanya tiffany akan terus mengiriminya pesan terutama saat hari libur kuliah dan mengatakan ‘I Miss U’.

“Apa dia tidak merindukanku?” tanyanya pada diri sendiri.

Taeyeonpun berinisiatif untuk mengirimi pesan pada tiffany.

To: Pany Pany Tippany ❤
Sibuk?

Ia terdiam menatap layar handphone selama 5 menit, namun tak ada balasan darinya dan itu membuat taeyeon membuang nafas lemah. Ia berdiri dan membenahi Kasur tidurnya dan menidurinya. Ini sudah cukup malam dan ia harus istirahat. Mungkin tiffany tidur lebih awal atau mungkin ia sedang sibuk mengerjakan tugas dari dosennya, itulah yang coba taeyeon terapkan dipikirannya. Meski ia sangat berharap tiffany masih terjaga dan membalas pesan singkatnya. Ia merindukan kekasihnya itu, sampai-sampai ia tidak bisa fokus saat bekerja siang tadi.

Drrrrttt Drrrrttt

Suara getaran terdengar dengan cepat dan terburu taeyeon segera membuka kunci handphonenya dan terlihat sebuah pesan masuk.

From: Pany Pany Tippany ❤
Maaf aku baru memegang handphoneku.
Tidak juga

Lalu taeyeon membalas pesan itu.

To: Pany Pany Tippany ❤
Apa yang kau lakukan hari ini? kau bahkan tidak menghubungiku sama sekali

To: Pany Pany Tippany ❤
Aku merindukanmu

Sementara tiffany diseberang sana ia membaca pesan taeyeon dengan tersenyum malu, ia juga merindukan taeyeon tapi ada sesuatu yang mengganjal dipikiranya yang membuat dirinya terkalahkan dengan ego dan akhirnya tak mengirim pesan atau apapun yang bersangkutan dengan taeyeon.

To: Taetae~ ❤
Tidak ada hanya tidur dan menonton

Taeyeon membaca itu dan terdiam, tiffany tidak menjawab pernyataan bahwa ia merindukannya.

‘Mungkin pany lupa’ pikir taeyeon.

Taeyeon memilih menunggu pesan selanjutnya namun tidak ada pesan apapun lagi selain itu, ia merasa ada yang aneh dengan kekasihnya itu, apakah dirinya melakukan kesalahan sampai tiffany kesal padanya? Ataukah tiffany tidak merasakan hal yang sama lagi dengan dirinya?

Segala pemikiran negative muncul dalam pikiran taeyeon dan itu membuat dirinya sedikit takut. Ia segera bangkit dan mengambil jaketnya lalu keluar dari rumah.

.

.

Tiffany POV

“Mwoya ige? Dia tidak membalas pesanku lagi” rutukku karena taeyeon tak membalas pesanku.

“Apa pesanku terlalu simple? Atau mungkin dia marah karena aku tak membalas pernyataan rindunya?” pikirku.

“Sudahlah aku tidak peduli, dasar menyebalkan!” ucapku berbicara dengan kekasihku yang terpampang diwallpaper handphoneku. Kubaringkan tubuhku dan memeluk guling disampingku.

Hahh~ aku merindukannya” lirihku lalu memejamkan mataku dan kesadaranku kini mulai melayang menuju alam mimpi.

Author POV

3 jam kemudian..

Tiffany yang tertidur kini kembali membuka matanya karena ia merasa haus, ia merasa tenggorokkannya kering. Iapun pergi menuju pantry dan meminum air putih sesuai niatnya. Ia kembali kekamarnya dan menatap jam yang ada di meja dekat ranjangnya.

Hahh~ pukul 11 malam, mengapa rasanya waktu berjalan dengan sangat lambat”

Ia mendudukan dirinya disisi ranjang dan menatap handphonenya yang mati. Ia raih handphonenya dan menghidupkan layarnya. Disana terdapat 10 pesan yang masuk.

From: Taetae~ ❤
Pany-ah bisa kau keluar? Aku ada dipintu masuk apartemenmu.

From: Taetae~ ❤
Pany-ah?

From: Taetae~ ❤
Apa kau marah padaku?

From: Taetae~ ❤
Pany-ah?

From: Taetae~ ❤
Kau benar-benar marah?

From: Taetae~ ❤
Apa aku melakukan kesalahan? Tolong katakan dimana letak kesalahanku.

