Circle [Chapter 13]

Main cast : Kim Taeyeon, Tiffany Hwang, Kwon Yuri, Jessica Jung
Sub Cast : Choi siwon (as siwon hwang), Choi Sooyoung, Lee Sunny, Im Yoona, Seo Ju Hyun
Genre : Yuri, Drama, Sad, Chaptered
Rated : 18+
Author : Lean G.G

WARNING!!

The gendre is Yuri if you don’t like it go away and don’t copy paste or Bashing. Typo’s everywhere, please comment. Reading enjoy ^^

***

Jum’at, 13 juni 2014

Author POV

Seorang wanita terbaring dengan lemas diranjangnya. Bahkan untuk bangkit dudukpun ia merasa tak sanggup, ia hanya bisa berbaring seperti ini dengan pikiran yang entah kemana.

Sejak hari itu ia tak bisa makan dengan baik, tak bisa berfikir dengan jernih dan tenang, ia juga tak bisa terlelap bahkan hingga saat ini. Yang bisa ia lakukan adalah berbaring sambil membuka matanya dengan pikiran kosong yang diselingi dengan air mata yang tiba-tiba menetes begitu saja.

Flashback

“M-miyoung” lirihnya saat melihat satu dari tiga orang dalam figura itu.

Seketika tangannya bergetar bahkan seluruh tubuhnya, matanya memanas, dan jantungnya berdegub dengan sangat kencang seolah ia merasa bahwa tak lama lagi jantugnya akan berhenti dan membawanya mati.

Dalam figura itu terdapat dua orang gadis kecil dan seorang pria yang usianya lebih tua beberapa tahun dari mereka. Pria itu itu tertawa sambil mendekap gadis yang melingkarkan tangannya pada pria itu sementara gadis yang lain terlihat cemberut sambil menarik ujung pakaian pria itu.

“Hah-M-miyoung” lirihnya yang kini meneteskan air matanya hingga menetes tepat difigura itu.

Ia elus foto gadis yang sedang cemberut itu dengan wajah yang sulit diartikan. Senang, sedih, terkejut dan juga penuh tanya. Baginya ini sulit untuk dipercaya, gadis itu .. Gadis yang selama ini ia cari ternyata ada didekatnya bahkan-

“Maldo andwae” ucapnya kembali meneteskan air matanya sambil menutup mulutnya tak percaya.

“Tae”

Deg!

Dengan gerakan cepat ia hapus air matanya dan menyimpan kembali figura itu lalu berbalik. Matanya membelalak saat melihat siwon yang berada disamping tiffany. Siwon melihat figura yang berada di belakang taeyeon dan mengerti situasinya.

“O’ gwaenchana? Kau menangis? Matamu basah” ujar tiffany sambil mendekat.

“A-aa g-gwaenchana, aku .. Tiba-tiba mataku perih dan kepalaku pening” bohongnya.

“Mwo? Gwaenchana? Neomu apa?”

“Princess aku rasa taeyeon butuh istirahat, biarkan dia pulang dan oppa akan membantumu membereskan ini”

“Apa perlu aku antar tae?”

“A-aniya, aku baik-baik saja. Disini ada oppamu, kau juga harus membereskan semua ini kan?”

“Kalau begitu aku akan mengunjungimu saat semua sudah selesai”

“Ne” ujar taeyeon lalu pergi meninggalkan tempat itu.

Flashback End

Air matanya menetes begitu saja. Ia bingung sekarang. Jika sosok itu adalah adiknya yang selama ini ia cari lalu bagaimana sekarang? Bukankah itu berarti selama ini ia mengencani adiknya sendiri?

Bagaimana ini? Apa yang harus ia lakukan?

Perasaanya sudah benar-benar tumbuh untuk gadis itu, perasaannya nyata, tulus dan besar. Haruskah ia mengakhiri semuanya? Tapi, sanggupkah ia melakukan itu semua?

Ia pejamkan matanya, ia tidak ingin menangis tapi ini benar-benar menyakitkan.

Tok tok tok

“Taeyeon?”

Tok tok tok

“Tae aku mohon buka pintunya”

Tok tok tok

“Aku benar-benar mengkhawatirkan dirimu”

“Kau baik-baik saja bukan?”

Suara itu..

Air matanya semakin keluar mendengar suara itu, suaranya benar-benar menyakiti perasaannya.

“Ada apa denganmu? Kau tak mengangkat teleponku bahkan membalas pesanku. Kau juga tidak masuk kuliah dan tak membukakan pintu padaku. Aku mohon buka pintunya!” teriak tiffany dengan air mata menetes.

Ia benar-benar mengkhawatirkan kekasihnya. Sudah 3 hari ini taeyeon tidak masuk sekolah, tidak membalas pesan atau mengangkat teleponnya, ia juga tidak menyahutnya ataupun membuka pintu setiap tiffany datang kerumah taeyeon seperti sekarang ini. Tidak ada kabar tentang taeyeon, yang ia tau taeyeon sakit sejak ia berada dirumahnya. Bahkan teman-temannya kemaripun ia tetap menutup rapat pintu rumahnya.

Tok tok tok

“Tae aku benar-benar mengkhawatirkanmu, jangan buat aku mencemaskanmu seperti ini!”

“Tae aku-”

Ckrek

Pintu itu terbuka dan terlihatlah sosok itu dengan wajah pucat dengan ekspresi datarnya.

Perlahan tiffany mendekat dengan tangisnya. Dekat dekat dan dekat, lalu ia lingkarkan tangannya dan mengistirahatkan kepalanya di bahu taeyeon.

Hiks

.

.

Taeyeon hanya diam memperhatikan tiffany dari kamarnya yang sedang memasak didapur. Tidak ada perkataan yang bisa ia ungkapkan sekarang, pikirannya benar-benar kosong.

Hingga tak lama tiffany menghampiri taeyeon dengan membawa nampan berisi bubur dan air putih.

“Aku tidak tau rasanya enak atau tidak tapi aku membuatnya sesuai resep” ujar tiffany.

Tiffany mengaduk-aduk bubur itu sambil meniupnya agar cepat dingin. Begitu perhatiannya ia pada taeyeon membuat hati taeyeon selalu bergetar. Gerakan tiffany terhenti saat ia menangkap taeyeon yang memperhatikannya dengan pandangan yang aneh, asing untuknya.

“Wae? Kenapa menatapku seperti itu?” Setelah ditanya seperti itu taeyeon mengalihkan pandangannya ke bawah.

“Tae? Ada masalah?”

“……………..”

“Waegeurae? Kau terlihat aneh”

“Kau tidak mengabariku bahkan mengabaikanku yang datang kemari. Apa aku berbuat kesalahan? Tell me please, aku akan memperbaikinya” lanjut tiffany.

“Kau.. Mungkin aku yang melakukan kesalahan” lirihnya.

“Ne?” tiffany meminta taeyeon mengulangnya karena ia tak bisa mendengar apa yang taeyeon ucapkan.

“Pany-ah” panggil taeyeon.

Tiffany POV

“Pany-ah” panggilnya.

Mata kami bertemu. Tatapannya.. Tatapan yang ia berikan padaku.. Terlihat berbeda.

Itu bukan tatapan yang keteduhan yang selalu membuatku merasa nyaman dan aman. Mungkinkah..

“Haruskah kita lanjutkan hubungan ini?”

Deg

“Tae” mataku tiba-tiba memanas.

“Mengapa berbicara seperti itu? Wae gabjagi?” Dan saat itu ia hanya diam menundukkan kepalanya.

“Tae..” panggilku meminta jawabannya.

“……………”

“Taetae”

“…………….” ia masih tak merespon dan hanya menunduk.

“Taeyeon-ah”

Hiks-

Dia… Menangis?

“Tae..” kupeluk dirinya mencoba menenangkan dirinya yang tiba-tiba menangis entah karena apa.

Tapi satu hal yang aku rasakan sekarang. Perasaanku sekarang..

Aku merasa takut..

Hiks-saranghae-hiks, saranghae neomu-hiks. Aaa-eotteokhae-hiks

“Taeyeon-ah” kulepaskan pelukanku dan membawa wajahnya untuk menatapku.

Wajah yang penuh ekspresi senyuman yang mampu menghangatkan itu kini berubah, ini adalah ekspresi menyakitkan dirinya. Ya, ini ekspresi dirinya ketika ia merasa prustasi hingga ia ingin menyerah, ekspresi yang sama seperti saat ditaman bermain beberapa bulan yang lalu.

“Waegeurae, mengapa kau seperti ini? Eoh-gwaenchana?” ujarku penuh khawatir lalu menghapus air matanya.

“Saranghae-hiks” ia berkata kembali tanpa menghentikan air matanya yang terus mengalir.

“Nado saranghae tae, uljima” kuhapus kembali dan membiarkan tanganku tetap menangkup diwajahnya.

“Aaaaa eotteokhae” tangisnya semakin deras.

“Taeyeon-ah waegeurae? Kau membuatku khawatir” ucapku dengan menahan tangis. Aku tidak boleh menangis disini, yang harus aku lakukan adalah menenangkannya bukan ikut menangis bersamanya.

“Kita tak seharusnya memiliki ini pany-ah-hiks, kita hentikan saja”

Dan saat itu juga air mataku menetes. Tanganku melemas.

“Wae gabjagi? Kita sudah berjanji untuk selalu bersama, berjuang bersama” lirihku dengan air mata yang kini ikut terjatuh bersama dengan hatiku.

“………………..”

Ia hanya memalingkan wajahnya sambil menahan tangis.

“Lihat aku tae” ia mengabaikan perkataanku dan hanya diam menutup matanya.

Kubawa diriku untuk duduk dipahanya dan membawa wajahnya menatapku lalu menciumnya dengan kasar ketika ia berusaha menolak. Namun kuabaikan dan kukeluarkan seluruh tenagaku hingga ia tak bisa mengenyahkan diriku.

