Circle [Chapter 11]

circle-cover-2

Main cast : Kim Taeyeon, Tiffany Hwang, Kwon Yuri, Jessica Jung
Sub Cast : Choi Sooyoung, Lee Sunny, Im Yoona, Seo Ju Hyun, Choi Siwon (as Siwon Hwang)
Genre : Yuri, Drama, Sad, Chaptered
Rated : 18+
Author : TNEYisREAL08

WARNING!!

The gendre is Yuri if you don’t like it go away and don’t copy paste or Bashing. Typo’s everywhere, please comment. Reading enjoy ^^

***

Jum’at, 17 September 1999

Seorang gadis kecil sedang terdiam dibalik jendela. Raut sedih tergambar jelas diwajahnya. Ia sandarkan dahinya pada kaca jendela sambil mengusap kaca itu seolah penuh harap.

“Miyoung-ah”

Gadis itu mengedarkan pandangannya. Senyumnya seketika melebar sangat merekah.

“Taetae!!” gadis yang dipanggil miyoung itu berlari dan memeluk taeyeon yang baru saja pulang dari sekolahnya.

“Kenapa lama sekali? Miyoung menunggu dari tadi” ia menunjukkan wajah sedih pada sang unnienya.

“Mianhae, taetae lupa mengerjakan tugas jadi lee seosaengnim menghukum taetae” ia menggaruk kepalanya yang tak gatal sambil tertawa garing.

“Taetae nakal. Eomma bilang orang seperti itu adalah anak anak yang harus dijauhi”

“Mwo? Taetae tidak nakal. Miyoung tahu sendiri taetae itu anak baik, lihatlahhh tarangggg” taeyeon mengeluarkan permen lolipop berukuran sedang.

“Huaa~ taetae” miyoung mengambil permen itu dengan mata yang berbinar-binar.

“Miyoung senang?”

“Tentu saja!”

“Kalau begitu mana ppoppo untuk taetae?” taeyeon tersenyum sambil menunjuk-nunjuk pipinya minta untuk dikecup.

Chuu~

Senyum itu mendadak menghilang dan terganti dengan terdiam penuh kejut. Dia benar-benar terkejut bukan main. Miyoung dia baru saja.. Mengecupnya tepat dibibir.

“Gomawo taetae, miyoung sayang taetae” miyoung tersenyum manis memperlihatkan eyesmilenya.

Dan detik itu juga taeyeon tersenyum lebar. Ia sangat menyukai senyum adiknya itu, sangat menyukainya.

Miyoung berjalan kearah jendela tadi dan duduk didekat sana sambil memakan permennya. Sementara taeyeon memasuki kamarnya untuk mengganti pakaiannya.

Senyum miyoung semakin lebar saat melihat temen-teman sebayanya yang sedang bermain. Ia memperhatikan mareka tanpa berkedip hingga akhirnya sebuah suara kembali membangunkan dirinya.

“Miyoung aneh, tadi taetae memanggil miyoung”

“Mianhae taetae, miyoung tidak dengar”

“Apa sih yang sedang miyoung lihat?” taeyeon mengikuti arah pandang miyoung tadi dan ia terdiam mengerti.

“Miyoung ingin main keluar?” tanya taeyeon.

Yang ditanya hanya menggelengkan kepalanya sambil cemberut seperti menahan tangis.

“Miyoung-ah ayo kita bermain keluar” taeyeon menarik halus tangan miyoung mengajaknya keluar rumah.

Dengan segera miyoung menghempaskan tangan sang unnie dan terdiam.

“Wae? Bukankah kau ingin bermain? Kalau begitu ayo, tunggu apa lagi?”

“Sirheo!”

“Wae? Kau serius?”

“………………..”

“Kajja” taeyeon kembali menyatukan tangan mereka namun sang adik kembali menghempasnya.

“Miyoung tidak mau keluar! Tidak mau!” ia seperti ketakutan.

“Wae?”

“Nanti appa marah dan memukul taetae lagi” kini air mata miyoung menetes mengingat bagaimana unnienya pernah terluka karena hukuman dari appa kim karena telah membawanya keluar untuk bermain beberapa bulan lalu.

“Tapi appa dan eoma sedang tidak ada. Ini kesempatan kita miyoung”

“Tidak! Nanti taetae sakit lagi”

Taeyeon mendekat lalu menghapus air mata adik tercintanya itu. Ia pasang senyum lebar yang dapat memberikan ketenangan untuk sang adik.

“Miyoung percaya taetae kan? semua akan baik-baik saja. Taetae akan mengatasi semuanya seperti superhero”

“Tapi bagaimana jika appa marah?”

“Percaya saja pada taetae kali ini appa tidak akan marah”

“Benarkah?”

“Emm. Appa tidak akan marah selama kita pulang lebih awal dari eomma dan appa. Kajja” taeyeon mengulurkan tangannya.

Miyoung terdiam sejenak menatap mata sang unnie. Akhirnya miyoung menerima uluran tangan itu dan keluar bersama. Taeyeon membawanya ketaman bermain anak-anak. Dimana disana banyak permainan seperti perosotan, ayunan, tempat pasir dan lain-lain.

Miyoung terkesima melihat itu dan berlari riang menuju perosotan.

“Taetae apa ini?” tanya miyoung penasaran.

“Itu namanya perosotan, naiklah dan duduk diatas sana. Taetae akan menangkap miyoung dari bawah sini” miyoung menurut seperti perkataan taeyeon. Ia sangat senang terlihat dari teriakan-teriakan senangnya saat bermain perosotan dan juga ayunan.

“Ahaha taetae lebih kencang lagi” pinta miyoung agar taeyeon menambahkan dorongannya pada ayunan yang sedang ia naiki.

Bukannya menambah justru sebaliknya, ia menghentikan ayunan itu lalu berdiri dihadapan miyoung.

“Miyoung-ah mianhae”

“Kenapa taetae minta maaf?”

“………………….”

Hening.

Mereka hanya saling menatap tanpa mengeluarkan suara.

“Miyoung-ah mulai sekarang dan detik ini taetae akan memperkenalkan dunia pada miyoung”

“Ne?”

Sejujurnya perasaan sedih muncul dalam diri taeyeon saat sang adik tercintanya terus bertanya mengenai apa ini dan itu. Itu sangat membuktikan bahwa adiknya tidak tahu apapun tentang dunia luar. Miyoung selalu terkurung dirumah sendiri.

“Taetae berjanji akan membawa miyoung mengelilingi dunia. Jadi jangan takut untuk pergi keluar. Miyoung hanya perlu menggenggam tangan taetae jika miyoung takut dan taetae akan melindungi miyoung seperti yang appa inginkan”

Miyoung hanya mengedipkan matanya tidak mengerti dan sikap polos itu membuat taeyeon terkekeh. Ia usap pincak kepala miyoung.

“Taetae bilang akan membawa miyoung bermain diluar rumah mulai saat ini” jelas taeyeon.

“Benarkah?” riang miyoung mengerti, seketika matanya berbinar.

“Ne”

“Kim!!”

Taeyeon mengindahkan pandangannya keasal suara. Dilihatnya teman satu kelasnya melambaikan tangan.

“O’ yujin-ah, kalian juga”

“Ayo kita bermain disungai sana, yujin melihat ada ikan besar disana”

“Arasseo gidaryeo!” teriak taeyeon karena jarak mereka yang tidak dekat.

“Miyoung-ah kajja” taeyeon mengulurkan tangannya. Miyoung tersenyum cantik memperlihatkan eyesmilenya dan dan menerima uluran tangan taeyeon dan menggenggamnya erat. Merekapun berlari menuju sungai yang mereka bicarakan tadi.

.

.

Hachih!” terdengar suara bersin dari seorang gadis kecil.

Taeyeon yang mendengar itu segera menghampiri gadis itu dengan berjalan pelan karena mereka sedang berada disungai.

“Gwaenchana?”

“Ne”

“O’ kau sedikit panas. Ayo naik” ujar taeyeon setelah memegang dahi adiknya. Ia tuntun adiknya naik kedaratan.

“Ayo kita pulang saja, lagi pula sudah petang”

“Tapi miyoung masih ingin disini bersama teman-teman”

“Kita akan bermain lagi besok”

“Benarkah? Taetae janji?”

“Omo! appa dan eomma pasti sudah pulang. Ayo kita pulang. Heii kami pulang duluan ya!” teriaknya pada teman-temannya lalu berlari sambil memegang erat tangan miyoung.

DUARRR!

Seketika datang sebuah petir dan disertai hujan deras membuat taeyeon dan miyoung akhirnya bertepi untuk meneduh.

“Hujannya deras, kita tunggu sampai sedikit reda saja” lirih taeyeon.

Miyoung tersenyum dan menganggukkan kepalanya menyetujui perkataan taeyeon.