From: Taetae~ ❤
Pany-ah mianhae. Saranghae

From: Taetae~ ❤
Aku akan menunggumu disini

From: Taetae~ ❤
Sampai kau datang aku akan tetap disini

From: Taetae~ ❤
Saranghae ❤

“O MY GOD!” refleksnya. Ia tak menyadari suara tanda pesan masuk. Ia lihat pukul berapa pesan itu masuk dan itu semakin membuatnya terbelalak saat ia tahu bahwa pesan itu masuk sejak pukul 9pm. Dengan cepat ia melakukan panggilan pada taeyeon.

“Nomor yang anda tuju sedang tidak aktif, silahkan-” Tiffany mematikannya dan berfikir sejenak.

“Apa mungkin ia masih disana?” tanpa berfikir panjang ia berlari keluar tak mempedulikan dirinya yang hanya memakai tanktop dan celana hotpants.

Tiffany memperlambat larinya saat matanya melihat seorang yang ia kenal sedang berjongkok sambil memeluk dirinya.

“Taeyeon-ah!” panggilnya. Orang itu menoleh kearah sumber suara dan bangkit berdiri seiring tiffany mendekat kearahnya.

“Apa yang kau lakukan disini?” tanya tiffany.

“Kenapa kau memakai pakaian seperti itu saat udara sedang dingin” ia tak mendengarkan pertanyaan tiffany.

“Seharusnya kau pulang saat aku tidak memberikan respon padamu”

Taeyeon hanya diam tak menjawab, ia membuka jaket yang ia pakai dan memakaikannya pada tiffany.

“Tae apa yang-“

“Kau bisa sakit” potong taeyeon.

“Justru kaulah yang-“

“Senang bisa melihatmu, aku sangat merindukanmu pany-ah”

Tiffany tak bisa berkata apapun lagi, ia hanya menatap taeyeon yang menatapnya dengan tatapan teduh dan penuh cinta. Wajah kekasihnya itu sedikit pucat karena kedinginan, dan dia masih sempat memikirkan orang lain dibandingkan dirinya.

“Ayo masuk” ajak tiffany lalu melepaskan jaket itu dan memakaikannya pada taeyeon.

.

.

“Minumlah, ini akan menghangatkan tubuhmu” tiffany memberikan segelas coklat panas pada taeyeon.

“Terimakasih” ucap taeyeon menerima gelas itu. Tiffany pergi menuju kamarnya dan kembali dengan membawa sebuah selimut. Ia pakaikan untuk taeyeon dan duduk disebelahnya.

“Diluar sangat dingin, mengapa tidak pulang saja?” ujar tiffany.

“Aku tidak bisa pulang begitu saja, aku harus memastikan sesuatu padamu”

“Kau sedikit berubah, katakan apa aku melakukan kesalahan?” taeyeon kembali berucap.

“Kau tidak melakukan kesalahan apapun tae”

“Lalu kenapa? Apa perasaanmu sudah berubah untukku?”

“Tidak! Tentu tidak. Aku mencintaimu” tiffany ragu untuk mengatakan hal-hal yang mengganjal pikirannya selama ini. ia merasa bingung harus menyampaikannya seperti apa.

Taeyeon menyimpan gelas yang dipegangnya dan menggenggam tangan tiffany. Tangan taeyeon terasa sangat dingin, dia pasti sangat kedinginan diluar tadi.

“Sebenarnya ada sesuatu yang mengganjal dalam pikiranku mengenai perasaanmu itu tae”

“Apa itu katakan padaku, kita bisa meluruskan itu dan kembali seperti awal”

“Kau pernah bilang bahwa aku mengingatkanmu dengan miyoung. Apa itu alasanmu sejak awal bersikap baik padaku?”

“Kau memang mengingatkaku dengan miyoung pany-ah, tapi bagaimanapun kau bukan dirinya. Untukmu jantungku berdetak dengan keras dan cepat, karenamu aku selalu tersenyum bahagia dan selalu memikirkanmu. Katakan jika kau juga merasakan hal yang sama sepertiku” taeyeon benar, dirinya juga merasakan hal yang sama.