Ciuman kasar itu kini mulai melembut saat ia tak lagi menolak dan membalas lumatanku. Kulepaskan ciuman kami dan menciptakan jarak beberapa centi.

“Katakan jika kau mencintaiku” lirihku dengan nafas terengah-engah.

“Saranghae, manhi” ujarnya menatapku.

“Dengar taeyeon-ah, jika kau mencintaiku kau hanya perlu mencintaiku dengan tulus. Lupakan apa yang mengganjal dalam hati dan pikiranmu-” Ia memotong perkataanku dan kembali menciumku juga melumat juga menghisap.

“I want you-hh” pintanya disela ciuman kami.

“I am yours” jawabku tanpa menghentikan lumatanku.

Dan detik itu pula ia membuka seluruh pakaianku dan mulai mencumbui seluruh tubuhku dan kami kembali melakukannya.

***

Sabtu, 14 juni 2014

Taeyeon POV

Cuittt cuittt

Suara kicauan burung begitu menghiasi pagi hari ini. Mereka berkicau bergantian seolah sedang bernyanyi bersama, membuatku semakin nyenyak dalam lelapku dan tak ingin bangun.

Hufft~ mengapa kau selalu berhasil membuatku semakin mencintaimu?” terdengar sebuah suara.

Ya, tiffany.. Suara itu milik tiffany.

“Benarkah kau ini kekasihku?” kurasakan ia mendekatkan dirinya.

“Omo, lihatlah. Kau bahkan masih tetap cute walau sedang tidur”

Kurasakan sebuah sentuhan lembut mendarat didahiku lalu turun secara perlahan menyentuh hidung hingga bibirku.

“Taetae milik siapa? Tentu saja milik pany!”

Kucoba menahan tawa dan senyumku karena ucapannya. Dia benar-benar lucu, terdengar seperti anak-anak.

Kini sentuhan itu menghilang dan yang kurasakan adalah sebuah pelukan. Dia datang ke pelukanku dan menenggelamkan wajahnya ditekuk leherku membuatku merasa geli karena nafasnya.

“Aku suka harum tubuhmu” lirihnya mengeratkan pelukannya dan mengecup leherku beberapa kali.

Ahhh aku tidak tahan!

“Hei gadis mesum, ini masih pagi”

“Mwo? Mesum?! Ya!” teriaknya lalu menciptakan jarak diantara kami.

“Mesum.. Tapi aku suka” ucapku membuatnya kembali tersenyum menampakkan senyum mematikannya dan masuk kedalam dekapanku yang masih terbaring ini.

“Saranghae”

“Nado saranghae boo” balasnya.

Hening untuk beberapa saat.

“Tae..”

“Emm?”

“Kau tidak mencari adikmu lagi? Kau terlihat diam saja dan tidak melakukan apapun”

Deg!

“Adik? Haruskah?”

“Ada apa dengan jawabanmu, kau terlihat seperti tidak merindukannya”

“Dia sudah mati pany-ah”

“Taetae” ia melepaskan pelukanku dan kini menatapku dengan tatapan tak percaya.

“Mengapa berbicara seperti itu? Bukankah sebelumnya kau sangat ingin menemukannya?”

“Ani, bagiku dia sudah mati. Jadi jangan ungkit tentangnya lagi” jawabku dengan wajah poker.

Ya.. Miyoung sudah mati dan kau adalah tiffany kekasihku dan milikku.

Miyoung sudah mati bersama kedua orang tuaku.

.

.

Author POV

Tingg tongg

Ting tongg

Jessica membuka pintu apartemennya dan merekahlah senyumnya saat melihat kawan-kawannya yang berada didepan pintu sambil membawa jinjingan-jinjingan makanan dan minuman.

“Lama menunggu?” tanya yoona.

“Aniya, justru kalian datang 30 menit terlalu awal” jawab jessica.

“Jadi karena kami datang 30 menit lebih awal kau tidak ingin membiarkan kami masuk kedalam?” kini sunny mengeluarkan suara dengan wajahnya songongnya.

“Dasar kalian ini” ia terkekeh dan membiarkan semuanya masuk.

“Dimana taeyeon dan tiffany?” tanya sooyoung ketika tidak mendapatkan kedua sosok itu.

“Supermarket, dia membutuhkan sesuatu untuk masakannya” ia menjawab sambil menunjukkan berbagai masakan dimeja dengan dagunya.

“OMO!!! Daebakkk!!!” sooyoung berlari menuju meja dengan mata yang berbinar-binar.

“Ya’ menjauh dari sana!” teriak sunny lalu menarik sebelah kuping sooyoung menjauh dari meja.

“Andwae-akh appo!” rengeknya sambil mengulurkan tangannya membayangkan seolah ia meraih para makanan itu.

Klik klik klik klik
Tenonett~

Terdengar sebuah suara seseorang yang membuka sandi pintu dan terlihatlah dua sosok yang ditanyakan tadi.

“O’ kalian sudah datang? Aku bahkan belum menyelesaikan 1 masakan lagi” ujar taeyeon sambil berjalan ke arah dapur untuk melanjutkan masakannya.

“Taeng cepat selesaikan masakanmu,aku benar-benar laparrr!” teriak sooyoung seolah tak berdaya karena sunny mengunci rapat tubuh sooyoung sedangkan yoona hanya diam berusaha menahan laparnya karena ia takut menjadi korban seperti sooyoung.

“Dimana yuri?” tanya tiffany.

“Yuri unnie tidak bisa hadir, ia bilang ada acara yang harus ia hadiri” seohyun yang hanya diam kini membuka suara.

Jessica yang mendengar itu hanya diam tak bersuara. Entah apa yang sebenarnya ia rasakan tapi satu hal yang pasti bahwa ia merasa ada sesuatu yang kurang.

.

.

“Selamat datang presdir kwon, mari saya antar” ujar pelayan restoran itu dan menunjukkan jalan dimana meja yang telah mereka pesan, hingga tak lama merekapun sampai disebuah ruangan.

“Omo, maaf membuat kalian menunggu” ujar yunho.

“Aniya, kami baru saja tiba presdir kwon” jawab presdir lee.

“Lihat siapa ini, putrimu cantik sekali” ujar presdir lee saat melihat yuri.

“Ahahah benarkah? Ayo perkenalkan dirimu” suruh yunho pada putrinya.

“Annyeonghasaeyo kwon yuri imnida” ucapnya sambil membungkuk sopan.

“Aigoo-aigoo lihatlah dia je hoon-ah ahhaha” ujar presdir lee, sedangkan je hoon hanya tersenyum malu.

“Ayo silahkan duduk kami sudah memesan makan malamnya”

Keluarga kwon pun duduk tak lama kemudian makan malam datang. Merekapun memulai makan malam mereka.

“Aku dengar putrimu sangat berprestasi di kampusnya” tanya presdir lee.

“Ahaaha dia memang cerdas sepertiku bukan” jawab yunho dan dua presdir itupun tertawa.

“Dan putrimu sangat cantik seperti anda nyonya kwon” kini nyonya lee yang memuji.

“Ahaha tentu saja, itu karena dia putriku bukan” mereka kembali tertawa, namun ada satu orang yang hanya diam merasa tak nyaman berada disana.

Merasa ada yang memperhatikannya ia mengedarkan pandangan dan terlihatlah je hoon yang sedang menatapnya dengan senyuman tampannya.

Hahh~” ia menghela nafas dan mengalihkan pandangannya mencoba fokus dengan makan malamnya meski sebenarnya ia benar-benar tak berselera untuk makan.

“Je hoon-ah sepertinya kau menyukai putriku,kau terus menatapnya dan memperhatikannya?” tanya boa.

Uhukk uhukk” mendengar itu membuat yuri tersedak karena terkejut.

“Omo minumlah sayang” ujar nyonya lee begitu perhatian. Yuripun meminum air putih yang diberikan nyonya lee.

“Ne, aku sangat menyukai putri anda nyonya kwon. Dia benar-benar cantik seperti anda” ujar je hoon tiba-tiba membuat yuri menatapnya terkejut sementara yang lainnya terlihat senang.

“Je hoon memang sangat menyukai putrimu, dia selalu memintaku untuk mengenalkan putrimu dengannya ahaha” ujar presdir lee.

“Bagaimana denganmu yuri-ah?” tanya yunho.

Yuri hanya terdiam sejenak hingga akhirnya sebuah suara keluar dari mulutnya dari wajah datarnya.

“Putra anda juga tampan” jawabnya dengan berat dan mereka kembali tertawa.

.

.

“Kami pergi dulu kalau begitu, tolong jaga putriku je hoon-ssi” ujar yunho lalu masuk kedalam mobil mereka bersama istrinya kwon boa.

“Ne paman” jawabnya lalu sedikit membungkuk.

Setelah mereka pergi mobilnyapun datang dan seseorang memberikan kunci mobil itu pada je hoon. Ia berjalan dan membukakan pintu sambil menatap yuri menyuruhnya masuk dengan senyum tampannya.

Yuri POV

“Ayo masuk” ujarnya.

Aku hanya diam menatapnya. Melihatnya membuatku semakin sakit. Setelah seseorang yang sangat aku sayangi menyuruhku pergi dan sekarang aku merasa kalau aku sedang diperjual belikan oleh keluargaku sendiri. Kulangkahkan kakiku dan berjalan melewatinya bersama mobil mewah itu.

“Tunggu, eodiga?” tanya sambil menggenggam tanganku.

“Aku tidak pernah menyetujui bahwa aku bersedia pulang bersamamu je hoon-ssi”

“Tapi ini sudah malam, tidak baik seorang wanita berkeluyuran di malam hari”

“Geogjeong masaeyo aku bisa menjaga diriku sendiri” jawabku dan kembali berjalan.

“Tunggu, biarkan aku mengantarmu aku mohon” ia kembali menahanku.