Hingga 2 jam sudah berlalu dan hujan masih belum reda juga membuat taeyeon merasa jenuh ingin segera pulang ditambah kini malam telah tiba.

“Taetae” panggil miyoung sambil menarik-narik ujung baju taeyeon.

“Ada apa?”

“Dingin”

“Miyoung kedinginan?” tanya taeyeon. Miyoung kembali mengangguk.

“Aaa bagaimana yaa?” taeyeon terlihat berfikir. Ia tak tahu harus menghangatkan miyoung seperti apa. Miyoung bisa sakit kalau seperti itu.

“Taetae tidak bawa baju hangat, bagaimana ya? O’miyoung ayo kemari” taeyeon teringat sesuatu.

Ia bawa miyoung berjongkok didepannya yang juga sedang berjongkok. Ia bawa kedua tangannya untuk memeluk miyoung dari belakang membuat miyoung sedikit terkejut.

“Eomma pernah memeluk taetae saat taetae kedinginan. Ingat waktu taetae sakit beberapa waktu lalu?”

“Dan taetae merasa hangat saat itu juga” lanjutnya mengeratkan pelukannya.

Sementara miyoung, ia hanya bisa terdiam. Ia tak tahu harus seperti apa. Taeyeon selalu berhasil membuat dirinya membeku karena perhatian yang taeyeon berikan padanya. Taeyeon selalu berhasil membuat dirinya merasa senang dan juga ia selalu merasakan jantungnya yang berdegub kencang saat mendapat perlakuan manis dari sang unnie.

“Mengapa eomma dan appa tidak mencari kita ya?”

“Ne?”

“Aneh”

“Taetae kita harus pulang. Appa nanti marah”

“Tapi hujannya masih besar”

“Kita bisa berlari”

“………………….” taeyeon terdiam sejenak untuk berfikir.

“Andwae, nanti miyoung sakit”

Miyoung membalikkan tubuhnya menghadap taeyeon dan menangkupkan tangannya di wajah sang unnie.

“Taetae juga kedinginan. Nanti taetae sakit”

Deg

Dan saat itulah taeyeon merasakan jantungnya yang berdegub aneh, matanya tak bisa ia alihkan dari gadis kecil yang ada dihadapannya itu.

“Ayo kita lari saja. Kita bisa menghangatkan diri bersama saat pulang nanti” miyoung kembali berkata membangunkan taeyeon yang terdiam.

“Taetae?”

“O’ n-n-ne, miyoung benar. Emm kajja” taeyeon menyatukan jarinya dengan miyoung dan menggenggamnya.

Merekapun berlari bersama sambil tertawa. Mereka terlihat senang bahkan dalam keadaan kedinginanpun. Hingga tak lama mereka sampai didepan pintu rumah.

“Ayo masuk” ajak taeyeon.

“O’ kenapa pintunya terbuka?” terlihat pintu depan rumah mereka yang sedikit terbuka.

“Mungkin eomma lupa menutupnya, kajja”

Mereka masuk tanpa melepaskan genggaman mereka. Taeyeon membawa telunjuknya dibibir memberitahu untuk tidak berisik.

Namun sesuatu berhasil membuat taeyeon merasa aneh. Rumah mereka sangat gelap, seperti tidak ada siapapun disini. Hingga saat mereka menginjakkan kakinya di ruang tengah mata taeyeon menangkap sosok yang tergeletak disana.

DUARRRR

“Taetae miyoung takut” bisik miyoung.

Sssstt

Taeyeon berjalan perlahan hingga akhirnya ia berlari melepaskan genggamannya dari miyoung saat matanya berhasil mengenali sosok yang tergeletak itu.

“Eomma” panggilnya.

Ia coba untuk membangunkan sang eomma namun tak ada respon.

DUARRR

Iapun membalikkan tubuh sang eomma dan-

DUARRR

Hahhh-” seketika ia terduduk menjauh. matanya membulat. Ada sebuah lubang didahi eommanya.

Darah.. Ya darah menggenang begitu banyak.

“Taetae” panggil miyoung mendekat.

Taeyeon berlari dan memeluk miyoung. Miyoung tak boleh melihat ini. Tidak boleh..

Appa

“Kajja” taeyeon membawa miyoung pergi mencari sang appa sambil menutupi agar miyoung tak melihat eommanya yang terkapar.

Dilihatnya lampu ruangan kerja sang appa menyala membuat mereka berlari. Mereka menghentikkan langkahnya saat membuka pintu itu.

Terlihat appanya bersama seorang pria yang mereka tidak tau siapa dia tengah dalam pembicaraan. Pria itu memakai pakaian serba hitam dan memakai topi hitam pula membelakanginya.

“Kau pikir kau bisa selamanya bersembunyi?”

“…………………..”

“Dimana dia?”

“Dia siapa yang kau maksud? Changmin? Bukankah dia sudah mati.. Karenamu”

“Ya! Dia pantas mendapatkannya!”

“Ani, kaulah yang memantaskan apa yang tak pantas”

“Cihh, aku tak ingin berbasa basi. Dia mana dia? Akan kubiarkan kau hidup jika kau memberikan dia padaku”

“Aku takkan menyerahkan dia padamu. Pada orang keji sepertimu”

“Jangan buat aku membunuhmu juga”

“Tapi kau sudah membunuh istriku. Aku takkan membiarkan kematiannya sia-sia”

“Neo!” pria itu menodongkan senjatanya.

“Appa” lirih taeyeon sementara miyoung bersembunyi dibalik punggung taeyeon.

Mereka mengalihkan perhatian mereka pada dua gadis yang terlihat ketakutan itu. Pria itu tersenyum melihat dua gadis itu.

“Bagaimana ini? Gomawo jaejoong-ah” ucap pria itu.

Pria itu menodongkan pistolnya pada taeyeon dan-

Bugg!

Pria itu tersungkur karena pukulan jaejoong dan pistol yang dipegangnya terlempar jauh. Mereka saling memukul satu sama lain. Taeyeon memperluas pandangannya mencari sesuatu yang bisa membantu appanya dan ia menatap sebuah botol wine lalu mengambilnya.

Jaejoong kini tersungkur dan-

PRANGGG!!

“Akhh!” pria itu kesakitan karena pukulan botol yang tepat mengenai kepala belakangnya.

Tak ingin membuang kesempatan ini jaejoong segera bangkit dan membawa taeyeon untuk keluar dari tempat ini. Pria itu menyadarinya dan segera berlari membawa pistolnya dan menembakkannya dengan pandangan mengaburnya.

DORR!

“Akhh!” ringis jaejoong kesakitan karena peluru itu berhasil mengenai kakinya.

“Cepat lari!” teriak jaejoong.

“Appa” bingung taeyeon menangis, ia tak ingin meninggalkan appanya dan ia juga tak tau harus lari kemana.

“Cepat!! Atau appa akan menghukummu lagi”

“Sirheo appa” tangisnya menjadi-jadi seperti miyoung yang saat ini juga menangis ketakutan diambang pintu.

Jaejoong melirik pria itu yang masih dalam keadaan linglung lalu kembali menatap putrinya dan menarik kerah bajunya kasar untuk mendekat.

“Taeyeon-ah.. Jika kau menyanyangi eomma dan appa dengarkan appa”

Mata taeyeon membuat dan sejenak ia terdiam mendengar bisikan sang appa. Lalu ia menatap appanya yang terlihat menahan sakit.

“Palli. Pergilah, bawa miyoung bersamamu. Jangan pernah berpisah apapun yang terjadi”

“Appa”

“Palli!!!!” mendengar bentakan sang appa membuat taeyeon mau tak mau bangkit dan berjalan mundur. Ia genggam miyoung lalu mulai melangkah pergi. Pandangannya tak pernah teralihkan menatap sang appa yang kini tengah bangkit dan berlari menuju pria itu.

DORR

Taeyeon menghentikkan larinya saat mendengar suara pelatuk. Ia tak bisa meninggalkan ayahnya ia tak mau itu.

“Miyoung-ah, tunggu taetae disini. Taetae akan kembali bersama appa”

“Taetae~” tangis miyoung tak ingin taeyeon meninggalkannya.

“Miyoung hanya perlu diam disini dan taetae akan kembali lagi dengan appa, ne?”

“Jangan lama-lama miyoung takut”

Taeyeon berlari dan membawa stick golf yang tergeletak lalu menuju ruangan itu dengan perlahan. Ia mengintip sejenak dan matanya membelalak. Air matanya turun kembali melihat sang appa sedang duduk menyandar ditembok sambil menahan sakit. Pakaian di bangian perutnya penuh dengan darah.

“K-kau.. Ak-khan mend-dhap-pathkan bal-lashannyah”

“Kau yang membuatku bertindak sejauh ini. Pertemanan kita aku takkan melupakannya”

“Ada kata-kata terakhir yang ingin kau sampaikan padaku jaejoong-ah?”