“Kau sedikit menyembuhkan rasa rinduku untuknya. Perasaanku padamu melebihi itu. jika perasaanku hanya karena kau mirip dengannya maka aku tidak akan menjalin hubungan ini”

“Pany-ah, bahkan aku sudah memikirkan ini. Jika suatu saat kita masih bersama aku ingin menjadikanmu pendamping seumur hidupku dan mengisi hari-hari bersama setiap hari bahkan waktu. Perasaanku padamu tidak main-main, jika aku menganggapmu adikku aku tidak akan berfikir dan melangkah sejauh ini, meski dunia melawan dan orang-orang mengejek hubungan ini aku akan tetap bertahan”

“Jadi maukah kau berjuang bersamaku dalam hubungan ini?”

Tiffany merasa tersentuh dengan apa yang dikatakan taeyeon. Pendamping hidup? tentu saja ia sangat ingin itu. bahkan jika bisa ia ingin menjadi pendamping hidup taeyeon sekarang juga. Tiffany sedikit merasa bersalah karena dirinya sudah berfikir yang tidak-tidak.

“Tentu saja tae, aku akan berjuang denganmu dan kita jalin masa depan seperti yang kau rencanakan itu. Dan juga maafkan aku karena sudah berfikir yang tidak-tidak dan membuatmu menunggu diluar saat cuaca dingin”

Taeyeon mengangguk pelan dan membawa tubuh tiffany kedalam pelukannya. Tiffany membalas pelukannya dan menempatkan wajahnya dileher taeyeon, ia bisa mencium aroma vanilla yang sangat kuat dari taeyeon. ia sangat menyukai harum tubuh kekasihnya itu.

“Jika sesuatu membuatmu merasa tak nyaman tolong katakan padaku, aku tidak ingin hubungan kita hancur hanya karena masalah sepele”

“Ne, maafkan aku” ujar tiffany semakin memeluk erat kekasihnya itu.

“Emm, aku rasa aku harus pulang sekarang”

“Sekarang? Tapi aku masih merindukanmu” tiffany melepaskan pelukannya dan menatap taeyeon cemberut.

“Aku tahu, tapi ini sudah larut. Kau harus dan kita masih bisa bertemu besok” taeyeon membenarkan rambut tiffany yang sedikit berantakan.

“Tak bisakah kau menginap saja disini? Lagipula ini sudah malam, bagaimana jika sesuatu yang buruk terjadi padamu saat dijalan?”

“Tidak akan ada apa-apa pany-ah, kau benar-benar lucu” taeyeon mengacak pelan rambut tiffany.

“Please, menginap oke? Jangan buat aku menghkhawatirkanmu”

“Aku akan mengirim pesan saat aku sudah sampai nanti”

“Apa kau tidak merindukanku?”

“Kenapa berbicara seperti itu? aku sangat merindukanmu. Seharian ini kepalaku hanya memikirkanmu”

“Kalau begitu menginaplah, emm? Please” mohon tiffany.

“Kau benar-benar ingin aku menginap disini?” tanya taeyeon. Tiffany mengangguk tersenyum semangat membuat taeyeon terkekeh melihat tingkah lucu kekasihnya itu.

“Arasseo” taeyeon menyutujui permintaan tiffany.

***

Minggu, 18 Mei 2014

Taeyeon POV

“Taetae”

“Taetae ayo bangun”

Suara itu, terdengar jelas dalam pendengaranku yang sedang tertidur ini. Suara itu seperti suara seseorang yang aku rindukan dan aku cari selama ini.

“Taetae bangunlah”

Pelahan kubuka mataku, cahaya menusuk mataku membuatku mengerungkan keningku. Pandangan buramku kini mulai menjelas karena berhasil menyesuaikan diri. Dimana ini? aku bangkit dari posisi tidurku dan menatap sekitar.

Tempat apa ini?

Tak berlatar dan hanya putih disini. Mengapa aku bisa ada disini?

“Taetae” suara itu kembali terdengar. Suara seorang anak kecil yang berumur sekitar 5 tahun.

Kuikuti asal suara itu dan pandanganku berhasil menangkap seorang gadis kecil yang sedang berdiri dengan rambut pendek berbentuk seperti mushroom. Ia memakai pakaian dress putih. Ia tersenyum sangat manis.

“Miyoung” lirihku.

Ia hanya semakin tersenyum dengan memperlihatkan eyesmilenya itu.

“Miyoung!” panggilku lalu berlari kearahnya.

Namun yang aku rasakan bukannya semakin mendekat justru sebaliknya. Kukencangkan lariku sekencang mungkin agar aku berhasil menggapainya, namun semakin keras usahaku ia semakin terasa menjauh dan akhirnya aku menghentikan lariku. Keringat bercucuran ditubuhku, aku membutuhkan udara.