“Geojyeo” ucapku sambil menatap tangannya yang menggenggamku.

Author POV

“Ne?”

“Enyahlah dari pandanganku” ujar yuri menatap je hoon dengan dingin lalu mengenyahkan tangan itu.

Sementara je hoon hanya diam tak percaya dengan sikap yuri yang kasar. Ia hanya bisa melihat punggung yuri yang berjalan menjauh dengan tatapan kekecewaan.

.

.

Tok tok tok

“Taeng”

Taeyeon yang mendengar seseorang memanggil namanyapun membukakan pintu rumahnya, senyumnya merekah melihat siapa yang datang.

“Merindukanku kawan?” taeyeon tersenyum.

Ia hanya mengangkat bahunya lalu mengangkat kantung yang berisikan soju.

.

.

Yuri menuangkan soju kedalam gelas kosong miliknya lalu menuangkan sprite pada gelas milik taeyeon.

“Kau tidak hadir diacara kita, kau benar-benar sibuk eoh?” tanya taeyeon.

“Ne. Sejujurnya aku ingin datang. Tapi ada sesuatu hal yang membuatku tidak bisa hadir. Mungkin kedepannya akan seperti itu juga”

Ya, siapa yang tidak ingin berkumpul dengan teman-teman? Berbincang, bercanda, bermain, makan dan minum bersama. Tapi ia tidak bisa hadir karena seseorang yang menginginkan dirinya enyah. Sahabat yang sangat ia sayangi seperti ia menyayangi sosok didepannya ini.

“Kau akan mulai sibuk dengan perusahaan? Karena itu kau berbicara seperti itu, benar bukan?”

“Sibuk karena perusahaan? Mungkin kata yang tepat adalah sibuk menjual diriku pada orang-orang yang bisa memberikan keuntungan besar bagi perusahaan” yuri berbicara sambil terkekeh lalu meneguk minumannya dengan oneshoot.

“Hei apa yang kau bicarakan?”

“Wae? Itu memang kenyataan”

“Yul-”

“Appaku sudah beberapa kali mencoba menjodohkanku dengan anak dari perusahan besar lain, kau tau apa yang appaku katakan?”

“Perjodohan ini akan sangat menguntungkan perusahaan yul. Dia juga mengatakan ini ‘Kwon Yunho terdahulu telah mati sejak lama, sekarang yang ada hanyalah kwon yunho yang kuat dan bisa melakukan apapun yang aku mau, jadi jangan macam-macam dan turuti saja apa yang appa perintahkan’ daebak” lanjutnya kembali terkekeh dan meneguk minumannya.

“Dan tadi aku baru saja makan malam bersama keluarga presdir lee. Semua yang mereka obrolkan itu terdengar seperti negosiasi perjual belian diriku, benar-benar lucu” ia kembali menenguk minumannya.

“Neo.. Gwaenchana?” taeyeon benar-benar mengkhawatirkan sahabatnya sekarang. Yuri pasti merasa buruk sekarang.

“Apa aku terlihat baik-baik saja?” yuri malah balik bertanya namun tetap menampakkan senyumnya.

“Kau bilang appamu mengatakan bahwa kwon yunho terdahulu telah mati? Apa maksudnya itu?” tanya taeyeon penasaran.

“Itu.. Sebenarnya keluargaku dulu tidak sekaya sekarang. Pernikahan appa dan eomma tidak pernah disetujui oleh kakek dari pihak eomma karena appaku bukan dari keluarga kaya seperti eomma. Kakek mengusir appa dan eomma, tapi sesuatu terjadi hingga appa menjadi penerus kwon corp. Sebenarnya aku tidak tahu lebih banyak. Hanya saja setelah appa menduduki posisi itu dia berubah” yuri bercerita sambil membayangkan masa lalu bahagianya bersama keluarganya dimasa lalu.

Flashback

“Appa pulang!”

“Huaaa appa!!!” seorang gadis kecil berusia lima tahun berlari menghampiri sang appa.

“Omo, anak appa sudah mandi hem?” tanyanya sambil mencium putrinya yang sedang ia gendong.

“Tentu saja. Supaya wangi saat appa mencium yui” ujarnya dengan suara cadelnya.

“Ahahha anak appa yang sangat pintar” ia mencium putrinya sampai yuri tertawa karena merasa geli.

“Yeobo kau sudah pulang?” boa menghampiri suaminya dan saling memberikan kecupan-kecupan.

Yunho menurunkan putrinya dan duduk bersama istri dan putrinya diruang tengah yang tidak besar.

“Lihatlah apa yang appa bawa” ia mengeluarkan 2 buah mangkuk jajjangmyeon.

“Jajjangmyeon!!!” riang yuri. Itu adalah salah satu makanan kesukaannya bersama sang appa.

“Ayo makan selagi hangat” yunho membukakan plastik mangkuk itu dan memberikannya pada yuri.

Tanpa buang-buang waktu ia segera melahap jajjangmyeon itu dengan lahap seolah merasa akan ada yang merebut makanan dari syurga itu. Tapi aksi lahapnya ia hentikan saat melihat hanya ada dua mangkuk disana.

“Kenapa hanya ada dua?” tanya yuri.

“Appa sudah makan bersama teman-teman” jawabnya.

Gruwukk

Dan disana yuri dan istrinya tau bahwa yunho sedang berbohong sekarang. Sementara yunho kini merasakan wajahnya yang memanas karena malu.

Yuri berdiri sambil membawa mangkuk jajjangmyeon itu lalu duduk dipangkuan sang appa. Membuat kedua orang tuanya kebingungan.

“Ayo makan belsama, aaa~” ujar yuri lalu menyodorkan jajjangmyeon itu bermaksud menyuapi sang appa.

Dan sikap putrinya itu benar-benar membuat kedua orang tuanya terharu. Tidak hanya cantik, pintar tapi ia juga peduli dan perhatian. Gadis kecil itu tidak pernah mengeluh dan tidak pernah memaksa jika appa dan eommanya tidak memiliki uang saat ia ingin jajan. Benar-benar anak yang baik.

Yunho tersenyum haru pada putrinya lalu menerima suapan dari putrinya.

Flashback end

“Meski kami tidak punya uang tapi kami bahagia. Uang mengubah segalanya” yuri terkekeh lalu kembali meneguk soju itu sampai habis.

Taeyeon hanya diam menyimak cerita yuri dengan baik. Ia sangat tahu perasaan yuri sekarang, ia juga mengalami hal yg sama. Merindukan bahagianya keluarganya saat dulu.

“Taeng mengapa sepertinya masalah-masalah datang hanya menghampiri kita saja? Tidakkah kau merasakan itu?”

Taeyeon terdiam mendengar ucapan yuri. Yuri benar, ia memang merasa seperti itu. Mengapa orang-orang diluar sana terlihat seperti tidak memiliki beban atau masalah? Tapi sekarang lihatlah dirinya.

Ditinggal kedua orang tuanya disertai dengan kejadian tembak dan bunuh, ia juga kehilangan adik satu-satunya. Ia hidup dengan berat seorang diri hingga akhirnya ia menemukan cintanya yang ternyata adalah adiknya(?)

Taeyeon terkekeh sejenak lalu meminum gelas soju yang baru saja yuri tuangkan dengan sekali teguk. Ia merasa seperti dunia sedang mempermainkannya. Benar-benar lucu.

Khhhh-benar-benar pahit, seperti kehidupan yang kejam ini bukan?” ujar taeyeon. Ia menuangkan kembali kedua gelas kosong itu dengan soju.

Mereka kembali meneguk soju itu sambil bercerita dengan cerita-cerita lucu mencoba mengalihkan rasa sedih mereka saat ini.

***

Minggu, 15 juni 2014

Taeyeon dan yuri keluar dari rumah taeyeon sambil tertawa. Namun tawa mereka berhenti saat melihat sebuah mobil bersama pemiliknya yang sedang berdiri didekat sana. Hingga mereka memutuskan untuk menghampiri sosok itu.

“Annyeonghasaeyo” yuri menyapa.

“Kita perlu bicara” ujar siwon to the point pada taeyeon, sedangkan yuri hanya diam tak mengerti.

“Mianhae tapi aku sibuk sekarang” balas taeyeon dingin lalu kembali melanjutkan perjalanan asalnya bersama yuri.

“Aku tahu kau sudah mengetahuinya. Tiffany” pancing siwon membuat taeyeon dan juga yuri menghentikan langkahnya.

“Kau bisa pergi lebih dulu yul” ucap taeyeon.

“Gwaenchana?”

“Eoh”

Setelah itu yuri kembali melanjutkan perjalanannya, sementara taeyeon ia membalikkan tubuhnya menghadap siwon yang sedang tersenyum menjijikan.

.

.

“Katakan apa ada karena aku benar-benar sibuk” taeyeon berkata dengan dingin.

“Berpisahlah dengan tiffany”

“Mengapa harus?”

Dengan emosi siwon menarik kerah taeyeon dengan kasar membuat taeyeon meringis.

“Brengsek kau! Kau sudah tau siapa tiffany sebenarnya bukan?”

“Tentu saja aku tau. Dia adalah ‘KEKASIHKU'” ujar taeyeon penuh penekanan pada kata kekasih lalu mengenyahkan tangan siwon.

Ia benarkan kembali pakaian yang kusut karena prilaku siwon lalu menatap siwon dengan wajah pokernya.

“Jika kau kemari hanya untuk membicarakan hal yang tak berbobot seperti itu sebaiknya jangan katakan dan enyahlah dari pandanganku. Kau pikir aku akan percaya ucapanmu? Ani, bagiku kau hanya seekor ulat yang berusaha menghancurkan tanaman-tanaman yang telah aku jaga, jadi jangan biarkan aku mengeluarkan obat pembasmi hama untuk mengenyahkanmu” taeyeon bangkit dari duduknya dan membukakan pintu rumahnya.