“Ak-khan kup-pastikhan kau.. Kau takkhan per-nah mer-rasa ammhan dhan ten-nang sel-uhukk selamah kau hidup”

Pria itu menodorkan pistolnya dan-

DORR

DORR DORR DORR!

Darah menyiprat di dinding dan berceceran dilantai. Pria itu menembaki tanpa ampun sampai peluru miliknya habis.

Ia membuang pistolnya dan mengambil suatu benda yang ada di lantai. Sebuah kalung yang bertuliskan nama.

“Miyoung” lirihnya.

Sementara disisi lain seorang gadis sedang menahan tangis sambil menatap appanya yang terheletak dengan penuh luka tembak dan darah berceceran.

Ia membalikkan tubuhnya dan menghapus air matanya kasar lalu berlari kembali untuk menemui adiknya.

DUARRR

“Taetae”

Taeyeon menggenggam tangan tiffany erat tanpa berbicara apapun lalu membawanya berlari ditengah hujan deras dan petir menggelegar.

“Taetae kita mau kemana?”

“…………………………”

“Taetae?”

***

Jum’at, 6 juni 2014

“Sejauh ini ada perkembangan, sedikit demi sedikit ia akan pulih dan kembali seperti semula”

“Jadi anda tak perlu khawatir, cukup beri ia semangat agar ia tak menyerah” seorang pria berjubah putih tersenyum.

“Terimakasih Dr.choi, terimakasih banyak. Aku bener-benar berhutang pada anda” kedua suami istri itu terharu mendengar penjelasan dr. choi mengenai anaknya.

“Sudah kewajiban untukku melakukannya, kalau begitu saya permisi” ia kembali tersenyum lalu pergi dari sana.

Ia berjalan dengan sangat percaya diri dan senyum tak lepas dari bibirnya. Banyak pasien dan dokter juga suster yang menyukai dirinya. Tidak hanya memiliki uang, pintar, ia juga tampan, tinggi, dan terakhir ia memiliki sebuah jabatan diusia muda,walau tidak tinggi.

“Dr. choi” Ia mengalihkan pandangannya pada seorang suster yang tampak malu mendekatinya.

“Ada apa?”

“Itu.. anu.. emm ada seseorang ingin menemui anda” jawab suster itu malu-malu dengan muka memerah.

“Dimana dia?”

“Saya menyuruhnya menunggu diruangan anda s-saem”

“Arasseo. Gomawo” Iapun berjalan menuju ruangannya.

“O’yesung-ah, kenapa tidak menghubungiku dulu?” ucap Dr. choi saat melihat siapa yang ada diruangannya.

“Mwoya? Aku menghubungimu ratusan kali siwon-ah” ucapnya dingin disertai kekesalan.

“Jinja? Ahaha mianhae. Kau tahu bukan aku sibuk? Aku ini seorang dokter”

“Aku tahu, karena itu aku langsung kemari. Ya’ berhenti bersikap sombong karena kau seorang dokter”

“Eii ayolah kau tahu aku itu tidak sombong, mungkin kaulah yang iri pada diriku” siwon tertawa sambil mendudukkan dirinya, bergabung bersama yesung.

“Ya’”

“Jadi apa yang kau temukan?” tanya siwon to the point.

“Mwoya, kau bahkan tak menawariku air minum. Dasar kau”

“ahaha mianhae. Tapi aku benar-benar sedang sibuk sebenarnya. Aku ada jadwal operasi sebentar lagi”

Ckckck.. arasseo arasseo!”

Yesung membawa berkas-berkas yang ada ditasnya dan mengeluarkan semuanya dimeja.

“Kau benar-benar hebat, kau sepertinya menemukan banyak dalam waktu singkat”

“Eoh, mani. Karena kau membayarku dengan mahal” siwon terkekeh mendengar jawaban yesung.

“Wanita bernama kim taeyeon itu, dia tak memiliki siapapun dikorea. Dia hidup sebatang kara dan menghidupi dirinya sendiri dengan bekerja paruh waktu”

“Ini biodatanya” yesung memberikan selembar kertas berisikan biodata milik taeyeon.

“Kemana orang tuanya?” tanya siwon sambil membaca kertas biodata itu.

“Meninggal. Keduanya meninggal karena insiden pembunuhan”

“Mwo?”

“Kedua orang tuanya mati dengan luka tembak saat ia berusia 8 tahun”

Siwon POV

Luka tembak?

Wae?

“Dia memiliki seorang adik perempuan dan saat itu adiknya berusia 5 tahun, mereka terpaut 3 tahun. Tapi setelah kejadian itu adiknya menghilang entah kemana. Bahkan sampai saat ini masih belum bisa ditemukan dan lebih parahnya pencarian sudah ditutup”

“Aku dengar adiknya berhasil kabur sedangkan taeyeon ia ditemukan dengan kondisi sangat kritis, dia koma dan bahkan hampir tak ada harapan untuknya hidup”

Wae?

Mengapa cerita itu terasa tak asing untukku? dimana aku pernah mendengarnya?

Seolma.. aniya!

“Kemana adiknya pergi? Mengapa ia tak bisa ditemukan sampai saat ini?” tanyaku.

“Entahlah, mereka hanya menemukan taeyeon yang penuh luka tusuk dan memar. Mereka tak menemuka adiknya bahkan tak ada jejak satupun sampai saat ini. karena itu kepolisian memutuskan untuk menutup pencarian karena hukum batas pencarian sudah lewat. Mereka menyatakan bahwa adiknya meninggal dan jasadnya tidak ditemukan”

Maldo andwae!

Katakan bahwa pikiraku salah. Mungkinkah…

Jika benar dugaanku maka mereka …

“K-kau.. tahu nama adiknya?” tanyaku memastikan.

“Miyoung”

DEG!

Maldo andwae..

.

.

Author POV

“Sica!”

“O’ yul”

“Ada sesuatu yang ingin aku bicarakan”

“Mwo?”

“Tidak disini, kajja” yuri menarik tangan jessica untuk mengikutinya. Ia membawanya ke taman kapus dekat pohon-pohon yang memberikan keteduhan, melindungi kursi itu dari terik sinar matahari.

“ini” yuri memberikkan sebuah minuman kaleng yang baru saja ia keluarkan dari tasnya.

“Gomawo” jessica menerimanya dengan senang hati dan tersenyum cantik.

“Aku suka senyummu sica”

Deg

“N-ne?”

“Senyummu sangat cantik dan juga entah mengapa membuat stress yang ada dikepalaku hilang seketika”

“Mwoya, apa kau sedang menggombal yul” sica memalingkan wajahnya tak ingin menatap yuri dengan wajah yang ia rasa memerah. Ia merasakan panas pada wajahnya.

“Aku serius. Karena itu teruslah tersenyum saat bersamaku”

“Ya’ apa kau pikir aku orang gila? Selalu tersenyum walaupun tak ada yang lucu atau apapun?”

“Heii bukan seperti itu. kau hanya perlu memberikan senyum itu padaku, aku tak pernah berfikir kau gila”

“……………………….”

“Sica, entah mengapa saat bersamamu aku selalu melupakan semua masalahku, kau tahu? Keluargaku. Karena itu aku senang saat aku sedang bersamamu, kau seperti mengalihkan duniaku-“

Uhukk-“

“Gwaenchana?” yuri menepuk pelan punggung jessica agar batuknya berenti.

“YA! Mengapa kau berkata aneh dan membuatku tersedak HITAM!” umpat jessica. dan seketika ia terdiam begitupun yuri. Jessica menyadari apa yang baru saja ia ucapkan tadi.

“Y-yul mianhae” lirih jessica.

“Wae? Kenapa minta maaf?” yuri akhirnya terkekeh. Ia mengusap puncak kepala jessica membuat jessica merasakan hal yang aneh dalam dirinya mendapat perlakuan seperti itu dari yuri.

“Aku tunggu pulang nanti disini. Kau.. memiliki janji denganku sekarang, jadi jangan mencoba membuat janji dengan yang lain” setelah mengatakan itu yuri pergi begitu saja meninggalkan jessica yang terdiam tanpa kata.

“Mwoya ige?” lirih jessica memegang dadanya tempat dimana jantungnya sedang berdetak saat ini.

.

.

“Taeyeon unnie”

“Seohyun-Ah, ada apa?” tanya taeyeon pada seohyun yang datang keruangan kelasnya.

“Bolehkah aku duduk disana dan mengobrol dengan unnie?”

“Ne?”

“Aku tidak tahu kemana jessica unnie, yang lainnya juga entah kemana. Jadi aku kemari dan unnie ada disini”

“Tentu saja, duduklah” seohyunpun duduk disamping taeyeon.

“Unnie menurutmu apa itu arti hidup?”