Aku membungkuk dengan tanganku yang menyanggah tubuhku dilutut. Mengapa aku sangat merasa lelah hanya karena berlari seperti tadi?

Deg!

Aku merasakan sebuah elusan dikepalaku. Kulihat tepat didepanku terdapat sebuah kaki kecil yang sedang berdiri. Perlahan aku menengadah untuk melihatnya. Miyoung ada didepanku, tepart dihadapanku. Dengan refleks aku memeluknya dengan erat tak ingin ia pergi lagi.

“Kemana saja kau? aku mencarimu miyoung-ah” ujarku.

“Aku merindukanmu, sangat merindukanmu” ucaku kembali.

“Miyoung?” panggilku karena ia tak merespon ucapanku sama sekali.

“I’m beside you” bisiknya dan saat itu juga aku terjatuh kedalam lubang hitam. Dan entah mengapa aku tak bisa menjerit dan hanya menatap keatas dimana cahaya dan miyoung ada disana. Miyoung hanya melihatku yang semakin menjauh dengan tersenyum, dan aku hanya bisa mencoba menggapai dirinya dengan gapaian kosongku.

Dengan cepat aku membuka mataku. Mimpi? Miyoung-ah.. Mengapa akhir-akhir ini aku selalu memimpikannya? Mengapa ia selalu hadir dalam tidurku?

Aku bangkit dari tidurku dan melihat sisi ranjangku, dan disana ada seseorang yang aku kenal sedang tertidur.

Tiffany?

Ya tuhan aku lupa kalau aku menginap disini.

Aku mengusap wajahku kasar dan bangun untuk mencuci mukaku ditoilet. Aku tatap wajahku dicermin besar ini. Mengapa rasa lelah dimimpiku sampai terasa disini?

Cukup! Lupakan semua taeyeon, itu hanya sebuah mimpi. Sekarang saatnya aku memasakan sesuatu untuk sarapan.

.

.

“Selesai” ujarku sambil melihat hasil masakanku pagi ini.

Aku tersenyum puas dengan apa yang aku buat. Aku harap mereka menyukai masakanku yang ini. Aa’ lebih baik bangunkan tiffany lebih dulu setelah itu bangunkan jessica. aku berjalan dan masuk kedalam kamarnya.

Ranjangnya kosong? dimana dia?

Saat aku akan berniat mencarinya, sesuatu berhasil menarik perhatianku. Sebuah figura berwarna pink yang terbaring menutup dimeja belajarnya berhasil menarik perhatianku. Saat aku akan mengambilnya sebuah suara pintu terbuka membuatku mengurungkan niatku untuk melihat figura itu.

“Pany-ah-” ucapanku terhenti saat melihat dirinya yang hanya memakai handuk sambil menatapku terkejut pula. Aku bisa melihat betapa putih dan mulus kulit miliknya dan itu membuatku wajahku rasanya memanas. Dengan segera aku membalikkan tubuhku memunggungi dirinya.

“M-aafkan aku, aku t-tidak tahu kalau kau sedang mandi” ucapku gugup.

Author POV

“M-aafkan aku, aku t-tidak tahu kalau kau sedang mandi” ucap taeyeon gugup.

Tiffany yang mengetahui kegugupan taeyeon membuat ide jahil muncul dalam kepalanya. Perlahan ia berjalan kearah dimana taeyeon sedang berdiri memunggunginya lalu memeluknya dari belakang.

“Mengapa kau terdengar gugup?” tanya tiffany sambil menahan tawanya.

“P-pany-ah-“ ucapan taeyeon kembali terhenti karena tiffany yang kini berdiri didepannya. Taeyeon hanya bisa terbelalak terkejut bahwa ia melihat tiffany yang hanya memakai handuk dari dekat.

“O’ apa kau sakit tae? Wajahmu memerah, kau baik-baik saja?” ucap tiffany pura-pura tidak tahu.

“A-aaa-any” jawab taeyeon.

“Syukurlah, oh ya boleh aku meminta sesuatu?” tanya tiffany.

“M-m-mwo?”

“Morning kiss” bisik tiffany membuat bulu kuduk taeyeon rasanya berdiri.

“P-pany-ah jangan seperti ini” ujar taeyeon menjauhkan tubuh tiffany. Saat ia akan berjalan keluar tiffany menahannya dengan melingkarkan lengannya dileher taeyeon.