“Jika tak ada yang ingin kau katakan kau bisa pergi karena pintu rumahku sudah terbuka lebar”

Dengan perlahan ia coba tenangkan dirinya agar tak termakan emosi akibat ucapan-ucapan taeyeon. Ia bangkit dan menatap taeyeon.

“Ka sudah melihat foto tiffany saat kecil bukan? Bukankah itu miyoung? Kau gila? Kau mau melanjutkan hubunganmu dengannya padahal kau memiliki status keluarga dengannya? Kaupikir jika tiffany tau apa yang akan terjadi hah?”

“Kau mengancamku?” taeyeon terkekeh.

“Ya’ sadarlah kau pikir hwang ajusshi akan membiarkanmu begitu saja?” lanjut taeyeon membuat siwon membelalak.

‘Bagaimana bisa dia tahu tentang itu?’ pikir siwon.

“Sebelum kau mengatakan itu aku rasa hwang ajusshi akan membunuhmu, jadi berfikirlah sebelum bertindak”

Bugg!

Taeyeon tersungkur. Ia meringis saat merasakan sakit dibagian sudut bibirnya. Siwon menarik paksa taeyeon bangun dan mendorongnya ketembok membuat taeyeon kembali meringis yang kedua kalinya.

“Kau, akan kubunuh kau!” teriak siwon lalu kembali memukulnya di bagian wajah dan juga perut.

Bug!

Bug!

“Taeyeon!”

Seseorang datang dan mencoba memisahkan taeyeon dengan siwon. Siwon membelalak ketika melihat siapa yang mencoba melindungi taeyeon.

Plakk!

“Apa yang sebenarnya oppa lakukan padanya!”

“T-tiffa-ny” siwon terkejut. Dan ia lebih terkejut lagi dengan tamparan yang tiffany layangkan padanya.

“Tae gwaenchana?” tiffany menangkupkan kedua tangannya di wajah taeyeon agar ia bisa melihat dengan jelas.

“Princess ini tidak seperti yang kau-”

“Pergilah oppa”

“Tiffany tapi-” ucapannya kembali terhenti saat tangannya yang mencoba menyentuh tiffany ia singkirkan dengan kasar, ya mata tiffany benar-benar memancarkan api kemarahan saat ini.

“Aku tidak ingin mendengar penjelasan oppa, sebenarnya apa salah taeyeon sampai oppa berbuat seperti ini?”

“Aku kecewa padamu oppa, bukan karena kau memukul taeyeon tapi karena kau begitu berani memukul seorang wanita” lanjut tiffany penuh kekecewaan.

“Dia bukan seorang wanita! Dia pantas mendapatkannya! Dia tak tahu diri dan penuh kebohongan!”

“Oppa!”

“Dia tahu segalanya tapi mengabaikan kebenaran. Dia mengabaikan fakta bahwa kau-”

Bug!

Kini siwon tersungkur saat sebuah pukulan keras telak mengenai wajah tampannya. Tak ingin buang-buang waktu taeyeon kembali memukul siwon yang kini terbaring.

Ia emosi sekarang, ia tak bisa menahannya lagi. Tiffany tidak boleh tau tentang ini.

“Taeyeon hentikan!” teriak tiffany sambil berusaha menjauhkan taeyeon dari siwon.

“Akh-” ringis tiffany saat siku taeyeon tak sengaja mengenai tiffany.

Mendengar ringisan itu taeyeon menghentikan aksi pukulnya. Pikiran dan perhatiannya kini terarah pada kekasihnya saja.

“Pany-ah gwaen-”

“Apa yang kau lakukan padanya!” tariak siwon lalu mendorong taeyeon ke tembok dan-

Pukulan yang akan ia layangkan seketika terhenti saat tiffany dengan berani mengambil posisi itu mencoba melindungi taeyeon. Sakit melihat itu bagi siwon, terutama saat melihat air mata tiffany yang kini turun seolah meminta siwon menghentikan semuanya.

“Hentikan oppa, aku mohon jangan sakiti taeyeon” pintanya penuh harap.

“Dia juga memukulku tiffany”

“Kau yang memulai oppa!” kesal tiffany mendorong siwon menjauh.

Benar-benar kecewa dan emosi sekarang. Sebagai yang paling tua disini seharusnya ia mengalah dan meminta maaf karena telah memukul taeyeon yang notabennya adalah wanita.

“Pergilah oppa!”

“Tiffany-”

“Pergi sebelum aku ceritakan semua pada daddy!” ancam tiffany.

Siwon akui ia kalah kali ini, dan ia tak pernah bisa berbuat lebih jika nama sang daddy kini terbawa-bawa dalam situasi seperti ini.

“Kita belum selesai kim taeyeon” ujar siwon menatap taeyeon dengan kemarahan dan kecemburuan kemudian pergi berlalu begitu saja.

“Gwaenchana? Lihat aku?” pinta tiffany membimbing taeyeon menatapnya.

“Ya tuhan bagaimana ini?” ucapnya bingung dan penuh sesal ketika melihat wajah cantik sekaligus tampan juga cute itu kini terluka dan juga lebam.

“Mianhae” sesalnya. Melihat kekasihnya seperti ini ditambah pelakunya adalah oppanya sendiri. Tanpa aba-aba cairan bening itu lolos begitu saja membasahi pipi mulus tiffany.

“Hei aku tidak apa-apa, uljima” taeyeon menghapus jejak-jejak air mata itu dan tersenyum.

“Tersenyumlah, aku sangat menyukai senyummu”

Dengan terpaksa tiffany menuruti ucapan taeyeon dan tersenyum. Senyum taeyeon semakin lebar melihat itu dan ia peluk kekasihnya itu.

.

.

“Dari mana?” tanya taeyeon saat tiffany baru saja kembali kerumah taeyeon setelah pergi selama 15 menit.

“Obat untukmu” jawab tiffany dingin.

Ia duduk didepan taeyeon dan membuka obat berjenis salep itu.

“Mendekatlah biar aku bisa mengobatimu”

“Biar aku lakukan sendiri-maksudku tentu” taeyeon mengubah ucapannya dengan cepat saat melihat mata tajam tiffany yang menurutnya benar-benar menakutkan.

Akhirnya ia mendekat dan membiarkan tiffany mengoleskan salep itu pada luka lebabnya.

“Sebenarnya apa masalahmu dengan oppa?” tanyanya namun masih fokus dengan mengoleskan salep itu.

“Eobseo-aww! Akh appo” ringisnya saat tifany menekan luka lebam itu dengan tatapan hell pany nya.

“Arasseo mianhae. Itu.. aku hanya tidak bisa mengatakannya saja”

Tiffany hanya menghela nafas lalu mengoleskan kembali pada luka disudut bibir taeyeon dengan hati-hati.

“Pany-ah”

“……………………” ia tidak merespon dan hanya berfokus membereskan salep dan yang lainnya dan bangkit untuk menyimpannya di kotak p3k.

“Dia tahu tentang kita” tiba-tiba suara taeyeon membuat tiffany terdiam.

“Dia tahu kita memiliki hubungan yang lebih dari seorang sahabat” jelas taeyeon kembali.

“Mwo? Tapi.. Bagaimana bisa?” tiffany segera mendekat dan duduk kembali didepan taeyeon.

Taeyeon POV

Ia tak menjawab panggilanku dan bangkit menuju lemari dimana kotak p3k itu berada. Apa yang harus aku jelaskan padanya? Situasi saat ini rasanya semakin memburuk.

Aku harus mencari cara. Tapi apa? Aku harus membuat tiffany menjauh dari siwon.

“Dia tahu tentang kita” kulayangkan sebuah kalimat.

“Dia tahu kita memiliki hubungan yang lebih dari seorang sahabat” jelasku kembali.

“Mwo? Tapi.. Bagaimana bisa?” ia segera mendekat dan duduk kembali didepanku dengan wajah penuh tanya.

“Entahlah aku rasa dia mencari tahu tentang kita, mungkin dia merasa ada yang aneh karena kita selalu bersama”

“Hah-eotteokhae? Bagaimana jika daddy tau?”

“Jangan khawatir, biar aku yang urus tentang itu” ujarku menenangkannya sambil merapikan anak-anak rambut miliknya. Kulihat ia tersenyum setelah mendengar jawabanku.

.

.

Jessica POV

hari ini benar-benar terasa penat dan sepi. Aku merasa bahwa aku sendiri setelah tiffany kini selalu menghabiskan waktunya bersama taeyeon dan juga..

Dia benar-benar menghilang sesuai ucapanku. Tidak ada pesan singkat atau telepon darinya lagi, handphone ku benar-benar sepi. Aku juga tidak pernah terlihat lagi sejak hari itu. Dia tidak pernah ikut berkumpul lagi.

Kusandarkan diriku pada sofa besar ini dan menatap langit-langit.

Mengapa rasanya begitu sedih dengan sikapnya yang benar-benar menjauh itu? Aku merasa ada yang hampa dan kosong disini. Ketika aku menyuruhnya enyah justru akulah disini yang tak bisa berhenti memikirkannya.

Hahh~ inikah yang disebut rindu?” lirihku.

Hahh~ aku rasa aku membutuhkan udara segar”

Dengan malas aku bangkit dan membawa baju hangatku dan segera keluar dari tempat yang sepi ini.

40 menit kemudian aku sampai ditempat yang aku tuju. Tempat yang aku pilih adalah taman. Disini begitu ramai. Kuhisap udara segar ini dan menatap langit sejanak sambil terus berjalan. Akan lebih menyenangkan jika aku berjalan bersamanya.

Mwoya! Apa yang kau pikirkan jess! Neo micheosseo?!

“Mengapa aku selalu memikirkan-”

“Aku sedang ada urusan penting”

Suara itu… Bukankah..

Dengan segera kubalikkan tubuhku dan disana terlihatlah sosok yang selalu menghantui pikiranku. Dia..

O my god! aku harus sembunyi.