“Emm.. entahlah. Tapi yang terpikirkan olehku adalah hidup itu harus mempunyai alasan agar dapat mengerti mengapa kau harus hidup. Saat kau tak memiliki tujuan dalam hidupmu maka hidupmu takkan memiliki arti apapun. Seolah hidupku kosong dan tentu arah”

“Lalu bagaimana denganmu? Apa alasan unnie hidup? tujuan hidup unnie?”

“Na?”

“Geunyang” lanjut taeyeon.

“Mwo? Geunyang?”

“Aku tak memiliki tujuan untuk hidup hyunie, sudah lama aku tak memiliki alasan seperti itu Dan brown and the +untuk hidup”

“Kalau begitu mengapa unnie melanjutkan kuliah? Bekerja? Dan juga mengapa unnie masih mempertahankan hidup unnie sampai saat ini jika unnie tak memiliki alasan hidup?”

Deg!

Taeyeon terdiam..

Seohyun benar. Jika ia tak memiliki alasan untuk hidup lalu mengapa ia sekarang masih melanjutkan kuliah dan bekerja mati-matian untuk bertahan hidup? Wae?

“Unnie” panggil seohyun membuat taeyeon terbangun dari lamunannya.

“Itu semua karena unnie memiliki alasan dan tujuan untuk hidup, hanya saja unnie tak menyadari itu”

“Aku..” taeyeon menghentikkan ucapannya.

“Gomawo hyunie” taeyeon tersenyum. Ia tak tahu harus berkata apa. Ia hanya bisa berterimakasih padanya yang baru saja membuka matanya kembali dan melihat dunia.

.

.

“Dimana dia?” kesal tiffany sambil melihat jam tangannya. Ini sudah ke 6 kali ia melihat ke jam tangan pinknya itu. 20 menit sufdah berlalu namun kekasihnya masih belum menampakkan dirinya diatap.

“Aishh jinja” kesalnya karena bosan menunggu kekasihnya dan turun kembali.

“Akan kuberi dia hukuman karena membuatku-“ ucapannya terhenti. Langkahnyapun terhenti saat melihat kekasihnya dengan seorang gadis sedang tertawa. Taeyeon juga tersenyum manis pada gadis itu.

Rasa panas dalam hatinya mulai ia rasakan, amarahnya mulai meningkat. Ia cemburu sekarang, cemburu melihat kekasihnya tersenyum sangat manis pada wanita lain yang bukan dirinya.

Dengan emosi ia masuk dan membanting tasnya kearah taeyeon yang berhasil membuat keduanya terkejut bukan main dengan lemparan tiba-tiba itu.

“P-pany…-ah”

“Dasar brengsek! Aku menunggumu sejak tadi KIDDO!” teriak tiffany kesal dan pergi begitu saja meninggalkan kedua insan yang masih terkejut.

“Bukankah tadi itu tiffany unnie?” tanya seohyun memastikan penglihatannya tak salah.

Ia benar-benar tak bisa mempercayai sikap tiffany tadi pada taeyeon. taeyeon itu lebih tua dan senior disini tapi sikapnya tak ada sopan santunnya sama sekali. Bahkan ia memanggil taeyeon dengan sebutan KIDDO.

“Mian hyunie aku harus pergi” taeyeon segera pergi tak lupa ia juga membawa tas miliknya dan milik tiffany.

“Dimana dia?” taeyeon mencoba menelpon namun tiffany mematikannya hingga berulang kali.

“Chogiyeo, apa kau melihat tippany? Tippany hwang” tanya taeyeon pada seorang mahasiswa.

“Kalau tidak salah dia masuk kedalam toilet dekat sini beberapa menit lalu”

“Gomawoyo”

Taeyeonpun mengikuti arahan mahasiswa itu dan memasuki toilet itu. ia membuang nafas lega saat melihat tiffany ada disana. Ia sedang mengelap wajahnya yang basah dengan tisu karena baru saja membasuh wajahnya.

“Mengapa kau tiba-tiba bersikap seperti itu?” taeyeon mendekat dan menyimpan tas miliknya dan milik tiffany di galar wastafel.

“……………………..” tak ada respon. Ia hanya berfokus memakai bedaknya lalu lipstiknya.

“Hyunie terlihat benar-benar terkejut dengan sikapmu”

“…………………….”

“Pany-Ah” taeyeon menggenggam lengan tiffany untuk menatapnya.

“Kau masih bertanya mengapa? Aku menunggumu, aku menunggumu taeyeon! 20 menit aku menunggumu diatap. Tapi kau malah tertawa dan tersenyum dengan sangat manis pada wanita lain”

“Aku tidak tahu kau menungguku”

“What? Aku mengirimimu pesan dan kau masih bilang tak tahu?”

“Aku tidak memegang ponselku, ponselku tertinggal dirumah”

“………………………”

Hening.

Seketika tiffany tak bisa berkata-kata. Jika itu benar bukankah itu sangat memalukan? Dia baru saja bersikap kurang ajar pada kekasihnya yang notabennya senior dikampus ini didepan seohyun yang penuh kesopanan.

Taeyeon menggenggam kedua tangan tiffany dan mengelusnya. Ia tatap tiffany penuh kelembutan dan senyuman manis.

“Kita hanya sedang salah faham sekarang, mianhae hem?”

“T-Taetae..”

“Kau sangat pencemburu sayang. Bahkan pada temanmu sendiri” taeyeon sedikit terkekeh.

“I-itu.. aku.. aku tidak tahu kalau itu hyunie dan kau tersenyum sangat manis padanya”

“Aku hanya memberikan senyum yang aku miliki”

“Tapi tetap saja.. hyunie menyukaimu tae”

“Mwo? Jinja?”

“Ya!”

“Meski begitu hatiku hanya berdetak kencang untukmu, mataku hanya mengarah padamu, dan tanganku hanya ingin mengelusmu dan bibirku hanya ingin mendarat pada bibirmu, bagaimana ini?”

“Cheesy~” tiffany tersenyum malu sambil memukul pelan dada taeyeon membuatnya sedikit mundur.

“Aku mengatakan yang sejujurnya ada dihatik-”

Chuu~

Tiffany mengalungkan tangannya dileher taeyeon dan melumatnya. Taeyeon tersenyum kecil sebelum akhirnya membalas lumatan kekasihnya. Ia lingkarkan tangannya dipinggang tiffany dan mengelus lembut punggung tiffany. Tiffany berjalan membuat taeyeon ikut berjalan mundur mengikuti kenama tiffany membawanya.

Brak!

Tiffany mengunci pintu toilet dan mendorong taeyeon membuatnya terduduk di kloset yang sedang tertutup. Taeyeon melebarkan matanya saat tiffany duduk dipangkuannya dan menyerangnya dengan kecupan-kecupan dan hisapan dilehernya sambil membuka kancing kemeja taeyeon hingga memperlihatkan tanktopnya.

“Ahh pany-ah~” desahnya dan refleks meremas boobs kanan tiffany membuat tiffany ikut mendesah dan melepaskan hisapannya dileher taeyeon.

Taeyeon yang sudah terlanjur byun kini mengambil kesempatan ini dengan mencium tiffany dan memberikan kecupan dan lumatan penuh sensual. Ia lumat bibir atas dan bawah tiffany bergantian dengan lembut dan sesekali mengulumnya. Tangannya tak tinggal diam, ia buka kemeja tiffany dan beruntungnya ia ketika tiffany tak memakai tanktopnya hingga memperlihatkan bra pinknya.

Ia turunkan kemejanya dan menghisap dan sesekali mengecup rahang tiffany lalu turun keleher dan bahu.

“Ehmm tae~” tiffany meremas rambut taeyeon.

Semantara tangan taeyeon kini sudah berada di pengait bra milik tiffany dan melepasnya. Ia tutunkan tali bra tanpa menghentikan hisapannya lalu meremas boobs kanan tiffany semantara tangan kanannya berada dipunggung tiffany menjaganya agar tak jatuh.

“Ahhh tae-ah~”

Taeyeon menurunkan kepalanya hingga berada tepat di dua gunung indah itu. ia buka mulutnya dan mengulum lalu mengisap nipple tiffany sambil meremas boobs kanan tiffany.

“Tae-ahhh tae~”

“Suara apa itu?”

Deg!

Taeyeon menghentikan aksinya saat telinganya menangkap sebuah suara.

“ahh-“ taeyeon membekam tiffany membuat tiffany membuka matanya terkejut. Ia bawa telunjuknya ke bibirnya menyuruh tiffany untuk tak bersuara.

“Suara? Suara apa?”

“Desah”

“Mwoya? Apa kau semalam bermimpi melakukan itu dengan kekasihmu ahaha”

“Ya’ aku serius aku mendengarnya dengan jelas dari sini”

Taeyeon dan tiffany bisa merasakan mereka mulai masuk kedalam toilet dan itu semakin membuat jantung keduanya berdetak kencang.