“Jangan seperti ini apa? Apa aku salah meminta morning kiss dari kekasihku?” tanya tiffany dengan wajah cemberut imut yang dibuat-buat membuat taeyeon menarik nafas gemas.

“A-any, tapi tidak s-sekarang”

“Tapi aku ingin sekarang”

“A-aku tidak bisa”

“Wae?”

Taeyeon hanya diam tak menjawab, ia hanya menatap tiffany dari atas hingga bawah dengan tatapan sayu. Dan kini mereka saling menatap dan tiffany tak melihat tatapan kegugupan disana.

“Karena aku tidak yakin jika aku bisa mengendalikan diriku denganmu yang seperti ini”

Dug!

Chuu~

Taeyeon mencium tepat dibibir tiffany dengan memegang kedua lengan tiffany dan menyimpannya diatas kepala tiffany yang bersandar didinding.

Taeyeon menciumnya dengan nafsu dan kasar membuat tiffany memberontak mencoba melepaskan diri dari kekasihnya itu, namun cengkeraman taeyeon begitu kuat membuat usahanya sia-sia dan lemas. Merasa tiffany tak lagi memberontak taeyeon mulai menurunkan temponya menjadi lembut.

Ia lumat bibir atas dan bawah tiffany dengan sangat lembut tak ada lagi nafsu dan kekasaran. Taeyeon menghisap bibir atas tiffany terus menerus. Dan perlakuan taeyeon yang lembut ini membuat tiffany terbawa suasana menikmatinya dan membalas ciuman taeyeon.

Mereka kini saling melumat dengan penuh kelembutan dan cinta. Perlahan taeyeon melepaskan genggamannya pada lengan tiffany melingkarkan lengannya diperut tiffany dan mengelusnya lembut punggung tiffany itu. Tiffany yang merasakan hasratnya meningkat dengan perlakuan taeyeon, tiffany kini melingkarkan lengannya kembali keleher taeyeon.

Perlahan taeyeon berjalan membimbing tiffany kearah ranjang dan menidurkannya. Mereka saling menatap sejenak hingga akhirnya mereka kembali memagutkan bibir mereka menghisap satu sama lain, melumat dan bertukar lidah.

Ciuman taeyeon kini beralih dileher tiffany meninggalkan tanda merah disana.

“Ehhmm~” desah tiffany.

Tangan taeyeon yang tadi hanya diam kini mulai meraba paha tiffany yang terekpos dengan tangan kirinya sementara tangan kananya kini menerobos masuk dan meremas boobs kiri tiffany.

“Aaahh tae~” desah tiffany.

Taeyeon kini kembali mencium bibir tiffany dan kembali saling melumat.

“Ehhmm~” desah tiffany disela ciuman mereka.

Ia sangat menikmati setiap sentuhan yang taeyeon berikan untuknya. Meski remasan taeyeon yang berada di boobsnya sedikit terasa sakit karena ini pertama kalinya namun ia sangat menikmatinya dan seolah menginginkan hal yang lebih dari taeyeon.

Ckrek

Prangg!

Suara benda pecah itu berhasil menyadarkan taeyeon dan tiffany. Mereka menghentikan aktifitas bercinta mereka dan menatap kearah sumber suara.

“A-apa yang kalian lakukan?”

.

.

.

.

Tebecehh

Author back my readers!!! 😆👏
Hha akhirnya update lebih cepat ya gak kaya kemarin nongol2 sebulan kemudian hahaha ✌😆

Okee sebenernya author gak bisa bikin nc gitu jadi mohon maaf ya kalau nc diatas gak bikin feel kalian 😅

Mudah2an kalian suka dengan chapter ini. Dan jangan lupa tinggalkan jejak, bukannya memaksa tapi author hanya ingin tau respon kalian mengenai ff author ini. Kan gak enak kalau update ff jelek 😅

Oke dehh udah dulu cuap-cuap gajenya. Author mau beres2 dulu haha.

See you next publish my reader 😘💌

*TaeNy is Real*


154 thoughts on “Circle [Chapter 9]

  1. Ehemm yang sudah jadian😅
    Kyaaaaaaaa TaeNy😚

    JESSIEEEE kau membuka pintu disaat yang tidak tepat. 😭
    Kira-kira apa ya reaksinya Jessie pas tau TaeNy sedang berada dalam ikatan cinta?

    Like

Leave a comment