Dengan gerakan cepat aku bersembunyi dibalik pohon dan mengintip memperhatikannya. Mengapa dia terlihat sangat kurus dalam beberapa hari?

“Yuri-ah kau baik-baik saja bukan?” lirihku.

“Aku tidak pernah menyetujui itu”

Kulihat dia menjauhkan teleponnya, aku rasa seseorang sedang berteriak diseberang sana. Ia menutup matanya sejenak dan kembali mendekatkan teleponnya.

“Aku akan menemuinya sendiri” ujarnya lalu mematikan teleponnya. Setelah itu ia memainkan ponselnya sejenak lalu kembali berjalan.

Kuikuti dirinya dengan jarak yang cukup jauh. Dia tidak boleh melihatku yang sedang mengikutinya seperti ini.

Ia mendudukan dirinya disebuah kursi dan aku pun mengikutinya namun dengan jarak beberapa meter jauh darinya.

Kulihat ia mendesah dan mengusap wajahnya kasar dn tertawa. Apa dia gila?! Dia tertawa sendiri!

Dan dia kini terisak. Dia menangis..

Dia menelungkupkan wajahnya pada kedua lengan yang bertumpu pada kedua kakinya.

Mengapa hatiku sakit melihatnya seperti itu? Ada apa dengannya? Siapa yang membuatnya menangis seperti itu?

Yul.. Bolehkah aku memelukmu sekarang dan mencoba menenangkanmu?

Kubangkitkan diri dan mencoba melangkah.

“Apa yang kau lakukan jess” ujarku dan kembali berjalan mundur.

“Tapi dia membutuhkanku” belaku dan kembali berjalan.

“Aniii, tapi dia bukan urusanmu lagi” ujarku dan kembali duduk dikursi yang kutempati tadi.

Kini dia duduk tegak dan menghapus air matanya.

“Setidaknya dia juga sahabatku, aku harus menenangkannya” lirihku dan bangkit lalu berjalan mendekatinya. Hingga akhirnya jarak kami tinggal beberapa meter dan-

“Yuri-ssi!”

Ia mengalihkan pandangannya kearahku dan dengan cepat aku membalikkan tubuhku. Dan disanalah aku melihat seorang pria tinggi dan juga tampan tersenyum karah belakangku.

“Menunggu lama?”

“Aniya”

Jadi.. Sekarang dia memiliki orang lain?

Mengapa begitu menyakitkan? Wae? Bukankah dia bilang akan bertanggung jawab? Geundae wae? Apa hanya sebesar itukah usahanya padaku? Kau benar-benar bajingan yul!

Author POV

Dengan tergesa-gesa jessica berlari mencoba pergi dari tempat itu. Ia tidak mengerti apa yang sedang dirasakannya sekarang. Tapi hatinya terasa ngilu saat melihat yuri bersama pria itu, meski ia tidak tahu hubungan mereka sebenarnya.

Tapi bukankah sudah terlihat jelas? Pria itu tersenyum dengan sangat berbinar dan juga tatapan pria itu tatapan seperti tiffany yang menatap taeyeon.

Ia percepat larinya dan berhenti saat ia merasa sesak karena lelah. Air matanya mengalir begitu saja dan dadanya terasa sesak.

“Mengapa begitu menyakitkan?” lirihnya lalu luruh ke tanah begitu saja.

Tangisnya semakin membesar meski ia tidak mengerti mengapa ia seperti ini. Ia hanya ingin menangis dan menangis sejadi-jadinya. Air matanya semakin deras saat ia berusaha menghentikan tangisnya. Yang bisa ia lakukan sekarang adalah membiarkan tangisnya dan air matanya mengalir sambil memukul dengan sedikit keras dadanya yang teras menyesakkan, membiarkan orang yang berlalu lalang melihatnya dengan tatapan aneh dan juga kasihan.

***

Selasa,17 juni 2014

Hening..

Sarapan hari ini benar-benar terasa sunyi membuat gadis yang memakai dress pink itu merasa tak nyaman. Ia hanya memainkan dan mengaduk-aduk serealnya sambil sesekali melirik temannya yang makan dalam diam.

“Kau tidak akan menyapaku?” tanya gadis itu.

“Morning” jawab temannya dengan dingin.

“Apa aku berbuat kesalahan lagi jessie? Kau memperlakukan aku seperti orang asing”

Ya, begitulah jessica. Ia akan berprilaku dingin dan sangat membatasi pada orang yang menurutnya asing, namu sebaliknya jika ia bersikap pada teman dekatnya.

“Kau memang asing, kita tidak memiliki hubungan darah atau ikatan keluarga”

“Jessie please, kau tak pernah bersikap seperti ini padaku sebelumnya?”

“…………………”

“Jessie..”

“Kau benar-benar berisik, kau mengganggu sarapan dengan tenangku”

“Mwo?”

Benar-benar sulit dipercaya, ia tak pernah mendapat perlakuan darinya seperti itu tapi sekarang..

“Kau serius dengan perkataanmu? Apa aku sangat mengganggumu?” tanyanya ingin memastikan kembali bahwa sahabatnya itu hanya salah berucap.

“Kau sangat mengganggu, pergilah bersama kekasihmu” ketusnya lalu bangkit menyimpan mangkuk berisi sereal itu ke wastafel.

“Kau keterlaluan jessie! Mengapa sekarang kau membawa-bawa taeyeon dalam percakapan kita!” ujarnya tersulut emosi.

“Benarkah? Kalau bergitu larilah pada kekasihmu dan katakan itu padanya” ketus jessica kini lalu melangkah menuju kamarnya.

“Tunggu kita belum selesai bicara” tiffany menahan pergelangan tangan jessica.

“Apalagi sekarang hah?!”

“Ada apa denganmu? Mengapa kau bersikap seperti ini? Kau bukan jessie yang aku kenal lagi”

“Lalu bagaimana denganmu?”

“Mwo?”

“Kau juga berubah, kau seutuhnya berubah tiff. Sejak tau bersamanya kau berubah. Kau hanya mengabiskan waktumu hanya dengannya, kau mengabaikanku kau tak mempedulikan aku lagi!” teriak jessica dengan mata yang mulai terasa memanas.

“Jessie..”

“Dimana tiffany yang selalu bersamaku? Saling berbagi kisah dan tawa. Kau mengacuhkan dan mengabaikanku, tidakkah kau tahu aku membutuhkanmu? DIMANA KAU DISAAT AKU BENAR-BENAR MEMBUTUHKANMU?”

Deg

Cairan bening kini meluncur dari mata tiffany begitu mendengar ucapan sahabatnya itu, benarkah ia seperti itu? Benarkah?

“Jessie aku-”

“Kau membiarkanku terpuruk sendiri” lirihnya.

Dengan cepat tiffany memeluk jessica yang sedang meneteskan air mata seperti dirinya. Ia peluk dengan erat sahabatnya itu dengan penuh penyesalan. Rasa cintanya pada taeyeon membuat ia melupakan lingkungan dan hanya berfokus pada taeyeon, ia mengaku bersalah sekarang.

“I’m so sorry, mianhae” lirih tiffany sesenggukkan, sementara jessica hanya memeluk erat tiffany dalam tangisnya sambil menyembunyikan wajahnya ditekuk leher tiffany.

.

.

“Yul”

“O’ tiff, ada apa” tanya yuri ketika melihat tiffany ada dikelasnya dipagi hari ini.

“Bisa kita bicara?”

“Tentu, katakan ada apa?”

“Tidak disini, ikut aku” ujar tiffany lalu berlalu pergi begitu saja membuat yuri kebingungan, tiffany tampak sangat berbeda.

Dengan malas ia ikuti tiffany dan kini mereka berada diatap sekolah.

“Wae?” tanya yuri ingin to the point.

“Aku tidak tau kau sebrengsek itu”

“Mwo?” kaget yuri mendengar ucapan kasar tiffany.

“Kau brengsek yul” tiffany membalikkan tubuhnya menghadap yuri.

“Aku tidak tau apa masalahmu padaku, tapi seharusnya kau menyaring kata-katamu jika kau orang berpendidikan” ujar yuri lalu berbalik berniat kembali kekelasnya, ia sedang banyak pikiran dan ia tidak mau tiffany menambah-nambah beban pikirannya yang sudah diambang keputus asaan.

“Seharusnya kau bertanggung jawab atas kejadian malam itu!” ujar tiffany menghentikan langkah yuri.

“Apa maksudmu?”

“Ini tentang jessie”

“Mengapa kau berfikir aku tak bertanggung jawab? Dia mengatakan itu padamu hah?”

“Mwo?”

“Aku sudah bertanggung jawab, aku mencoba memperbaiki hubungan kami tapi lihatlah-” ia menghentikan ucapannya. Ia tak bisa melanjutkannya karena itu begitu menyakitkan.

Bagaimana kata-kata itu terlontar dari bibir tipis jessica yang menyuruhnya enyah. Kata-kata yang benar-benar menyakiti hati dan perasaannya. Bukankah seharusnya ia menghargai usahanya?

“Dia yang menyuruhku berhenti, dia menyuruhku enyah dari kehidupannya. Malam itu bukan hanya kesalahanku tiffany, kami sama-sama mabuk” ujar yuri dengan terpaksa menceritakan meski hatinya terasa ngilu.

“Dia melukai hatiku, bukankah seharusnya dia menghargai sedikit saja usahaku? Mengapa mudah dia melontarkan kata-kata itu? Bukan hanya dia, tapi aku juga tersakiti disini”

“Yul..”

Tak ingin memperpanjang ini, yuri kembali berbalik dan berjalan.

“Jessie menyukaimu yul!”

Deg!

Langkahnya kembali terhenti, bahkan membatu. Rasanya tubuhnya merasa lemas dan tak berdaya. Jantungnyapun berdegub kencang.

Perlahan ia kembali membalikkan tubuhnya menatap tiffany penuh kejut.