“Lihat, ada dua tas disini”

“Sudahlah itu bukan urusan kita” terdengar satu orang kembali keluar dari toilet.

Terdengar suara sepatu yang semakin mendekat kearah pintu mereka dan-

“Ya! Aku bilang cepat, apa kau tak mendengarku!” teriak temannya.

“Arasseo arasseo!” iapun keluar bersama temannya membuat taeny membuang nafas lega.

Ppffftt” mereka menahan tawa bersama.

“Ini bukan ide yang tepat, kau sangat agresif pany-ah” taeyeon terkekeh lalu tersenyum lebar.

“Aku seperti ini karenamu dan hanya padamu”

“Mwoya ahaha” taeyeon tertawa pelan lalu memakaikan kembali bra tiffany dan menaikkan kembali kemejanya.

Ia mulai kancingkan kemeja tiffany begitupun tiffany yang mengancingkan kemeja taeyeon kembali, mereka saling mengancingkan kancing kemeja mereka sambil saling menatap tanpa menghilangkan senyuman dari bibir mereka.

.

.

Jessica POV

Aku berjalan menuju taman dimana yuri membuat janji denganku tadi siang. Tunggu-

Janji?

Ani, dialah yang membuat janji tanpa mendengar persetujuanku. Dia mengajakku hang out sebelah pihak dan pergi begitu saja.

“Dimana dia? Apa kelasnya belum bubar?”

Kuedarkan pandanganku mencari sosoknya, namun dia tidak ada disini. yakin bahwa dia tidak ada disini akupun duduk dikursi taman.

‘Aku suka senyummu sica’

Kata-katanya tadi siang masih terngiang-ngiang dalam pikiranku dan selalu berhasil membuat wajahku rasanya memanas saat memikirkannya.

Wae?

Dan saat ia menyentuhku rasanya jantungku jadi berdetak tak karuan dan aku tak bisa menggerakkan diriku karena terpaku dengan sentuhannya. Dia membuatku merasa nyaman saat bersamanya.

Hahh~ apa yang sedang kau pikirkan jess, kau pasti sudah gila”

“Sica!”

“O’yul”

“Kau menunggu lama? Mianhae tadi ada hal mendesak”

“Aku baru saja tiba, jadi kau tidak perlu khawatir”

“Emm.. kalau begitu ayo kita berangkat”

“Eodiga?”

“Kau akan tahu nanti” Ia merangkul pundakku membawaku untuk berjalan.

“Kau hanya perlu mengikutiku saja dan kau akan tahu kemana aku akan membawamu”

“Aku harap kau tidak membawaku ketempat-tempat aneh”

“Ya tuhan, sica kau selalu berfikir negative padaku” ia terkekeh lalu membukakan pintu mobil miliknya menyuruhku untuk masuk kedalam.

Author POV

Hingga 20 menit kemudian..

“Mall?” tanya jessica saat mereka telah tiba.

“Ne, aku ingin mengajakmu menonton bersama. Aku sudah beberapa kali menghancurkan acara kita, jadi kali ini aku berjanji takkan ada yang mengganggu lagi”

“Yul-“

“Kajja” yuri keluar dari mobilnya dan membukakan pintu untuk jessica juga membuatnya merasa tersanjung.

“Ingin menonton apa?” tanya yuri saat mereka berada dilantai teratas dimana bioskop berada.

“Emm.. tidak ada yang menarik. O’bagaimana dengan yang itu?”

“Horror? Kau yakin ingin menonton ini? kau itu penakut tingkat dewa”

“Aku hanya ingin mencobanya. Lagipula disini tidak ada yang seru”

“Kau serius? Kau hanya akan berteriak dan merengek ingin pulang nanti” yuri tertawa membayangkan apa yang akan terjadi pada jessica nanti.

“Ya’ aku ingin pulang saja kalau begitu”

“Eitt tunggu. Jadi kita akan kembali membatalkan acara kita?”

“Arasseo-arasseo mianhae ne? aku akan memesankannya untuk kita” yuri pergi untuk membeli tiket beserta yang lainnya.

Hingga 8 menit kemudia ia kembali.

“Filmnya akan diputar 1 setengah jam lagi. Emm bagaimana jika kita pergi mencari makan? Apa kau lapar?” ujar yuri.

“Sedikit” jessica tersenyum kecil. Merekapun mulai berjalan pergi menuju dimana tempat-tempat makanan berada.

“Ada yang ingin kau makan sica?”

“Emm aniya. Aku akan makan apapun kecuali ikan dan melon”

“Mwoya?” yuri kembali terkekeh.

“Kalau begitu kita makan disana saja” yuri menunjuk sebuah tempat bernama Locaria.

Jessica menganggukkan kepalanya dan mereka memasuki tempat itu untuk mengisi perut mereka.

.

.

Taeyeon POV

‘Lalu bagaimana denganmu? Apa alasan unnie hidup? tujuan hidup unnie’

Tujuan hidupku? Entahlah. Aku tidak memiliki apapun yang bisa aku jadikan alasan untuk hidup. aku tidak memiliki siapapun disini. Hanya ada aku, diriku dan aku lagi.

‘Kalau begitu mengapa unnie melanjutkan kuliah? Bekerja? Dan juga mengapa unnie masih mempertahankan hidup unnie sampai saat ini jika unnie tak memiliki alasan hidup?’

Itu semua karena..

Aku..

‘Itu semua karena unnie memiliki alasan dan tujuan untuk hidup, hanya saja unnie tak menyadari itu’

Alasanku hidup adalah..

“Taetae?”

“O’ p-pany-ah? Kau memanggilku?”

“Waegeurae? Kau terlihat asik melamun. Aku memanggilmu beberapa kali, ini” ucapnya lalu memberikan minuman kaleng yang dibawanya.

“Gomawo” ujarku lalu membuka minuman kalengku dan memberikannya ada tippany, sedangkan miliknya aku ambil dan membukanya kembali lalu meminumnya.

“Apa yang kau pikirkan?”

“Emm eobseo”

“Geojitmal”

“Mwoya? Untuk apa aku berbohong padamu” ucapku tertawa pelan dan kembali meminum minuman kalengku.

“Tapi aku bisa melihatnya”

Suaranya berubah menjadi lemah dan sedih (?). kualihkan pandanganku padanya yang menatapku dengan tatapan aneh.

“Ada yang mengganjal pikiran dan hatimu. Kau sedang bimbang sekarang?”

“…………….”

“Matamu mengatakannya padaku. kau bisa menceritakannya padaku tae, apapun itu. aku kekasihmu”

“…………….”

“Apa aku masih belum pantas mendapatkan dan mengetahui segalanya tentangmu? Kau tidak mempercayaiku?”

“Pany-ah kenapa berbicara seperti itu?”

“Apa kau benar-benar mencintaiku tae?”

“Tentu saja, aku mencintaimu bahkan perasaanku semakin tumbuh untukmu” aku genggam sebelah tangannya yang kosong.

“Kalau begitu kau bisa mengatakannya padaku, aku senang saat kau bersikap lebih terbuka padaku” ku berikan senyum simpulku.

“Kau pikir aku tidak terbuka padamu? Pany-ah terkadang ada beberapa hal yang hanya bisa kau simpan untuk dirimu sendiri. aku terbuka padamu sesuai ketentuannya”

“Tak bisakah kau seutuhnya terbuka padaku, aku sudah sangat terbuka padamu tae?”

“Kalau begitu jawab pertanyaanku ini”

“Apa arti hidup menurutmu?” tanyaku padanya. Ia terdiam sejenak.

“Hidup adalah hal yang harus kau manfaatkan sebaik mungkin karena waktu terus berputar dan takkan pernah bisa kembali. Tuhan memberikan kehidupan untuk dipergunakan dengan hal-hal yang baik”

“Semua orang memiliki berbagai-bagai cara untuk menjalani kehidupannya agar menjadi indah. Begitupun aku” ia menghentikkan ucapannya dan kini berbalik menggenggam tanganku yang tadi menggenggamnya.

“Aku ingin menjalani kehidupanku bersamamu, aku tak ingin meyia-nyiakan waktuku selama hidup tanpamu. Akan kubuat hidupku penuh cerita akan dirimu hingga aku tak menyesal saat tuhan memanggilku untuk kembali pada-Nya. Alasanku hidup sekarang hanyalah karenamu tae, kau sudah menjadi segala-galanya untukku”

Disaat dia memiliki banyak orang-orang disekelilingnya yang begitu menyayanginya, dia memilih menjadikanku sebagai alasannya untuk hidup. dia lebih memilih aku yang baru saja dikenalnya dibandingkan yang lainnya.

“Mengapa kau menjadikanku alasan untukmu hidup?”

“Karena saat aku membuka mataku aku selalu ingin kaulah yang pertama kali aku lihat, saat aku berjalan kakiku hanya mengarah pada dirimu, saat tanganku telurur aku ingin kaulah yang sedang aku sentuh dan saat aku sedang berfikir kaulah yang muncul dalam kepalaku”

“…………………………..”

Aku ..

Tidak sendiri..

Aku masih memiliki tippany disini, dia yang selalu menemaniku dan menghangatkanku dari dinginnya udara. Dialah yang mencairkan bekunya hatiku.

Wae?

Mengapa aku tidak berfikir kearah sana. Dia adalah salah satu alasan aku masih bertahan disini.

Kubawa tangan yang tadi menggenggamku lalu mengecupnya.

Chuu~

“Hatiku.. semakin berdetak kencang untukmu. Aku tak punya alasan hidup sebelumnya hingga kini akupun sadar bahwa kau adalah salah satu alasan mengapa aku masih bertahan didunia yang ingin aku akhiri ini. Mengulurkan tanganmu dan juga memelukku saat itu.. aku benar-benar berterimakasih” kuberikan tatapan teduhku padanya sambil tersenyum simpul. Kulihat ia menahan haru dengan tersenyum melihatku.

.

.

Author POV

‘Duarr!’

Yeoja itu melebarkan matanya saat ia merasakan sebuah bayangan hitam melewati dirinya dari belakang. Dengan segera ia balikkan tubuhnya dengan nafas yang terengah-engah.

‘Hahh hahh’

Perlahan ia langkahkan kakinya untuk melihat sosok hitam itu, ia mulai berjalan menuju ruang tengah.

‘Duarrr!’

Suara petir dan derasnya hujan semakin membuat tubuhnya bergetar hebat. Hingga ia sampai diruang tengah dan tak ada apapun.

‘Hahh~’ ia menghela nafas.

Ia balikkan tubuhnya untuk kembali ke kamarnya namun-

“Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa!!!!” teriak seorang yeoja sambil memeluk erat teman disebelahnya, teriakan super itu berhasil membuat para penonton merasa terganggu.

Merasa tak enak teman yeoja itu bangkit dan membungkuk memohon maaf atas apa yang baru saja terjadi. Merekapun kembali menonton mengabaikan yeoja itu dan temannya.

“Sica gwaenchana?” ia bawa wajah jessica untuk dilihatnya. Matanya membulat saat melihat mata dan pipinya kini sudah basah. Ia hapus air mata itu membuat mereka saling menatap sejenak sebelum akhirnya yuri mengalihkan pandangannya.

“Ayo kita keluar saja” bisiknya.

Jessica menjawabnya dengan anggukan. Yuripun membantu jessica berdiri dan merangkulnya mencoba membantunya berjalan, wajah jessica terlihat sangat pucat dan tubuhnya juga dingin. Ia tak ingin jessica tiba-tiba pinsan disana.

Ia bawa jessica untuk duduk dibangku tunggu sekitar bioskop dan mengambilkan bekal minum yang ada didalam tasnya.

“Minumlah” perintah yuri dan jessica menurutinya.

Hiks hiks

Tangisnya kembali terdengar membuat yuri merasa bersalah entah mengapa. Walau bukan dirinya yang mengajaknya menonton film horror itu. ia bawa tubuh jessica untuk dipeluk dan didekapnya membuat jessica membulatkan matanya.

“Gwaenchana.. gwaenchana. Ada aku disini, tak ada yang perlu kau khawatirkan” yuri menepuk pelan punggung jessica.

“Yul” lirihnya.

“Gwaenchana”

Nyaman. Tenang.

Itulah yang jessica rasakan sekarang saat berada dalam pelukan sahabatnya itu. dan yang pasti adalah ia kembali merasakan jantungnya yang berdegub kencang. Tak ingin membuang kesempatan yang membuatnya nyaman ini, ia pejamkan matanya menikmati tepukan pelan dan elusan dipunggungnya. Ia bawa tangannya untuk melingkar dipinggang sahabatnya itu. tak peduli berapa banyak pengunjung yang memperhatikan mereka dengan tatapan aneh.

.

.

“Merasa lebih baik?” tanya yuri.

“Eoh, berkat kau dan juga soju” jessica mengangkat gelas soju sambil tersenyum.

Setelah kejadian dibioskop mereka memutuskan untuk pergi minum bersama.

“kita tidak bisa minum terlalu banyak, atau kita takkan bisa pulang”

“aku akan menghubungi driver sewaan, jangan khawatir” ujar jessica.

“Baiklah, kalau begitu ayo main permainan. Yang kalah harus minum soju 1 gelas besar ini” tawar yuri.

“Ide yang bagus” smirk jessica.

“Baiklah ayo kita mulai!” ujar yuri.

1 jam kemudian….

Brak!

Terdengar suara benturan.

“ya’ kau tidak bisa tidur sekarang. Kita belum selesai” ujar yuri saat melihat kepala jessica kini sudah bersandar pada meja.

“Ya’”

“……………………….”

“Aishh dasar putri tidur” ketus yuri kesal.

Ia bawa handphonenya dan menghubungi driver sewaan. Hingga tak lama driver itu datang dan membawa yuri dan jessica masuk kedalam mobil milik yuri.

“Nona kemana aku bisa mengantarmu?” tanya driver itu.

“…………………”

“Nona?” driver itu membangunkan yuri yang setengah sadar.

“…………………”

Hahh~ kalau begitu saya akan mengantar anda ke hotel terdekat” ujar driver itu walau ia tahu ucapannya takkan terdengar oleh dua gadis yang sudah mabuk besar itu.

.

.

Suara dering telepon menyadarkan seseorang yang sedang berjalan sendirian dimalam hari ini. ia tersenyum saat melihat nama seseorang dilayar phonenya, lalu ia angkat.

“Eoh, belum tidur?”

Ne, aku tidak bisa tidur’ ujar seseorang diseberang sana.

“Wae? Neo appo?”

Eoh, kepalaku bahkan rasanya ingin meledak karena seseorang yang sedang berbicara denganku ini selalu muncul dan berlari-lari dikepalaku. Aku merindukanmu tae

“Mwoya? Kau sepertinya lebih sering menggombal sekarang. Are you okay?”

Ya’ kau pikir aku gila?

“Aniya, tentu saja tidak. Aku juga merindukamu pany pany tippany”

Kalau begitu datanglah ke apartemenku dan temui aku disini. aku sendiri disini, Jessie belum pulang sampai sekarang. Aku takut

“Tidak akan ada apa-apa. Apartemen milikmu itu benar-benar memiliki penjagaan yang luar biasa”

Aishh dasar kiddo’ kesal tiffany.

“Ahaaha kau harus tidur sekarang pan-“ ucapannya terhenti saat matanya melihat sosok yang sangat tidak asing baginya dengan berdiri didekat pintu rumahnya.

Sosok itu menegakkan dirinya yang sedang bersandar didinding saat melihat taeyeon yang berdiri 11 meter darinya.

“Pany-ah mianhae aku rasa aku harus menutup teleponnya” ujar taeyeon lalu menutup teleponnya tanpa mendengar persetujuan atau ucapan dari tiffany.

Ia berjalan mendekat dan terdiam saat sosok itu kini berada dihadapannya.

“Ada apa oppa kemari malam-malam begini?”

“Ada yang ingin kukatakan padamu”

“Apa harus semalam ini? kau bisa memberitahukannya padaku besok” ujar taeyeon lalu berjalan melaluinya. Ia bawa kunci rumah dalam tasnya dan membuka kunci pintu rumahnya.

Krek

“Karena ini penting. Aku harus menyampaikannya padamu sekarang juga dan kurasa kau akan berterimakasih padaku nanti”

Taeyeon membalikkan tubuhnya dan terdiam menatap siwon yang juga menatapnya.

“Masuklah”

.

.

“Disini kamarnya” ujar pelayan hotel pada driver yang sedang membawa jessica masuk ke kamar hotel sedangkan ia membawa yuri.

Ia baringkan yuri begitupun juga jessica diranjang king size hotel itu dan tak lama merekapun keluar dari kamar itu meninggalkan kedua yeoja yang sudah diambang mabuk itu.

Huekk” yuri terbangun dengan cepat dan berlari menuju toilet saat merasakan rasa mual yang tak bisa ia tahan lagi.

Huekk

Jessica yang mendengar suara itu terbangun dan mengerutkan keningnya saat mellihat yuri kini berjalan sempoyongan kearahnya dan membaringkan kembali dirinya disamping jessica sambil memasang wajah kesakitan.

Dengan penuh paksaan jessica bangun walaupun pandangannya mengabur dan juga berputar. Ia edarkan kepalanya dan menemukan dua gelas air putih yang mungkin disediakan pelayan hotel.

“Yul bangunlah, kau harus minum air putih” ujar jessica dengan nada penuh mabuk.