“Ani, dia mencintaimu” jelas tiffany saat melihat wajah yuri yang seolah meminta penjelasan.

Flashback

Tiffany POV

“Jadi kau dan yuri melakukan..”

ia hanya mengangguk sambil terisak dan menunduk. Kupeluk dirinya untuk menenangkannya. Ini sulit dipercaya, bagaimana bisa mereka-oh my god!

“Lalu apa yang dia katakan padamu? Dia tak mengingatnya ataukah-” ia menggeleng menjawab pertanyaanku.

“Dia bilang dia akan bertanggung jawab” ucapnya.

“Benarkah? Bukankah itu baik? Dia tidak berpura-pura lupa dan mengatakan padamu akan bertanggung jawab”

“Aku menyuruhnya pergi” lirihnya.

“Ne?”

“Aku menyuruhnya enyah dari hidupku” lirihnya lalu tangisnya kembali menjadi-jadi.

“Jessie? Kau serius menyuruhnya pergi? Karena itukah dia tak pernah bergabung bersama lagi?”

“……….. Dan dia sudah memiliki orang lain tiff” ujarnya dengan terisak lalu memelukku.

“Aku melihatnya beberapa hari yang lalu bersama seorang pria ditaman, pria itu tersenyum cerah padanya” ujarnya kembali meneteskan air matanya untuk kesekian kali.

“Kau.. Menyukainya jessie?”

“Ne?” jessica menatap tiffany yang melayangkan pertanyaan itu.

“Jika kau tidak menyukainya, mengapa kau terlihat seperti sedang tersakiti?”

“Tiff aku.. Aku tidak tahu”

“Kau merasa sakit dalam hatimu saat melihatnya dengan pria itu? Tidakkah kau merasa kehilangan saat dia tak disampingmu dan seolah kau menyesali ucapanmu yang menyuruhnya pergi?”

“Kau menangis tersedu-sedu saat menceritakan dirinya, mengapa kau menangisinya? Mengapa tangismu membesar saat menceritakan dia dengan pria itu?”

“Tiff…”

Tiffany memanglah benar, semua yang tiffany katakan padanya ia merasakan itu. Mungkinkah benar ia menyukai yuri?

“Kau menyukainya jessie, karena seperti itulah yang aku rasakan pada taetae”

Flashback end

“…………………..”

“Bagaimana denganmu? Tidakkah kau merasakan perasaan yang sama padanya?”

“Aku harus pergi” ujar yuri lalu benar-benar berlalu pergi meninggalkan tiffany yang menghela nafas.

Ia pandang dirinya dalam cermin saat ia sampai ditoilet, entah mengapa ia merasakan senang dalam hatinya mendengar itu, bukankah itu aneh?

Ia juga merasakan hal yang sama. Sakit dan sedih seolah hatinya hancur saat jessica menyuruhnya enyah, emosi saat gadis itu bersama orang lain seperti beberapa waktu lalu, dan hatinya serasa bergetar dan juga berdegub kencang saat dekat dengan gadis itu.

Sejujurnya malam itu jessica benar-benar terlihat sangat cantik dari biasanya dimatanya, saat ia melihat bibir tipis yang berwarna pink itu rasanya ia ingin sekali mencicipinya. Tapi ia ragu dengan perasaannya? Ia trauma terhadap cinta karena seseorang.

Ia basuh wajahnya beberapa kali lalu menatap kembali cermin didepannya. Ia teringat kejadian beberapa waktu lalu saat ia berada ditaman.

Flashback

Yuri POV

“Yuri-ssi!”

Ku edarkan pandanganku pada asal suara. Dan disanalah aku melihat pria tinggi dan juga tampan tersenyum kearahku.

“Menunggu lama?”

“Aniya”

Namun pandanganku justru terfokus pada seseorang yang berada dibelakangnya. Fostur itu.. Terlihat sangat tidak asing bagiku. Seolma..

Sica?

Kulihat sosok itu berlari dengan kencang membuatku dengan refleks mengikutinya mengabaikan dia yang memanggilku karena pergi begitu saja.

Hinggak tak lama ia menghentikan larinya dan terdiam menunduk. Sedang apa dia? Mataku membelalak saat tubuhnya meluruh ke tanah dan dia … Menangis? Ya, dia menangis. Tapi kenapa?

Kulangkahkan kaki ini mendekatinya hingga kini jarak kami tinggal tersisa 1 meter.

AKU TIDAK BUTUH RASA TANGGUNGJAWABMU ITU’

Deg!

Seketika sebuah bayangan terlintas dikepalaku membuatku menghentikan langkah ini.

‘AKU HANYA INGIN KAU ENYAH DARI HIDUPKU, KAU BAJINGAN YUL! MENGAPA KAU TIDAK MENGERTI-MENGERTI!’

Mataku memanas. Gadis yang berada didepanku ini menginginkan diriku pergi, lalu apa yang kau lakukan sekarang yul? Seharusnya kau menyadari posisi dirimu. Kau bukan siapa-siapa..

Kau tak berhak memeluknya walau itu hanya sekedar untuk menenangkannya..

Author POV

Dan detik itu juga ia membalikkan tubuhnya memunggungi gadis yang sedang menangis tersedu-sedu itu dalam jarak 1 meter. Mata yang hanya memanas itu kini mulai berair dan menetes. Ia kepalkan tangannya dengan erat dan mulai melangkah maju menjauh dari gadis itu dengan menahan kesedihan hatinya.

“Uljima, menyakitkan melihatmu menangis seperti itu. Kau membuatku serasa tak berguna” lirih yuri dengan tetesan air matanya.

Jarak mereka kini mulai semakin menjauh dan menjauh. Menjauh dengan mengorbankan air mata mereka.

Flashback end

Hahh~” ia hanya menghela nafas dan menutup matanya mencoba menjernihkan pikirannya yang cukup kacau.

.

.

Kini waktu telah menunjukkan pukul 10.10 pm. Disaat orang-orang sedang mengistirahatkan tubuh mereka untuk aktifitas besok, namun berbeda dengan dua insan yang sedang berjalan berdua ini. Mereka baru saja menyelesaikan pekerjaan mereka dan kini sedang diperjalanan berniat pulang.

“Seharusnya kau tidak perlu membantuku bekerja” ujar taeyeon.

“Aku hanya ingin meringankan lelah kekasihku saja” jawabnya membuat gadis disampingnya tersenyum haru.

“Gamowo” ucapnya sambil menggenggam tangan tiffany.

Tiffany hanya tersenyum dan membalas genggaman taeyeon. Mereka begitu menikmati perjalanan malam ini yang bisa terbilang sepi. Ini pengalaman pertama bagi tiffany bekerja ditempat seperti restoran ayam itu. Tempat itu begitu ramai sampai rasanya ia merasa tak sempat untuk bernafas walau hanya beberapa menit saja.

“Paman sangat berterimakasih padamu, berkatmu restoran menjadi ramai”

“Benarkah?”

“Ne, tapi aku harap kau tidak membantuku disana lagi”

“Wae?” bingung tiffany menghentikan langkahnya membuat taeyeon ikut berhenti dan menghadap tiffany.

Bukankah aneh jika taeyeon menyuruhnya untuk tidak membantu lagi, padahal disatu sisi ia membuat restoran itu ramai seperti apa yang taeyeon katakan. Kekasihnya benar-benar aneh bukan?

“Wae? Kau tidak lihat bagaimana namja-namja dan juga ajusshi-ajusshi hidung belang itu mencoba menggodamu?”jawab taeyeon dengan wajah kesal mengingat kejadian tadi.

“Hanya karena itu? Hei kau cemburu?” goda tiffany.

“Ani, aku hanya mencoba melindungimu. Bagaimana jika mereka berbuat yang tidak-tidak?”

“Tapi mereka juga menggodamu tae”

“Oh come on, aku berbeda. Aku bisa beberapa gerakan bela diri. Tapi kau-ahh sudahlah biar aku antar kau pulang” ujar taeyeon tidak ingin memperpanjang masalah dan kembali berjalan meninggalkan tiffany yang menahan senyum.

“Tae tunggu!” teriak tiffany lalu berlari dan melingkarkan tangannya dilengan taeyeon sambil menyandarkan kepalanya dibahu kekasihnya.

“Aku tidak bisa berhenti membantumu, setidaknya aku juga ingin tau bagaimana kau saat bekerja dan seperti apa lelahmu. Aku akan baik-baik saja tae”

“Karena aku yakin kau akan melindungiku” lanjutnya berbisik membuat taeyeon yang diam kini terkekeh.

Tingkah kekasihnya ini benar-benar menggemaskan bagi taeyeon, dia tidak berubah sama sekali. Sikap manja, keras kepala, pemarah, manisnya bahkan cengengnya masih benar-benar melekat dan sama.

“Kau sama sekali tidak berubah miyoung-ah”

“Mwo? Miyoung?”

Deg!

“M-maksudku sikapmu s-seperti miyoung saja” jawabnya dengan gelagat gugup. Dia benar-benar tidak sadar dengan apa yang baru saja ia ucapkan tadi, itu semua benar-benar diluar kendali.

“Benarkah? Tapi kau bukan berkata seperti itu, kau bilang-”

Ia menghentikan ucapannya dan hanya diam membelalak saat sebuah bibir mendarat beberapa detik dibibirnya. Mendadak dan diwaktu yang tidak tepat yang membuatnya terkejut.

“Sudah malam, kau pasti lelah. Jadi aku rasa kita harus segera ke terminal atau kita harus berjalan seperti ini sampai ke apartemenmu”

Tiffany hanya mengangguk sambil merapatkan bibirnya. Jantungnya masih berdegub kencang. Jika taeyeon terus membuatnya terkejut seperti ini ia rasa tak lama lagi ia akan mengalami serangan jantung.