“Emmm~”

“Palli” ia bantu yuri untuk bangun dengan lemas, ia bawa air itu dan memberikannya pada yuri. Yuri menerimanya dan meminumnya.

Uhukk uhukk

Jessica menepuk-nepuk pelan punggung yuri membuat wajah mereka dekat tanpa mereka sadari.

Yuri yang menyadari itu kini menjadi terdiam, seketika batuknya hilang. Ia hanya diam menatap jessica yang begitu dekat dengannya sambil memejamkan matanya karena karena pusing yang melandanya dan juga keadaannya yang sedang diambang mabuk seperti dirinya.

Entah apa yang yuri pikirkan dan entah perintah dari mana, ia mendekatkan wajahnya dan-

Chuu~

“……………………..”

“……………………..”

Terkejut.

Jessica membuka matanya dan sedikit membelalak saat merasakan sesuatu yang begitu lembut menyentuh bibirnya beberapa detik.

“Y-yul-“

Chuu~

Yuri kembali mempertemukan bibir mereka sambil menekan leher jessica untuk memperdalam ciuman mereka. Ia lumat bibir sahabatnya itu penuh kelembutan namun dengan tempo yang sedikit cepat.

Jessica mencengkeram pakaian dipundak yuri dan ikut membalas lumatan itu saat merasakan dirinya dan hatinya juga menginginkan itu.

.

.

“Aku tidak punya minuman apapun selain ini” ujar taeyeon sambil memberikan satu gelas air putih.

“Gomawo, lagipula aku memang tak menginginkan sesuatu”

“Ini sudah malam dan karena aku tidak ingin membuang-buang waktumu dan waktuku yang berharga jadi katakan saja intinya. Apa yang ingin kau katakan oppa?”

“Aku dengar kau kehilangan appa dan eommamu karena sebuah inseden. Aku turut berduka atas kematian kedua orang tuamu, pasti sulit menjalani kehidupan sendiri tanpa mereka. Kau melanjutkan hidupmu dengan sangat baik, orang tuamu pasti bangga melihatmu”

“Sebenarnya apa yang ingin kau sampaikan? Aku tak butuh rasa ibamu”

“Aku dengar karena insiden itu kau kehilangan adikmu, apa kau masih ingin mencarinya? Kau masih mencarinya?”

“Aniya, aku tidak ingin mencarinya. Jika kami memang ditakdirkan untuk kembali bertemu maka kami akan bertemu lagi suatu saat nanti walau aku tidak tahu kapan itu terjadi”

“Jika aku mengatakan aku menemukan adikmu, apa yang akan kau lakukan?”

“Mwo?”

“Aku menemukannya. Adikmu Kim Miyoung”

“Kau .. kau bilang apa? M-menemukannya? Eodiga, dimana dia?” taeyeon membelalak menegakkan tubuhnya sambil sedikit memajukan tubuhnya kedepan.

Ia bisa merasakan jantungnya yang berdegub kencang, keringat dingin dan panas ia rasakan. Bahkan matanya kini mulai terasa panas, air matanya hampir keluar mendengar kabar ini. ia terlalu bahagia sampai rasanya dirinya terguncang dengan kabar ini. ia ingin segera berlari kearah adiknya itu, memeluknya dan menangis dipelukan sang adik menceritakan bagaimana dirinya sulit hidup tanpa eomma dan appanya dan juga dirinya.

“Dia ada didekatmu selama ini. Kau dan dia sangat dekat. Bagaimana bisa kau tidak mengenalnya taeyeon”

Kini taeyeon mengerutkan keningnya. Ia tak mengerti maksud dari siwon. Didekatnya? Nugu?

“Dan kini kau menjalin hubungan dengannya taeyeon, dengan adikmu”

Deg

Taeyeon POV

Deg

Aku? dengannya?

Seolma..

Aniya, maldo andwae. Aku sudah mencaritahu tentangnya, itu tidak mungkin. Bukankah dia bilang sendiri saat itu..

“Kau pasti berfikiran sama denganku. Dia adalah tiffany, dia adalah adikmu kim taeyeon-ssi”

“………………….”

Hening.

“Ahahahahhaahaha” seketika dengan refleks aku tertawa dan kulihat dia mengerutkan keningnya.

Ini benar-benar terdengar sangat lucu bagiku.

Tippany .. adalah miyoung?

“Menurutmu ini lucu?” tanyanya.

“Ne ahaha” jawabku dan kembali tertawa. Hingga tak lama tawaku terhenti dan kuberikan tatapan dinginku padanya.

“Lelucon oppa benar-benar berhasil. Aku hampir saja tertipu”

“Aku tidak sedang melucu taeyeon-ssi”

“Kau bilang tippany adalah adikku? Wae? Mengapa kau tiba-tiba mengatakan ini? seharusnya kau memberitahuku lebih awal bukan, mengapa baru sekarang?”

“Taeyeon-ssi itu karena-“

“Kau melakukan ini agar hubunganku dan tippany hancur. Kau pikir aku akan percaya begitu saja padamu? Kau tidak menyukaiku, lalu mengapa kau membantuku seperti ini? kau mencari tahu latar belakangku dan memanfaatkan keadaan ini bukan?”

“Geumanhaeyo oppa, aku takkan termakan tipuan rendahanmu itu” lanjutku padanya.

“DUA PULUH TAHUN LALU- dua puluh tahun lalu aku kehilangan eomma”

“Eomma meninggal saat melahirkan tiffany. Saat itu appa sangat terpuruk bahkan sampai ingin mengakhiri hidupnya. Saat appa hampir menggantungkan dirinya ia mendengar suara tangis miyoung, dan saat itulah appa sadar bahwa dia tak bisa mati begitu saja. Ada malaikat kecil yang membutuhkannya. Eomma menitipkan baby kecil pada appa, karena itu appa sangat memanjakan tiffany, appa sangat menyayanginya melebihi siapapun bahkan aku terkadang merasa iri”

Taeyeon hanya diam mendengarkan setiap apa yang siwon ceritakan. Taeyeon melihat ada perasaan sakit dari mata itu saat menceritakan masa lalu keluarganya.

“Tiffany sampai akhir hidupnya tidak tahu bagaimana eomma meninggalkan kami semua, jika dia tahu tentu dia akan sangat sedih dan menyalahkan dirinya bahwa ialah yang membunuh eommanya sendiri”

“…………………………”

“Hingga 5 tahun sudah berlalu dan kami hidup dengan bahagia bertiga hingga sebuah kecelakaan mobil beruntun merenggut nyawa tiffany sedangkan appa terluka dibagian kepalanya”

“Kau pasti tahu kemana arah pembicaraan ini. appa terpuruk kembali dan menyalahkan dirinya karena tak becus menjaga tiffany hingga kami harus kehilangannya-“ ia menghentikkan ucapannya sejenak dan menatapku penuh kebenaran, aku tidak suka tatapan itu.

“Hingga suatu malam kami tak mengaja menabrak seorang gadis kecil berumur 5 tahun dicuaca hujan besar, petir nan gelap. appa membawanya kerumah sakit dan mendapati ada kerusakan dalam ingatan gadis itu, appa seperti melihat sosok tiffany dalam dirinya dan akhirnya semua berlanjut. Gadis itu meneruskan hidup adikku, tiffany”

“Pergilah” ujarku menahan tangis.

Aku tak ingin menangis, aku tak bisa menangis dan termakan omongannya. Dia hanyalah seorang pembohong yang menginginkan hubunganmu berakhir dengan tippany agar dia bisa mendapatkannya. Dia adalah pria licik.

“Aku tak ingin mendengarnya lagi. Pulanglah oppa”

“Taeyeon-“

“Kau pikir aku akan percaya? Aku tidak bisa mempercayainya begitu saja. Terutama jika semua itu kaluar dari mulutmu yang sangat menginginkan tippany ‘Kekasihku’” ujarku menekankan kata kekasihku.

“Kalau begitu buktikan olehmu jika perkataanku ini adalah sebuah kebenaran” ia mengeluarkan secarik kertas dan menuliskan sesuatu disana. Ia berikan kepadaku yang hanya menatap kertas itu dengan pandangan kosong.

“Datang dan lihatlah”

“Kau seharusnya senang karena kau akhirnya dipertemukan kembali dengan adikmu, satu-satunya keluarga yang kau miliki sekarang. Tapi kau terlihat seperti sebaliknya, tidak senang?”

Kukepalkan tanganku emahan emosi yang sedang kurasakan padanya, pada ucapannya dan sikapnya. Kutatap ia dengan pandangan emosi. Ia berdiri dan memandangku dengan pandangan remeh.

“Setidaknya hubunganku lebih baik dengannya, kau sangat menjijikkan taeyeon. menyukai adikmu bahkan mempunyai hubungan lebih dari sekedar-“

Bugg!