Taeyeon menjauh lalu kembali menggenggam tangan kaksihnya dan berjalan kembali. Kini mereka berjalan dalam diam namum hati mereka sama-sama tersenyum bahagia.

.

.

Ckitttt

Taeyeon dan tiffany turun dari bus dan kembali berjalan menuju apartemen tiffany. Dari terminal mereka harus menempuh perjalanan sekitar 6 atau 7 menit untuk sampai apartemen itu.

Tiba-tiba sesuatu yang basah mengenai hidung mancung tiffany membuatnya menengadah menatap langit.

“Hujan” lirihnya.

“Kau bilang apa?”

Dan detik itu pula hujan besar turun menghujani bumi membuat tanaman, tanah dan jalanan yang kering kini menjadi basah dalam hitungan detik.

Taeyeon menarik tiffany untuk berlari. Mereka sudah seperempat perjalanan dan tinggal menempuh sedikit lagi untuk sampai ke tempat tujuan. Mereka berlari sambil tertawa. Tangan mereka masih saling menggenggam enggan untuk melepaskan meski hujan menerpa.

.

.

“Pakai ini, kau bisa mengganti pakaianmu ditoilet kamarku, aku akan pakai toilet kamar jessie saja” ujar tiffany memberikan perlengkapan kebutuhan taeyeon.

Merekapun melakukan sesuai arahan tiffany, hingga beberapa menit kemudian taeyeon keluar dari toilet dan mendudukkan dirinya di ranjang king size itu.

Matanya terpaku saat melihat figura yang menarik perhatiannya. Ia bangkit mendekat kearah meja dimana figura itu terpampang. Ia bawa dan kembali menatapnya. Ia terkekeh sejenak melihat figura itu, figura yang sama dengan yang pernah ia lihat.

Ternyata penglihatannya tidaklah salah, pandangannya tidak buram. Ini benar-benar sangat jelas. Gadis ini.. Gadis ini benar-benar adalah-

“Bukankah aku sangat lucu?” sebuah suara lembut terdengar bersamaan dengan sebuah tangan yang melingkar diperutnya.

“Ya kau sangat lucu. Kau sudah terlihat sangat cantik sejak kecil”

“Benarkah?” girangnya mendapat pujian dari taeyeon.

“Emm” jawabnya lalu menyimpan figura itu dan membalikkan tubuhnya.

Ia dudukan sedikit dirinya dimeja itu lalu menatap kekasihnya dengan seksama. Pantaskah ia memanggil gadis dihadapannya ini gadisnya? Ataukah ia seharusnya memanggil gadis ini dengan sebutan adik?

Taeyeon memiringkan kepalanya dan memperdalam pandangannya.

“Jadi seperti inikah kau saat sudah besar?”

“Wae? Apa aku semakin cantik?”

“Ani.. Kau semakin terlihat jelek”

“Mwo? Ya’~” tiffany memukul pelan dada taeyeon membuat taeyeon tersenyum kecil.

Ia ulurkan tangannya hingga jarinya kini menyentuh dahi tiffany. Ia gerakan jarinya menyentuh kedua mata itu membuat tiffany kini memejamkan matanya. Ia gerakan kembali dengan sangat perlahan seolah mengabsen apakah ada yang kurang atau tidak.

Seketika pandangannya kini menjadi buram dan tawa pelannya mulai terdengar membuat tiffany membuka kedua matanya. Ia terdiam ketika yang ia lihat kini kekasihnya yang sedang terkekeh namun seperti tertawa pula sambil meneteskan air matanya.

“Tae” panggilnya penuh tanya.

Akhirnya tiffany memutuskan untuk menggenggam tangan taeyeon namun masih membiarkannya berada dipipinya lalu mengecup telapak tangan itu. Dengan tangan bebasnya ia hapus jejak air mata kekasihnya.

“Apa aku sejelek itu sampai membuatmu tertawa sampai mengeluarkan air mata?” canda tifany.

Ia tahu sepertinya ada yang kekasihnya ini sembunyikan, dia terlihat berbeda. Bahkan saat ini ia bisa melihat dengan jelas dibalik senyum itu ada kesedihan, mata kesedihan itu kembali terlihat.

“Eoh”

“Mengapa itu terdengar seperti pujian ditelingaku?” tiffany terkekeh.

Perlahan tiffany menurunkan tangan taeyeon dan mendekatkan wajahnya. Seiring jarak semakin menghimpit tiffany menutup matanya dan mendaratkan bibirnya dibibir tipis taeyeon. Ia diamkan beberapa detik dan sedikit membuat jarak.

Mereka hanya diam saling menatap dalam jarak dekat itu sampai beberapa detik, hingga akhirnya tiffany kembali menghimpit jarak sambil saling menutup mata mereka dan-

Chuu~

Bibir mereka kembali bertemu untuk yang kesekian kalinya, lumatan demi lumatan lembut mereka lakukan dalam beberapa menit. Tangan taeyeon mulai bergerak melingkar dipinggang gadis itu sambil menariknya semakin mendekat. Sementara tiffany kini mulai melingkarkan tangannya dileher taeyeon saat merasakan tangan kekasihnya itu mulai mengelus lembut punggungnya.

Lumatan itu kini mulai berganti dengan memainkan lidah mereka, jilat, saling melilitkan, dan menghisap. Tak lupa mereka dominasi kembali dengan lumatan andalan mereka.

Taeyeon bangkit dari duduknya dan membimbing tiffany yang berjalan mundur kearah ranjang berukuran king size itu tanpa melepaskan pagutan bibir mereka.

Dengan terpaksa ia beri jarak bibir mereka saat membaringkan tiffany dan kembali mempertemukan bibir mereka. Tangannya mulai bergerak membuka kancing piyama tiffany dengan tergesa-gesa. Ia daratkan kecupannya turun menuju rahang hingga kini ia tiba dileher jenjang nan mulus itu, ia lumat dan hisap bergantian dengan tangannya yang mulai mendarat tepat di gundukan indah kanan tiffany.

“Ehmm~ahhh~” desah menikmati setiap sentuhan dan perlakuan taeyeon. Tak lupa ia elus punggung taeyeon sambil sesekali menarik pelan rambut pirang pendek taeyeon.

Taeyeon remas gundukan yang masih terbalut pelindungnya membuat tiffany mendesah bukan main, namun aksinya itu terhenti saat sebuah bayangan-bayangan lalu terlintas dalam ingatannya.

‘Dan kini kau menjalin hubungan dengannya taeyeon, dengan adikmu’

Dan seketika foto dalam figura itu kembali terlintas. Dimana wajah tiffany kecil terlihat sangat jelas. Ia juga teringat akan ucapannya pada siwon beberapa waktu lalu.

Setidaknya aku masih layak untuknya, karena aku bukanlah kakaknya’

Bayangannya kembali pada ucapan siwon padanya.

Kalau begitu buktikan olehmu jika perkataanku ini adalah sebuah kebenaran’

‘Setidaknya hubunganku lebih baik dengannya, kau sangat menjijikkan taeyeon. menyukai adikmu bahkan mempunyai hubungan lebih’

Deg!

Air mata itu kembali menetes dan mengenai kulit tiffany.

“Tae” panggilnya saat merasa ada yang aneh saat taeyeon menghentikan aksinya dalam seketika.

“Taetae” panggilnya kembali karena tak mendapat respon.

“Mianhae” lirih taeyeon dengan menahan isaknya.

“Mianhae” ucapnya kembali lalu bangkit dan berlari keluar dari tempat itu bahkan gedung mengabaikan tiffany yang memanggilnya dengan cemas.

Taeyeon terus berlari dan berlari mengabaikan derasnya hujan yang sedang menghuyur bumi. Dalam hitungan detik ia sudah basah kuyup. Ia hentikan larinya saat merasakan kakinya sulit untuk berlari kembali.

Ia luruhkan dirinya membuat lututnya mencium tanah dan menangis sejadi-jadinya. Setidaknya ia berharap hujan menutupi tangisnya dan meleburkan hatinya yang kini terasa hancur.

“Aaaaaaaaaaaaaa” teriaknya sambil terisak dalam guyuran hujan.

Duarr!!!

“Ahaahahaaaahahaaahahaha” teriakan itu kini berubah menjadi tawa. Ia rasa ia mulai gila.

“Jebal-wae?” lirihnya menutup matanya sambil menengadah seolah menatap langit, membiarkan air hujan membawa pergi air matanya bersama jejaknya.

Duarrr!

Jum’at, 17 September 1999

Taeyeon menoleh kebelakang berniat melihat adiknya namun matanya menangkap pria yang kini sedang mengerjarnya membuat ia membelalak dan mempercepat larinya.

“Taetae”

“Miyoung kita harus lari lebih cepat”

“Miyoung lelah” ucapnya sambil menggigil.

Taeyeon mengambil jalan tikus hingga di pertigaan jalan ia mengambil jalan kanan dan bersembunyi dibalik tong sampah besar.

“Kemana mereka?” Terdengar suara seorang pria.

Hahh~ aishh” pria itu berlari kembali.

“Miyoung-ah, miyoung tahu junsu ajusshi kan?” bisik taeyeon.

“Ne”

“Pergilah kerumahnya dan minta bantuannya. Taetae akan mengalihkan perhatian orang itu. Jadi miyoung harus berlari secepat mungkin, ne?”

“Sirheo, miyoung tidak mau pergi tanpa taetae”

“Kemarilah” taeyeon menuntun miyoung untuk keluar dari persembunyian mereka. Ia bawa mereka berteduh ditempat yang lebih tersembunyi.

“Kalau bagitu biar taetae yang pergi mencari junsu ajusshi saja. Youngie tunggu disini saja oke?” ujar taeyeon.

“Tidak mau! Miyoung ingin bersama taetae!” tangisnya membuat taeyeon memeluknya.

Ia benar-benar bingung harus bagaimana, tapi jika mereka berlari bersama kemungkinan lolos untuk mereka sangatlah kecil karena kecepatan lari miyoung tidak secepat dirinya dan juga miyoung sudah terlihat sangat pucat karena lelah berlari tadi.

“Miyoung percaya taetae kan?” tanya melepaskan pelukannya. Yang ditanya hanya mengangguk.

“Kalau begitu dengarkan taetae, taetae akan pergi kerumah junsu ajusshi dan meminta bantuanya. Miyoung hanya perlu tetap bersembunyi disini sampai taetae datang menjemput bersama junsu ajusshi, miyoung mengerti kan?”

“Tapi miyoung takut”

“Heii.. Kita sering melihat film-film superhero bukan? Miyoung bilang miyoung ingin menjadi superhero, kalau begitu miyoung harus kuat dan berani. Ini saatnya kita menjadi superhero sungguhan”

Terlihat miyoung seperti sedang berfikir dalam kedinginannya.

“Jangan lama-lama. Taetae harus kembali bersama junsu ajusshi”

“Tentu saja. Taetae tidak pernah terkalahkan bukan?” jawabnya menenangkan perasaan sang adik. Ia tertawa dan mengelus kepala adiknya dengan sayang.

Miyoung memeluk taeyeon begitupun taeyeon yang membalasnya. Ia kecup kening sang adik dengan penuh sayang.

“Jangan kemana-mana sampai taetae menjemput. Bersembunyilah disini” ujarnya. Miyoung mengganggukkan kepalanya.

Setelah itu taeyeon terlihat mulai melangkahkan kakinya dan berlari. Ia harus bisa pergi menemui junsu ajusshi. Ia harus selamat bersama miyoung dari pria jahat itu. Dalam larinya ia teringat bisikan sang appa beberapa jam lalu sebelum ia wafat.

‘Temui paman junsu dirumahnya, dia akan menolong kita’ bisik jaejoong.

‘Palli. Pergilah, bawa miyoung bersamamu. Jangan pernah berpisah apapun yang terjadi’

Ia tambah kecepatan larinya dalam derasnya hujan, genangan air menciptat karena langkah lebarnya. Saat ia mengalihkan pandangannya kebelakang matanya membelalak saat pria itu ternyata ada di belakangnya.

Ia keluarkan seluruh tenanganya meski ia sudah merasakan lelah, ia tidak boleh tertangkap. Ia paksa dirinya untuk berfikir membuat strategi hingga sebuah ide muncul.

Ia kembali mengambil jalan tikus dan berbelok ke kiri. Ia juga memancat sebuah tembok dan kembali berlari serasa tak mendengar langkah yang mengejarnya ia menghentikan larinya dan berbalik.

Senyumnya merekah saat pria itu sudah tidak mengejarnya lagi. Namun senyum itu berubah menjadi tak percaya saat ia membalikkan tubuhnya. Pria itu…

Pria itu kini ada dihadapannya.

“Untuk usia sepertimu kau cukup bertenaga dan pintar” ujarnya.

“Mengapa ajusshi berbuat seperti ini?” ia beranikan diri bertanya meski sebenarnya ia benar-benar takut.

“Karena mereka yang memulai”

“O’paman junsu!” teriaknya seolah melihat seseorang dibelakang ajusshi itu.

Ajusshi itu membalikkan tubuhnya melihat siapa yang ada dibelakangnya dan detik itu juga taeyeon menerobos mencoba melarikan diri lagi namun-

Bugg!

Ia tersungkur.. Rencana dadakannya gagal, ajusshi itu berhasil menangkapnya dan memukul kepalanya membuat ia tersungkur dan merasakan linu beserta pusing yang bukan main.

Dengan usahanya kerasnya ia mencoba bangkit dan kembali berlari walau dengan sempoyongan. Pria itu kembali menangkapnya dan kembali memukul didaerah yang sama dan menendang-nendang gadis kecil itu hingga mengeluarkan batuk darah.

Uhukk uhukk”

“Aishhhh!!! Wae?!!!” teriak pria itu tanpa mengentikan aksi tendangnya.

“Mengapa kau membuatku melakukan ini, wae?!” teriaknya kembali dan menghentikan pukulannya.

Uhukk uhukkk” darah itu semakin banyak ia keluarkan dalam batuknya.

Sakit. Seluruh tubuhnya sakit. Ia merasa dirinya tak bisa bernafas.

Lemas. Ia tak bisa menggerakkan tubuhnya seolah tubuhnya kaku dan dingin mendukung ia semakin terasa beku.

‘Bawa miyoung bersamamu. Jangan pernah berpisah apapun yang terjadi’

Kata-kata sang appa kembali ia ingat. Permintaan terakhir sang appa, ia tak bisa menyerah disini.

Dengan gemetar dan lemas ia mencoba bangkit meski ia merasa sakit yang dahsyat diseluruh tubuhnya. Meski berkali-kali ia kembali terjatuh ia tetap mencoba bangkit. Ia tak bisa merasakan tangannya, kaki kanannya begitu ngilu untuk digerakan.

“Miyounghh.. seddang menunggu-hh” lirinya sambil berjalan pelan dan terseok-seok.

Heii.. Kita sering melihat film-film superhero bukan? Miyoung bilang miyoung ingin menjadi superhero, kalau begitu miyoung harus kuat dan berani. Ini saatnya kita menjadi superhero sungguhan‘ ia tersenyum kecil mengingat ucapannya sendiri.

“Akh-” ringisnya saat ia kembali terjatuh karena merasakan sakit luar biasa pada kaki kiri dan juga dadanya.

“Miyoung.. menu-hhng-gu s-sendirianhh” lirihnya kembali bangkit dan berjalan kembali.

“Taetae-hhh .. Tiddakh-ter….hhh-kalahka-”

Jleb!

Mata taeyeon membelalak, memerah dan kini meneteskan cairan bening. Ia merasa linu dan seolah perutnya bergejolak perih meronta seolah seluruh organ-organ tubuhnya menginginkan keluar dari tempatnya.

Jleb!

Jleb!

Jleb!

Ia tengadahkan wajahnya menatap pria itu yang sedang menutup matanya. Seketika cengkeraman tangannya yang berada dilengan pria itu melemas dan terjatuh.

Pria itu menarik pisaunya dan berjalan mundur menjauh dari taeyeon yang perlahan-lahan tergeletak ditanah. Darah mengalir dan menyatu dengan genagan air hujan yang masih mengguyur bumi.

Kini tenaganya benar-benar habis, ia sama sekali tak bisa menggerakkan tubuhnya.

‘Jangan lama-lama. Taetae harus kembali bersama junsu ajusshi’

Pandangannya kini mulai mengabur seiring pria itu mulai pergi menjauh dan semakin jauh. Matanya terasa berat sekarang, seolah seperti mengantuk berat.

“Aphh–pha-hh” lirihnya dan detik itu semua terasa gelap.

.

.

Tbc lagi guysss 😆

Heol…

Rindu? Liat nih author back cepet digeder gadang demi kalian my my readers plus ls-ls disini huhuhu~😣 jadi kaliN wajib nih ninggalin jejak *maksa nodong pulpen ✌😅

Okee gimana ceritanya makin seru atau ngebosenin? Ko lama2 makin dikit ya my readers disini? 😩

Okee sebenernya author update cepet selain krn kalian juga krn hr ini adalah hr specialnya author morojol kedunia yang fana ini *prikitiw 😆. Gak kerasa umur nambah dan jatah idup mengurang hha.. 😁

Duh maaf jd panjang yaa cuap2nya hhe.. Oh ya jgn lupa tinggalin jejak ya my readers2 tersayangg..

See u next update.. 👋😁


136 thoughts on “Circle [Chapter 13]

  1. Suka ama kalimat “ketika melihat wajah cantik sekaligus tampan juga cute itu”
    Sempurnahhhh sempurnaahhh bgt emang taeng
    Kasian dia
    Gk kok tae gk menjijikan
    Lanjutin aja udah

    Like

  2. YulSic ngedrama😅
    Nyesel kan Sica sudah nyuruh Yul buat jauhin lo hehehe..

    Pukulin sampai mati saja Tae si Siwon sekalian. Dasar pengganggu.
    Hikss kesian banget kejadiannya Taetae di masa kecil.

    #SaengilChukkaeAuthor-nim🎂
    Mian, telat setahun😅
    Best wishes for you.

    Like

  3. Masih penasaran junsu itu yg menghabisi eomma dan appa taeyeon..sadis bener taeyeon yg masih kecil harus terlukai dengan sadis jg 😭😓
    Makin seru semoga dgn yul skrg tau perasaan nya sica berharap jln yg baik tuk hubungn mereka..akhirnya diluapkannya jg cerita itu sm tiffany 😄 tp daebak thor respon tiffany sbg sahabt jg bagus

    Like

  4. Flashbaknya serem2, thor. G kebayang ih.. kasian..

    “Jadi seperti inikah kau saat sudah besar?”

    Trus pas taeyeon bilang ini, sakit bgt yah hatinya nerima kenyataannya nya..

    Lanjutin, thor..

    Like

    1. Hahha gak serem juga ah ekekke ngeri doang hahah 😄
      Pastilah sakit, disaat lagi romantis2nya hub.mereka yg baru aja mulai ehh malah disodorin fakta bkin nyesek huhuhu.

      Pasti dilanjutt ehehe

      Like

  5. siwon pasti seneng tuhh
    Duhh nelangsa banget ya si tae…berharap tiffany bkn adik tae kn gak seru klo bneran adiknya…
    Aku suka ff taeny kalo banyak dramanya gk tahu knpa

    Like

  6. Taeyeon malah mikir kalau miyoung itu udah gak ada terus tiffany tetap jadi pacarnya, huaaa bisakan ya taeyeon egois thor?? Kira-kira dihalalin gak kalo taeyeon egois thor. Rumit ya thor, yulsic juga malah tambah parah lagi, kasian tau thor mereka..

    Like

Leave a comment