Ia tersungkur karena pukulan kerasku, aku tak bisa menahannya. Ia benar-benar membuat emosiku naik dan tidak bisa tertahankan.

“Neo! Aku tidak akan pernah percaya padamu. Miyoung sudah mati!”

“MIYOUNG..”

“SUDAH”

“MATI!”

“Cihh dasar kau makhluk terkutuk, kau sekarang terlihat lebih rendah dari hewan. Buka matamu dan perhatikan tiffany dengan baik”

Setelah mengatakan itu ia bangkit dan melangkah pergi dari rumahku, meninggalkanku sendiri disini dengan emosi yang begitu campur aduk.

Miyoung.. dia tidak mungkin tiffany.

Aniya! Itu tidak benar!

“Arrgghht!!!”

***

Sabtu, 7 Juni 2014

Cuitt cuitt

“Ehmm~” erang seorang yeoja tanned saat mendapati wajahnya yang terkena sinar mahari pagi. Itu benar-benar mengganggu tidurnya yang indah.

Perlahan ia buka matanya dan ia mengerutkan keningnya saat melihat ruangan yang tidak ia kenal sama sekali.

Dimana ini?’ pikirnya.

Perlahan ia bangkit duduk dan mengerang sakit saat tiba-tiba ia merasakan cenut yang luar biasa dikepalanya karena efek mabuk semalam, ia juga merasa mual. Ia duduk dipinggiran ranjang dan mengambil satu gelas air yang masih terisi penuh dan meminumnya.

Deg

Ia hentikan aktifitas minumnya saat merasakan sesuatu yang mengganjal dalam dirinya.

Yuri POV

Perlahan kuturunkan pandanganku dan seketika mataku membesar saat mendapati diriku yang kini tak memakai pakaian sehelai benangpun. Dengan gerakan cepat kututupi diriku dengan selimut yang ada diranjang.

“Sica?” panggilku lirih penuh tanya saat melihat sorang yeoja sedang tidur membelakangiku tanpa sehelai pakaian seperti diriku dan hanya mengenakan selimut untuk menutupi tubuhnya.

Punggungnya benar-benar putih dan mulus membuat yang melihat rasanya ingin menyentuh dan mengecupnya.

Tunggu-

Apa yang baru saja aku pikirkan?!

Tunggu-

Tapi mengapa kami bisa tidak berpakaian seperti ini?

DEG!

Mataku kini melebar bukan main saat bayangan-bayangan semalam kini mulai muncul dalam kepalaku. Perlahan aku menutup mulutku agar tidak berteriak mengingat kejadian itu, aku dan dia…

Maldo andwae..

“Ehmm~”

Author POV

Seketika tubuh yuri membeku saat melihat jessica yang mulai sadar dari tidurnya. Gadis itu mulai membuka matanya dan mengerutkan keningnya saat merasakan mual. Dengan segera ia bangkit bangun berniat untuk pergi kedalam toilet untuk mengeluarkan apa yang perutnya ingin keluarkan.

Saat ia akan berdiri ia merasakan nyeri diarea bawah sensitivenya dan-

Deg

Perlahan ia membelalakan matanya dan menatap yuri yang juga terdiam sambil melebarkan kedua matanya.

“S-sica”

Flashback

Chuu~

Yuri kembali mempertemukan bibir mereka sambil menekan leher jessica untuk memperdalam ciuman mereka. Ia lumat bibir sahabatnya itu penuh kelembutan namun dengan tempo yang sedikit cepat.

Jessica mencengkeram pakaian dipundak yuri dan ikut membalas lumatan itu saat merasakan dirinya dan hatinya juga menginginkan itu.

Yuri mengecup dan kembali melumat, ia lakukan itu beberapa kali sambil membawa tubuh jessica semakin mendekat dengannya. Jessica yang menikmati itu kini melingkarkan tangannya dileher yuri.

Ciuman kini yuri layangkan keleher jenjang jessica membuat jessica mendesah nikmat saat yuri mengecup dan menghisap lehernya dengan begitu menggoda.

“Ehhmm yul~”

Mendengar namanya membuat yuri semakin bersemangat dan menginginkan hal yang lebih. Ia buka pakaian jessica dan ia lepaskan bibirnya dari leher jessica sejenak saat membuka pakaian jessica dan kembali melumat bibir sahabatnya itu sambil membuka branya beserta underwearnya. Dengan penuh nafsu ia buka pakaiannya sendiri dan kembali mencium jessica yang begitu menggoda dimatanya.

Ia layangkan kecupan-kecupan mulai dari rahang lalu turun keleher, kedada hingga ke boobs milik jessica sambil menidurkannya. Ia kulum dan hisap nipple milik sahabatnya itu membuat jessica mendesah penuh kenikmatan. Tak lupa ia remas boobs sebelahnya.

“Ahhh yul-ahh~”

“Ahhh hehm~”

“AKH!” ringisnya disela-sela ia sedang menikmati sentuhan yuri dan desahannya. Ia merasakan sesuatu yang masuk kedalam miss v-nya.

Flashback End

Perlahan bulir-bulir benih muncul dari mata cantik milik jessica mengingat kejadian itu. ia tak pernah menyangka kehormatannya akan terambil dengan cara seperti ini, mabuk dan bahkan dengan sahabat dekatnya sendiri.

Hiks-“

Ia cengkeram erat selimut yang sedang menutupi tubuhnya. Dan menutup mulutnya untuk menahan tangis yang ingin ia keluarkan.

Yuri yang melihat itu benar-benar merasa bersalah, ia sudah mengotori sahabatnya bahkan merenggut kehormatan sahabatnya sendiri. perlahan dan hati-hati ia mendekat kearah jessica yang sedang menutup wajahnya yang sedang menangis dengan sebelah tangannya.

“Sica aku..”

“Maafkan aku” lanjut yuri.

Hiks-hiks

“Sica” ia bawa tangan jessica yang sedang menutupi wajahnya dan mengelusnya meminta perhatian sahabatnya.

“Maafkan aku.. aku akan bertanggung jawab” ujar yuri berkata dengan lembut.

hiks.. hh-hiks” air matanya semakin keluar.

Dengan segera yuri memeluk jessica membawanya untuk ia dekap. Dan saat itu juga tangis jessica kini semakin menjadi.

.

.

.

.

Tbc

Author back readers!!😆 rindurindurindu?? Kekekeke

Yang pengen yulsic moment tuh author udha kasih yoo.. Kekeke dan authir juga kasih flashback kejadian keluarga tae dibantai.

Maaf ya author baru nongol lagi kaya jamur, sibuk dan juga sedang dilanca cinta jadi beginilah kekekek..✌😆

Mudah2an kalian gak bosen dengan ff author ya, yg lupa alur baca ulang lagi aja. Emm, jangan lupa koment kalian agar author tau respon dr ff ini seperti apa, apa pantas dilanjut atau tidak. Oh kalau kalian suka ff ini boleh di like juga 😆😉

Udah ah cuap2nya.. Author mau bobo cantik setelah gadang selesain ni ff kekeke. See you next time my readers 👋😉


138 thoughts on “Circle [Chapter 11]

  1. Kisah taeny makin rumit aja.. Masa iya tae pcran ma adeknya. Jgn2 bukan adek bnran…
    Ehh yulsic udh main enak aja😁😁😁

    Like

  2. Nah apa gw bilang. YulSic kena karma kan😂 NC’an lagi. Parah🙄
    Kesian, pas baca flashback kejadian pembunuhan keluarganya Taetae.
    Untungnya Taetae masih bertahan hidup.

    Fany-Fany. Agresif sekali🙄
    Ya pastilah Taetae yg byun itu suka.

    Like

  3. Semua trkuak..bagaimana ni pa berarti memang benar tiffany adalah miyoung 😢 knp ku berharap mereka ga saudaraan biar tetap saling mencintai menjalin kasih.😭

    Wohooo thor ni kado istimewa nyavya thor..di chapter sebelum nya ni couple uda cyduk taeny mesraan dan 😅 trjadi skrg ehem..ehem akibat lepas kendali nihh yulsic melakukan lebih dr yg taeny ..keadaan aja yg situasi y salah cinta mereka ku rasa murni thor memang uda ada benih benih cinta

    Mantap yulsic berakhir jadian kn..hayo tanggung jwb nohh yul

    Like

  4. Bagian awalny serem, thor.. Dapet feelnya..

    Dan g nyangka juga dichapter ini taeyeon udh tau kebeneran ttg adiknya mengingat msh ada bbrapa chapter lagi. Jd makin penasaran baca yg lainnya..

    Thx yah, cerita seru..

    Like

  5. Hai thor aku muncul lagi ke permukaan ni hehehe.. karna lama udah buka wp jadi harus baca lagi chapter yg sebelum-sebelumnya. Karna ya rada pelupa mah aku orangnya thor hehe..

    Like

Leave a comment